Disclaimer: Bleach milik Tite Kubo. This fic is mine.

Genre: Romance? Masih agak bingung soalnya.

Rated: T

Pairing: UlquiHime slight UlquiNell and IchiHime (chap" berikutnya)

Fic ini dapat menyebabkan kantuk dan serangan jantung (Lho?). Maaf soal typo, EYD, diksi, kegajean dan ketidakjelasan fic ini.

Yang udah terjebak buka halaman ini, baca n review ya….

Don't Like. Don't Read. Do Review.

Happy Reading, Minna

Ma Brother's Best Friend

Chap 1

Orihime POV

"Haaaah!" aku menghela napas panjang perlahan. Saat ini, aku duduk termangu menatap langit biru dari bangku kelasku di lantai ketiga Tokyo Senior High School. Apa yang dikatakan Ani saat sarapan tadi, cukup menyita perhatianku.

"Ada apa Hime-chan? Kenapa kau melamun? Apa ada masalah?" tanya Momo Hinamori, sahabatku. Aku mengalihkan perhatianku pada gadis yang duduk di sebelahku itu. Dan memasang senyum manis andalanku.

"Tidak ada, Momo-chan. Hanya saja, aku kepikiran mengenai sahabat Ani," kataku memberitahunya.

"Oh… ada apa memangnya dengan sahabat Grimmjow-niisan?" Momo bertanya penuh rasa penasaran padaku. Akupun menceritakan perbincanganku dengan Ani saat sarapan tadi pada Momo.

Flashback

Aku melangkahkan kakiku perlahan menuruni tangga menuju lantai pertama rumahku, memang rumahku bertingkat dua dan kamarku berada di lantai kedua. Aku dapat melihat Ani di meja makan, dia menungguku turun.

"Pagi, Ani," aku menyapanya dan duduk di meja makan, tepat di hadapannya.

"Pagi, Hime-chan. Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" Ani bertanya seperti biasa.

"Tentu saja nyenyak," aku tersenyum menanggapi pertanyaannya, lalu kembali menatap sandwich di atas piring keramikku.

"Oh ya… Hime-chan," aku menatapnya selagi mengunyah sandwich dalam mulutku. "Hari ini sahabatku dari Spanyol akan tiba di Jepang," sambungnya. Aku menelan rotiku dan menatapnya meminta penjelasan lebih. "Dia akan melanjutkan kuliahnya di Jepang, karena hanya aku yang dikenalnya di sini, dia akan tinggal di sini bersama kita," aku mengangguk paham.

"Dia sahabat Ani dari Spanyol?" aku bertanya padanya, penasaran. Bagaimana kakakku ini mengenal seseorang yang tinggal di Spanyol? Bersahabat pula?

"Iya, Hime-chan. Dulu waktu masih di tingkat Junior High School dia bersekolah di Jepang seangkatan dengan ku, setelah satu tahun dia kembali ke Spanyol mengikuti orang tuanya. Sekarang, dia ingin melanjutkan kuliahnya di Jepang," Ani berhenti sejenak. " Karena aku ini satu-satunya sahabat yang tinggal di Jepang. Dia meminta bantuanku, Hime-chan. Bagaimana menurutmu?" tanyanya sambil memandangku dengan puppy eyes andalannya.

"Dia seangkatan dengan Ani?" aku bertanya, kakakku itu hanya mengangguk tak mengerti. "Kenapa dia baru kuliah sekarang? Ani saja masuk kuliah tahun lalu."

"Oh… itu karena pendidikan di Spanyol lebih rumit dan lama. Jadi, dia baru menyelesaikan sekolahnya tahun ini. Jadi, bagaimana?" Ani memandangku masih dengan puppy eyes-nya itu. "Lagi pula kita hanya tinggal berdua kan? Jadi, rumah ini akan lebih ramai," imbuhnya.

Memang semenjak kedua orang tua kami meninggal dua tahun yang lalu. Kami hanya tinggal berdua di rumah peninggalan mendiang orang tua kami. Dan Grimmjow-nii berkerja paruh waktu untuk biaya kuliahnya dan sekolahku, serta biaya makan.

Ani seperti mengetahui pikiranku. "Dia juga akan bekerja paruh waktu bersamaku, sayang," imbuhnya. "Dia sangat pengertian," ujarnya. Wah! Matanya itu. Mata yang benar-benar memintaku mengatakan, ya. Aku tidak bisa mencari alasan lagi.

"Ya… baiklah. Aku setuju," ucapku akhirnya. Ani memasang senyum sumringah.

End Flashback

"Lalu, apa masalahnya, Hime-chan?" tanya Momo setelah aku menceritakannya. "Kau kan sudah meng-iya-kan permintaannya," tambahnya.

"Aku hanya sedikit cemas dengan sahabat Ani. Ya… seperti apa rupanya? aku tidak tahu. Dan lagi, sifatnya aku juga tidak tahu," aku memberitahu mengenai kekhawatiranku.

"Oh… kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, bukan? Grimmjow-niisan orang yang sangat baik, aku yakin sahabatnyapun orang yang baik," Momo menenangkanku.

"Benar juga," aku tersenyum padanya. 'Semoga saja yang dipikirkan Momo-chan benar' harapku.

"By the way, Hime-chan. Sahabat Grimmjow-niisan itu, cewek atau cowok?" tanya Momo padaku. Aku terdiam sejenak, lalu mengeleng. Aku bahkan tidak mengetahui jenis kelamin sahabat kakakku itu. Aku lupa menanyakannya. Momo menatapku bingung.

"Haaaah!" aku menghela napas lagi saat melihat guruku masuk ke kelas ini. Aku akan berkonsentrasi belajar, aku tidak mau mengecewakan Ani tentunya.

