Yosh, sblm lnjut.. ie bls review dlu y ^-^

Pablo Hirunata: Haha.. bnr bgt, Mamo-chan bego *di timpuk sapu* skg sng'a jd lpa situasi. klo di bazoka, author g tnggung jwb lho.. slhx sndiri sih ^-^

Higurai Akuma: Sankyuu.. Nih lnjutax dah update! *nyebarin krtas*

: T.T iya nih.. OOc prah.. Ssah bgt bkn fic romance yg g OOC klo org'a se-setan Hiruma #Plakk.. *blg aj lo bego*. Thank kritik'a.. Membangun bgt ^-^ mdh2an si bego ini bsa m'perdalam ilmu tlis-m'nulis spya g nyampah doank di fandom k'sygan Ie T.T

Matsura Akimoto: yah, anda krg b'untung.. Mamo-chan cm mo menguasai You-nii sndirian. So, jgn kan mnta fto, mnta tisu bks lap ingus Hiruma aj g bleh kekeke..

Undine-yaha: Sankyuu. Syukur deh klo fic ancur Ie ckp m'hbur T.T

Iin Cka You-nii: ^-^ Arigatou.. t'hru bgt pas bca review Iin. Pdhl fic'a ancur bin OOC parah.

3rikeP: Hehe.. You-nii mah emg setan. Author aj mpe mrinding pas nlis'a.. Tkt Hiruma mncul trus nmbak Ie gra2 ng'buat dia kram mlt di srh acting snyum2 he^-^

Yui-chan: Waduh, mnding jgn mnta fto Hiru-kun deh! Yui blm tau sih klo fto aj bsa mngundang sgla mcm setan k'dlm rmh. Emg Yui-chan mau di hantui tmn2x You-nii dri dsr neraka?

Grth: Tng! Mamo-chan g malu ng'raba2 punggung kok.. Dia mlh sng udh b'hsil megang2 body sixpack Hiruma wkwkw *dilmpar sapu*


Disclaimer: Inagaki Riichiro & Yuusuke Murata

Story: Cielheart Ie'chan

Pairing: HiruMamo

Warning: OOC, gaje, typo, dll. dont like, dont read

Chapter 2


''Hi.. ruma-kun, kau.. bangun?'' Mamori butuh perjuangan keras untuk mengucapkan tiga suku kata di sela-sela tarikan nafasnya yang terputus-putus.

''Hn!' Hiruma bergumam santai. Masih tersenyum bak matahari pukul dua siang di musim dingin. Sukses meruntuhkan pondasi keberanian si pecinta cream puff yang masih jongkok membeku disamping tubuhnya.

''Ka.. pan?''

''Baru saja.''

Hiruma kembali serius. Bosan menakuti Mamori dengan senyum manis yang membuat otot-otot disekitar bibirnya terasa kaku. Ia melirik akuma techou di tangan gadis bermata safir itu. Memastikan kondisi benda itu masih beraura neraka dan seram, belum ternoda kesucian penjelajahan tangan dan mata usil manager sialan sok detective didepannya.

Mamori yang seolah bisa membaca isi kepala kapten Devil Bats itu buru-buru menyodorkan si buku ancaman didepan Hiruma.

''Te.. tenang saja! Aku belum melihat isinya kok.'' Mamori berhasil mendapatkan recharge keberanian. Kalau mengaku seperti ini, Hiruma tidak akan melubangi tengkorak kepalanya dengan AK-47 kan?

Ah, sial! Mamori mengerang dalam diam, menyesal menyadari ia benar-benar tidak melihat secuil pun isi buku teror itu meski tangannya berhasil menorehkan sidik jari diatas sana.

Mamori, kau benar-benar bodoh! Mamori memaki diri sendiri. Eh, tapi tidak apa-apa juga sih. Masih ada hari esok kok hehe..

Well! Satu hal yang kita tahu, Mamori memang bosan hidup.

Mamori mengulurkan akuma techou. Hiruma tetap diam. Pria berambut pirang spike itu membiarkan tangan Mamori menggantung di udara, sementara pandangannya meneliti kejujuran di wajah gadis itu.

Mamori balas menantang tatapan Hiruma. Mengisyaratkan bahwa ia tidak bersalah walaupun jelas-jelas tertangkap basah sebagai pencuri.

