Koki-Koki Ganteng

Naruto milik Masashi Kishimoto

Saya Cuma minjem karakternya

Ada baiknya jika saya mengingatkan, fic ini adalah AU, GAJE, dan OOC... XD

Terinspirasi dari K-Drama "You are Beautifull"

.

Sangat Tidak Mungkin

"Siapa yang jelek?" tanya Sasuke.

Sakura memanyunkan bibirnya, sambil bersungut-sungut kesal, dia berbalik ke belakang, menghadap Sasuke. Ia bermaksud menjawab pertanyaan Sasuke. Namun gadis berbola mata kehijauan itu tidak menyadari posisi Sasuke yang kini berada tepat di belakangnya. Sampai ia berbalik dan merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirnya.

Satu... Dua... Tiga...

"ARGHHH...!"

.

.

Buru-buru Sakura mendorong Sasuke menggunakan kedua tangannya. Sasuke hampir terjungkal mengenai meja jika saja keseimbangan pria itu tidak bisa dibilang bagus. Menyadari apa yang baru saja terjadi, Sakura langsung membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. Dia berusaha meminta maaf baik secara verbal maupun non-verbal.

"Maaf! Maafkan aku, Sasuke-senpai!"

"Pergi."

"Tapi, Senpai, aku—"

"Pergi."

"Iya, tapi, aku—"

"Kubilang, cepat pergi dari sini, Haru Sakuragi!"

Sakura menyadari saat ini Sasuke tidak ingin mendengar apapun penjelasannya. Meski Sakura pun merasa marah bercampur malu—mengingat ciuman pertamanya dicuri oleh pria yang baru sehari dikenalnya—tapi tetap saja dalam kasus ini, mau tak mau, suka tak suka, dia harus mengalah.

Sasuke memandang kepergiaan Sakura dengan datar. Wajahnya masih tak menunjukkan ekspresi apapun, seakan tak peduli pada apa yang baru saja dialaminya. Sampai dia merasa Sakura—atau Haru Sakuragi, nama Sakura yang diketahuinya—tidak akan berbalik dan melihat apa yang akan dilakukannya, dia bersandar lemas ke dinding dapur. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya.

"Ini sangat tidak mungkin, kan?" Jari-jari panjangnya menyusuri permukaan bibir pucatnya yang menurutnya baru saja dicium oleh seorang pria. "Cowok gila," desisnya.

.

.

"Iya, terima kasih atas kunjungannya ya. Besok mampir lagi ya..."

Naruto melirik Sasuke yang nampaknya bertampang sangat galak sore ini. Untunglah Gaara memiliki ide bagus yang meminta agar Sasuke lebih baik berjaga di counter ketimbang ikut melayani pelanggan. Yang ada jika dia ikut melayani pelanggan, semua pelanggan akan langsung kabur melihat aura hitam yang keluar dari tubuhnya. Kedua mata biru langit Naruto kini memandang Sakura. Pegawai baru di toko kue mereka itu nampak lesu, meski masih memasang senyum manis kepada setiap pengunjung yang datang.

Naruto mendekati Sakura yang kini sedang membersihkan meja di ujung ruangan yang sepi dari pengunjung.

"Haru, kau tahu tidak si Teme itu kenapa?"

Sakura masih asyik dengan kegiatannya. Nampaknya ia tidak menyadari bahwa Naruto baru saja bertanya padanya.

"Hei, Haru!"

Sakura masih diam, meneruskan kegiatan membersihkan mejanya tanpa mengacuhkan pertanyaan Naruto.

"Hei Haruuuu!"

Sakura menoleh. "Eh? Naruto-senpai memanggilku?"

Naruto mendelik. "Iya, memangnya siapa lagi yang bernama Haru di sini?"

"Namaku kan Saku—eh, iya, namaku Sakuragi Haru maksudku." Sakura memilin-milin lap meja di tangannya, menutupi kegugupannya. Hampir saja dia keceplosan membocorkan rahasianya sendiri. "Ngomong-ngomong, tadi Naru-senpai bertanya apa?"

"Oh, iya, kau tahu tidak, si Teme itu kenapa sih?"

Sakura merasa kikuk. Apa sebaiknya dia memberitahu Naruto tentang kejadian di dapur tadi. Tapi bagaimana kalau Sasuke malah semakin marah jika berita itu disebarluaskan. Lagipula, pria normal mana sih yang mau dicium oleh sesama pria? Meski Sakura itu sebenarnya wanita.

"Itu, errr... Sasuke-senpai, errr..."

"Teme kenapa?"

Sakura menyelipkan anak rambutnya yang agak panjang ke belakang telinganya. "Itu, Sasuke-senpai..."

"Iya?"

"Dicium."

"HAH?"

Tanpa Naruto sadari semua mata pengunjung toko kue sudah melirik ke arahnya. Ada yang dengan tatapan penasaran, ada pula yang dengan tatapan 'berisik banget'. Naruto hanya nyengir dan meminta maaf. Dia merendahkan suaranya, mendekat ke arah Sakura.

"Kok bisa?"

Akhirnya mengalirlah kejadiaan nista di dapur dari mulut Sakura. Naruto mendengarkan dengan perhatian, meski dia berusaha menahan diri untuk tidak tertawa saat bagian paling memalukan dalam cerita itu keluar dari mulut Sakura.

"Itu musibah besar baginya, Haru."

"Aku tahu," gumam Sakura murung. Dia mengerti, Sasuke pasti shock karena mengira dirinya dicium oleh sesama lelaki.