End of Orihime POV

Di bandara Internasional Tokyo…

Seorang pemuda berambut hitam lurus seleher menarik travel bag miliknya. Wajah datar tanpa ekspresi tak pernah lepas sedetikpun dari paras tampannya. Mata emerald indah miliknya menyapu seluruh penghuni bandara itu. Pandangannya terhenti saat mata indahnya itu menangkap sosok dengan rambut dan mata yang senada. 'Biru. Si biru sampah itu. Mengapa memasang tampang memuakkan begitu?' batinnya.

Seringai terpampang jelas di wajah tampan Grimmjow. "Jangan menatapku begitu, kalong sialan," ucapnya setelah berhadapan dengan pemuda bermata emerald. Kemudian, Grimmjow merangkul pemuda itu dan BLAK! Hantaman tinju mendarat di ubun-ubun pemuda berambut hitam. Pemuda itu meringis dan memberi death glare. Grimmjow hanya cengengesan menatap pemuda itu. "Ayo… kalong sialan," ajak Grimmjow.

"Berhenti memanggilku kalong sialan, kucing sampah," ungkap pemuda emerald masih dengan wajah datar, namun matanya menyiratkan hal lain.

"Cih! Kau ini. Kau saja masih memanggilku seperti itu. Aku akan berhenti, tapi kau juga harus berhenti memanggilku seperti itu. Paham, Ulquiorra?" ungkap Grimmjow dan penekanan pada kata terakhir. Seringai tipis kembali menghiasi wajah Grimmjow. Tampak kejauhan, mereka tidak layak dikatakan sahabat.

"Baiklah kucing sa- maksudku… Grimmjow," ucap pemuda yang bernama Ulquiorra akhirnya, masih dengan poker face-nya. Grimmjow menyeringai lagi.

"Eh… kau ini sudah di terima di kampusku kan?" tanya Grimmjow lagi selagi berjalan menuju taksi. Ulquiorra mengangguk. Ulquiorra mencium gelagat tidak baik Grimmjow. " Berarti kau… kohai dan aku… senpai," seringai Grimmjow semakin lebar.

"Itu tidak penting, Grimmjow."

"kekeke," tawa Hiruma dipakai Grimmjow. *si pirang celingak-celingik/seperti ada yang membicarakanku*

"Kau ini. Merencanakan sesuatu yang tidak baik terhadapku ya?" Ulquiorra bertanya dan GLEK! Menelan ludah memandang wajah penuh seringai milik Grimmjow.

"kekeke… kau akan mati di tanganku, Ulquiorra," seringai makin mengembang. Ulquiorra hanya bisa jaws drop.

Merekapun menaiki taksi yang telah dipesan Grimmjow.

Di kediaman Grimmjow…

"Kau akan tidur di kamar tamu, Ulquiorra. Ada di lantai dua," Grimmjow memberi tahu sambil menaiki tangga.

Setelah di lantai dua, Ulquiorra berhenti. "Ini kamar adikmu?" Ulquiorra bertanya sambil menunjuk sebuah kamar yang bertulis 'Orihime's Room'. Grimmjow menoleh dan mengangguk.

"Ini kamarmu sekarang," ucap Grimmjow sembari membuka sebuah pintu kamar. "Susunlah barang-barangmu. Setelah itu, kau istirahat saja. kau kan, baru sampai dari perjalanan jauhmu," tambah Grimmjow. Ulquiorra mengekor, memasuki kamar tersebut.

Grimmjow berdiri di depan pintu. "Ya… baiklah. Aku akan ke kampus. Aku masuk Aljabar Linear dengan dosen killer jam 10.40 hari ini," Grimmjow memberi tahu. "Kalau kau ingin ke kamar mandi. Kamar mandi ada di ujung lorong lantai dua. Disana," Grimmjow memberi tahu lagi sambil menunjuk sebuah pintu. "Bila kau lapar, di kulkas ada makanan," imbuh Grimmjow. Ulquiorra tampak tidak suka.

"Aku tidak suka makanan dingin," elaknya.

"Kalau kau tidak suka itu dan ingin yang lebih buruk, kau bisa menunggu adikku pulang, suruh dia yang memasak," Grimmjow menambahkan. Ulquiorra semakin jaws drop. 'Sepertinya, masakan Orihime lebih buruk' batinnya menangis. "Kau ini. Sudah tidak pandai masak. Minta yang lain pula. Baiklah… aku pergi dulu. Aku titip rumah padamu," Grimmjow berbalik dan beranjak pergi. "Oh ya… Imouto akan pulang dari sekolah jam tiga sore," tambah Grimmjow lagi. Ulquiorra mengangguk pelan.

Di Tokyo Senior High School, beberapa jam kemudian…

'Bagaimana sahabat Ani?' batin seorang gadis dengan rambut orange panjang. Dia tersenyum. 'Semoga dia cewek. Jadi, aku bisa curhat padanya,' pikirnya lagi. 'Tapi, kalau cowok…,' dia tidak melanjutkan batinnya.

"Ayo… pulang, Hime-chan," ajak Momo. Orihime mengangguk perlahan. 'Semoga dia baik padaku,' batinnya.

Cerita berlanjut!

chap ini selesai.

Maafkan kegajean stadium akhir dari author gaje yang satu ini, makin ga jelas aja fic diriku.

Review-nya ditunggu untuk perbaikan chap" selanjutnya.

Tahukah anda, review anda sangat berarti untuk penyembuhan penyakit gaje stadium akhir saya?

So, review ya….

Klik yang di bawah…. Yang warna biru….

Arigato