Emerald dan Sapphire saling beradu. Lama. Bahkan tanpa berkedip. Seolah di antara mereka terjadi kesepakatan tidak tertulis bahwa yang mengalihkan pandangan pertama kali lah yang salah. Dan Mamori sebagai pihak terintimidasi jelas tidak mau mengakui hal itu meski jantungnya berdetak kencang dengan tubuh panas-dingin ketakutan.

''Boleh juga kau... Mamori.''

Deg!

Mamori berhenti bernafas. Apa tadi katanya? Mamori? Hallo! Setan yang biasanya menyebut orang 'sialan' itu memanggil nama kecil Mamori? Bahkan melompati fase sopan santun saling memanggil Marga?

Yang benar saja! Pasti ada yang salah dengan otaknya!

''Hiruma-kun, kau terbentur dima... Kyaaa!''

Plukk..

Mamori belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat Hiruma tiba-tiba menarik lengan Mamori yang masih terulur memegang akuma techou. Alhasil, cewek berambut coklat sebahu itu hilang keseimbangan dan jatuh tepat menimpa Hiruma.

Tidak hanya sampai disitu, Mamori bahkan belum berhasil mencerna apa yang terjadi saat tahu-tahu Mamori merasakan lengan kiri Hiruma berhasil melingkari pinggangnya, sementara tangannya yang lain memeluk kepala Mamori dan.. Hup! Dalam satu tarikan nafas, posisi keduanya sukses terbalik.

Hiruma diatas, sedangkan Mamori berada dibawah. Meleleh merasakan nafas beraroma mint Hiruma menampar pelan sisi wajahnya. Dekat. Bahkan terlalu dekat.

Apakah ada yang berfikir adegan romance ini sudah berakhir? Oh, tentu saja tidak.

Mamori tetap hank ketika Hiruma kembali melakukan ide gila lain dari cerberum otak jeniusnya. Hiruma semakin mengecilkan jarak wajah antara ia dan Mamori. Sedikit memiringkan kepala ke kiri hingga bibirnya melekat sempurna di bibir mungil tipis ber-lipgloss rasa strawberry Mamori.

Hiruma merasakan tubuh gadis itu tersentak pelan. Menegang tidak percaya. Sayangnya Hiruma tidak peduli. Ia justru semakin menekan bibirnya kasar sembari cepat-cepat meringkus tangan kanan Mamori yang terulur menggapai wajahnya. Bermaksud menolak. Hiruma menahan tangan itu di lantai, di sisi wajah.

''Emmph..'' Mamori melenguh pelan. Berusaha menepis cengkraman Hiruma dari pergelangan tangannya. Tetapi semakin ia memaksa lepas, genggaman itu justru semakin kuat. Mamori kalah total. Pasrah.

Hiruma menyerigai tipis, kembali menekan bibirnya lebih dalam di bibir Mamori. Begitu merasakan tidak ada perlawanan lagi, misi Hiruma yang sesungguhnya baru di mulai.

Tangan Hiruma yang menyangga leher Mamori bergerak turun, meraih akuma techou di tangan kiri Mamori yang sejak tadi tergolek beku di samping tubuhnya.

Mamori terkesiap. Sial! Ini perangkap ya? Innernya mengerang sebal.

Tidak mau kalah, Mamori reflek mengeratkan genggamannya di buku itu. Membuat urat-urat di tubuh Hiruma bertonjolan murka.

Setan bermata emerald itu otomatis menarik tubuhnya menjauh beberapa centi meter dari Mamori.

''Kau cari mati ya? Dasar manager sialan!'' desisnya beraura neraka.

''Mou, Hiruma-kun! Jangan panggil aku seperti itu!'' Mamori yang berhasil mengumpulkan sisa-sisa akal sehatnya ikutan sebal.

''Ck!'' Hiruma berdecak pelan.

Tanpa menunggu reaksi Mamori, Hiruma langsung berdiri sambil menyambar kasar akuma techou-nya kembali, menyelipkannya di balik punggung seperti semula.

''Hey, kuso mane! Yang tadi itu hanya peringatan supaya kau tidak macam-macam. Kalau kau melakukannya lagi, hidupmu tinggal sejarah.'' Hiruma bersuara datar memunggungi Mamori.
Sedetik kemudian, ia beranjak pergi sambil memainkan permen karet tanpa gula di mulutnya. Santai. Membiarkan Mamori tetap terlentang gregetan di lantai.

Gadis bermata safir itu buru-buru bangkit berkacak pinggang.

''Mou, Hiruma-kun, jangan pergi! Kembalikan akuma techou padaku! Berikan fotoku!''