"Tidak-tidak, kau tidak tahu." Naruto menggeleng pelan. "Itu ciuman pertamanya, kurasa, dan astaga! Kenapa harus darimu, coba?" Lagi-lagi Naruto menggelengkan kepalanya.

Sakura mendelik. 'Aku itu kan seorang gadis!' Meski dia tahu bukan salah Naruto juga menganggap Sasuke mengalami musibah besar.

Bukannya meringankan beban di hati Sakura, Naruto malah semakin menambah rasa gelisah yang sedari tadi menyambangi hati Sakura. Sakura mencuri-curi kesempatan untuk melirik Sasuke yang sedang mengelap gelas-gelas dari balik counter. Sasuke yang masih kesal atas kejadian pagi tadi hanya mendelik dan memberi tatapan 'apa-lihat-lihat' kepada Sakura. Sakura meringis kecil, mengembalikan tatapannya pada Naruto. Dia menghela napas dengan lemah.

"Sudah minta maaf?"

Sakura menggeleng. Tangannya kembali mengelap kaca meja yang sebenarnya sudah sangat bersih setelah ia lap berkali-kali. "Sasuke-senpai bahkan tidak mau mendengar penjelasanku."

Naruto hanya mengangkat bahunya. "Coba lagi saja nanti setelah toko tutup." Dengan memberikan sebuah tepukan ringan di atas bahu Sakura, Naruto beranjak meneruskan pekerjaannya. "Semangat!"

"Ya, semangat!" Namun nada yang terdengar dari mulutnya lebih menyerupai kepasrahan.

.

.

Sasuke melangkah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya masih terbalut handuk sebatas pinggang ke lutut. Butiran air masih menyambangi pucuk-pucuk rambut hitam miliknya. Sebuah handuk kecil mengalung di lehernya, sesekali Sasuke menggosok-gosok rambutnya dengan handuk itu. Dia baru saja melangkah ke arah kamarnya ketika Sakura memanggilnya.

"Sasuke-senpaiii..."

Sasuke memutar tubuhnya 180 derajat, dia mendelik kesal ke arah manusia yang dianggapnya telah merusak kebanggannya sebagai seorang pria. Pria mana sih yang mau dicium sesama pria?

"Apa?"

Sakura hanya diam. Sepertinya dia salah memanggil Sasuke di saat seperti ini. Bukannya menjawab pertanyaan Sasuke, dia malah terbalut keheningan mendadak akibat pemandangan yang disuguhkan Sasuke. Tanpa sadar Sakura menggigit pelan bibirnya sendiri.

Sasuke sedikit merinding melihat tingkah laku Sakura. Apalagi mengingat kejadian tadi pagi, mood Sasuke langsung memburuk.

"Gila."

Sasuke memutar tubuhnya kembali, meninggalkan Sakura yang masih diam di tempat. Dua langkah lagi Sasuke memasuki kamarnya, Sakura baru tersadar dari lamunannya.

"Sasuke-senpaiii, tunggu!"

Sakura berlari mengejar Sasuke yang tangannya sudah mencapai kenop pintu.

"Tch! Apalagi?" Sasuke memutar tubuhnya, menghadap Sakura. Pria itu menatap tajam Sakura. Yang ditatap malah meringis kecil.

Sakura menggigit-gigit bibir bawahnya, gerakan khasnya jika sedang gugup.

"Tch!"

Sasuke memutar kembali tubuhnya, bersiap masuk ke kamarnya.

"Eeh... Tunggu!" Sakura secara refleks menarik tangan Sasuke.

Sasuke menatap tajam tangan Sakura yang masih memegang tangannya. Tak ingin ditatap seperti itu, Sakura langsung melepaskan pegangannya.

"Maaf," katanya. "Aku hanya ingin bicara sebentar dengan Sasuke-senpai."

Sasuke memutar matanya dengan bosan. "Hn," katanya.

"Terima kasih."

"Waktuku berharga, jangan bertele-tele," kata Sasuke.

"Aku minta maaf atas kejadian tadi pagi," kata Sakura. Gadis itu membungkuk kecil, kemudian menatap penuh harap pada Sasuke.

Sasuke tidak memberikan respons apa-apa. Dia sedikit merasakan keanehan ketika Sakura membungkukkan badannya. Dia seperti melihat sesuatu di rambut Sakura. Perlahan dia mendekati Sakura. Tinggi Sakura yang hanya mencapai dagunya membuat Sasuke semakin mudah menjalankan maksudnya. Dia memegang pucuk kepala Sakura dengan telapak tangannya.

Sakura membeku di tempat. Dia tidak menyangka respons Sasuke akan seperti ini.

'Ini?'

"Hn," kata Sasuke. "Lupakan," imbuhnya. Sasuke berbalik menuju kamarnya.

"Tu-tunggu! Maksudnya?"

Sasuke tersenyum tipis, tanpa membalikkan badannya dia berkata, "Kumaafkan."

Sakura tersenyum sumringah mendengar perkataan Sasuke.

'Gadis ya?' batin Sasuke.

"Haru," panggil Sasuke.

"Ya?"

"Besok temani aku membeli bahan di pasar."

"Eh?" Sakura membelalakkan matanya, dia tidak menyangka Sasuke akan mengajaknya. Dia senang, itu tandanya Sasuke mulai menerimanya sebagai anggota. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa Sasuke kini sedang menyiapkan acara pembalasan baginya.

.

.

Bersambung...

Yak, draft abal yang terlantar sekian lama dan akhirnya diberanikan publish setelah mendapat teror dari beberapa pihak. *ngeles* XDD

Maap kalo ceritanya tambah ancur. *buburu ngumpet.*

Terima kasih sudah membaca! :)