''Ck, selamat bermimpi!'' Hiruma menyahut sarkastis. Menghilang dibalik pintu ganda lantai tiga.

''Mou.. Dasar Hiruma-kun payah!'' Mamori menggembungkan pipi dengan muka memerah menahan marah. Ia terdiam cukup lama, memandangi pintu masuk yang berada beberapa meter didepannya.

Setelah merasa Hiruma tidak mungkin kembali atau siapapun tidak akan masuk, Mamori tiba-tiba tertawa sendiri. Awalnya hanya kikik pelan, namun lama-kelamaan menjadi kekeh setan ala sang kapten Deimon Devil Bats.

So, apa yang terjadi?

1. Mamori gila karena foto.

2. Mamori stress setelah menyentuh akuma techou.

3. Mamori depresi di ancam Hiruma.

4. Mamori 'sakit' di kiss paksa.

5. Semua jawaban benar.

Tettot..

Salah! Salah! Salah!

Jawaban yang benar adalah nomor enam *?*

Setelah puas tertawa tidak jelas sampai perut sakit dan mengeluarkan air mata, Mamori langsung terduduk bersandar di pagar pembatas. Ia merogoh saku blazernya, mengeluarkan selembar kertas keras bergambar ia dan Suzuna dalam balutan seragam cheerleader.

''Hiruma-kun, pasti ada alasan kenapa kau memilihku jadi manager Deimon Devil Bats kan?'' Berbicara sendiri, Mamori tersenyum licik memandangi foto di tangannya. ''Dan kita sama-sama tahu jawabannya adalah... hanya aku yang bisa mengimbangi kejeniusanmu.''

Yup, memang benar. Setelah otak Mamori berfungsi normal dan sadar alasan Hiruma menciumnya, otaknya buru-buru mengatur ulang strategi.

Saat tangan kanan Mamori berusaha memberontak dari kiss Hiruma, tangan kirinya yang masih memegang akuma techou justru mengemban misi lain. Tangan nakal itu diam-diam menjelajahi isi buku ancaman, mengantongi satu-satunya foto yang terselip disana dengan pikiran paling rasional saat itu. Asal fotonya selamat, akuma techou di rebut pun tak masalah.

Mengingat semua kegilaan itu, latar bercahaya penuh kemenangan Mamori langsung meredup, berganti aura speechless luar biasa.

''Kalau Hiruma-kun tahu...''

Glukk! Mamori meneguk ludah. Ia tidak sanggup berfantasi lebih jauh selain memikirkan tubuhnya berada diatas piring, siap di santap cerberos yang memegang pisau dan garpu dengan air liur menetes.


Hiruma menjatuhkan diri diatas sofa kamarnya. Mendengus pelan memandangi halaman tengah akuma techou yang bertuliskan data-data Anezaki Mamori. Mulai dari tinggi, berat, hobby, bahkan sampai hal kecil seperti jam berapa ia mandi *yg bnr lo? Bwt ap tuh? Ngintip?*

Tapi bukan itu yang menjadi fokus mata emerald sang setan. Hiruma justru memandangi besi kecil (a.k.a Klip yang tadinya di pakai sebagai) jepitan foto yang terjepit di sudut dalam kertas.

Blupp..

Gelembung permen karet Hiruma meletus, menimbulkan bunyi di antara heningnya kamar bercorak hitam-merah itu.

Hiruma berdecak pelan. ''Ck! Sejak kapan manager sialan itu mencuri foto sialannya?'' desisnya mengingat-ingat.

Hiruma melempar akuma techou diatas meja kaca, lalu berjalan kearah balkon kamar sambil memencet tombol HP. Menelpon seseorang.


Mamori meringis nyeri memandangi layar ponselnya yang melantunkan nada 'Goal' di tangannya.

''Hiruma?'' Mamori meneguk ludah menyebut nama si penelpon. ''Pasti mau marah-marah,'' keluhnya menghela nafas.

Merasa percuma untuk mengelak, Mamori menekan tombol 'OK' dengan perasaan was-was.

''Hey, manager sialan! Kembalikan bahan ancaman sialanku.'' Suara Hiruma terdengar dari sambungan telepon. Tenang. Tapi penuh penekanan di setiap bagiannya.

Mamori semakin merinding. Mengatur nafas pelan untuk menenangkan diri sebelum menjawab, ''Mou, Hiruma-kun! Aku hanya mengambil fotoku kembali. Aku juga tidak mungkin membiarkanmu menyimpan foto memalukan itu,'' Mamori tidak kalah sengit. ''Kalau kau sebegitu cintanya padaku, aku bisa memberimu foto lain yang tidak kalah cantik dan pastinya tidak cocok jadi penghuni buku bodohmu itu!''

Ok! Mamori tahu ia sudah melantur. But, it's not a big deal. Ini semua karena ulah Hiruma sendiri. Setan itu terlalu pintar membuat orang marah sekaligus takut.

''Baik. Cepat kirim foto cantik sialanmu itu. Aku ingin lihat.''

''Apa?'' Suara Mamori naik satu oktaf. Orang ini menganggap serius kata-katanya?

''Sekarang!'' Hiruma menegaskan ucapannya dengan sinis. ''Atau kau lebih suka kepalamu di tembus peluru, nona cream puff sialan?''

''Mou.. Dasar kau setan menyebalkan!''

Klik. Mamori memutus sambungan ponselnya tanpa permisi.

Mau tidak mau, Mamori terpaksa mencari foto paling 'malaikat tanpa dosa' di folder ponselnya sambil berharap foto itu sudah sangat tanpa cela hingga Hiruma tidak mempunyai alasan untuk menjadikannya bahan ancaman baru.

Mamori mengirim satu foto berpakaian bebas, dibubuhi PS:

"Nih, fotoku. Kau boleh memajangnya di kamarmu dalam ukuran jumbo sambil mencari kelemahannya. Tapi sayang, kau tidak akan menemukan apa-apa selain fakta bahwa aku terlalu cantik."

Mamori ngeri sendiri mengingat kenarsisannya. Tapi sebodo amatlah, batinnya tidak peduli. Ia lebih suka membayangkan wajah masam Hiruma di seberang sana. Pasti pria setan itu sedang menembaki dirinya sendiri karena kesal, innernya melantur.

Tidak lama kemudian, sebuah SMS balasan memenuhi inbox-nya. Hanya satu kata.

"Cantik"

Blush!

Warna merah merambat cepat di wajah Mamori. Panas. Membuat ia semakin melebarkan senyum di iringi debaran jantung yang berpacu cepat.

Tring.. Tring..

SMS lagi. Dan masih dari orang yang sama.

Mamori menautkan alis. Penasaran, ia segera menekan tombol 'open' dan.. tertegun.

Kedua safir Mamori membelalak liar membaca pesan Hiruma. Secepat kilat, tangannya menari-nari diatas ponsel. Menelpon si telinga elf yang berani-beraninya mengirim pesan seperti itu.

''Hiruma Youichi, kau memang brengsek! Hapus fotoku!'' Mamori berteriak setelah Hiruma mengangkat teleponnya.

''Cih, sejak kapan kau berani memerintahku?'' Hiruma melecehkan.

''Aku bilang hapus...''

Tut.. Tut.. Tut..

Sambungan terputus.

Mamori melongo menatap LCD ponselnya.

''Mou.. Hiruma-kun, kau benar-benar menyebalkan,'' desisnya membanting ponselnya diatas kasur.

Sedetik kemudian, Mamori tiba-tiba tersenyum menyerigai. ''Sepertinya kau tidak tahu sedang bermain dengan siapa ya, Hiruma-kun? Asal tahu saja, aku bisa mencuri fotoku berulang kali.''

Mamori menyambar handuk putih digantungan baju, belakang pintu, lalu berjalan ke kamar mandi sambil memikirkan strategi baru untuk menghapus fotonya di ponsel Hiruma.


Sementara itu, di tempat lain..

''Kekekeke.. Aku jadi penasaran, apalagi yang di rencanakan si manager sialan itu?'' Hiruma terkekeh memandangi ponselnya. Di layar 'pesan terkirim' tertulis jelas:

"Cocok untuk mengusir kecoa di WC pria Deimon kekekeke.."

Yup, pertarungan setan vs malaikat yang sebenarnya baru di mulai.

.

.

-Owari-

-Owari-

.

.


Yaelah, klo bru d'mlai, trs 2 chapter ini ap dong? smpah? *Pundung*

Yosh! Abiz bca, jgn lupa review ne.. 1 hrf sdh ckp unt m'bgkitkn smgt nlis si author bego ini kok T.T kritik, srn, dll jg g mslh ^-^

oh, ya! Skdr pemberitahuan iseng. Ie lg pnya ide bkn sekuel Fic ini.. Klo ad yg b'mnat, blg ya.. Biar Ie smgt nlis. Klo g ad jg g pa2 se. Ie ttp niat nlis hehe..