a/n: yosh, fic k-2 gw update jg hehe.. bca n jgn lpa review y? gomen jg bgi yg bca fic p'tmagw, OMG! sorry tlt publish. Tapi gw jnji scepatx kok.

Summary: Saat Mamori di paksa memakai seragam cheerleader oleh Suzuna, Hiruma memotretnya dalam pose memalukan dan menjadikan foto itu bahan ancaman baru di akuma techou, si buku laknat.


Disclaimer: Inagaki Riichiro & Yuusuke Murata (bnr g?)

Story: Cielheart Ie'chan

Pairing: HiruMamo

warning: OOC, gaje, typo, dll. dont like, dont read


''Urgh.. Payah! Payah! Payah!'' Mamori mengacak-acak rambut frustasi seraya semakin membenamkan diri dibawah selimut putih pucat yang membungkus tubuh mungilnya. ''Hiruma-kun, kau payah! Menyebalkan!'' teriaknya lagi.

Mamori bangkit dari persembunyiannya, lalu duduk bersandar di kepala spring bed sambil menggigit ujung bantal dalam dekapannya. Gregetan.

Untuk pertama kalinya sejak mengenal Hiruma, Mamori benar-benar kesal oleh ulah setan berwujud manusia itu.

Bagaimana tidak kesal kalau foto sexy dalam balutan seragam cheerleadermu yang memalukan dijadikan bahan ancaman baru, penghuni akuma techou yang super duper mega menakutkan itu.

''Argh! Dasar setan payah.. Pokoknya aku harus mengambil foto itu sebelum Hiruma-kun memakainya untuk memaksaku kerja rodi sebagai manager.'' Mamori bersuara tegas. Kedua tangannya mengacung tinggi-tinggi. Bukti bahwa ia sangat serius dengan keputusannya.

Yup, amat sangat serius.

Mamori tidak peduli meski lawannya adalah si commander from hell sekalipun. Ia tidak bisa membiarkan si peneror dunia itu bertingkah lebih sadis dari ini. Sudah cukup Mamori menahan diri mendengar kata 'sialan' Hiruma atau menghina cream puff favorite-nya.

Tidak. Untuk kali ini, Mamori tidak akan membiarkan cowok itu semena-mena.

''Yosh! Lihat saja Hiruma-kun, aku akan mencuri foto itu darimu!'' Mamori semangat 45.


Misi di mulai.

Mamori melirik bangku di seberang gang mejanya. Si pemilik bangku aka Hiruma Youichi bertingkah setan seperti biasa. Duduk ongkang-ongkang kaki sembari mengutak-atik laptop kesayangannya. Mulut Hiruma komat-kamit mengulum permen karet free sugar yang sesekali meletus dan menggelembung, mengganggu konsentasi belajar seisi kelas.

Sebenarnya Mamori hampir mengamuk mewakili murid-murid yang merasa terganggu tapi tidak berani protes, namun untuk kali ini, ia mengurungkan niat suci itu karena misi lain yang tidak kalah suci telah menunggunya. Mencuri foto berpakaian cheerleadernya yang tersimpan rapi di akuma techou.

Pandangan Mamori menjelajahi setiap lekuk tubuh Hiruma dengan tatapan horror.

Dimana? Dimana? Dimana? Dimana akuma techou itu di sembunyikan?

Di tas? Di saku? Dibalik punggung atau... jangan-jangan di sembunyikan di loker berisi tumpukan senjata itu ya?

''Argh! Hiruma-kun, kau benar-benar membuatku gila.'' Mamori mengacak-acak rambut frustasi. Ia berdesis menyuarakan isi hatinya tanpa sadar.

Sebenarnya suara Mamori sangat pelan. Malah terlalu pelan. Tapi Hiruma seolah memiliki radar infrasonik di telinganya yang membuat sang kapten DDB bisa mendengar ucapan Mamori.

''Apa?'' Hiruma menoleh dengan alis terangkat sebelah.

''Hah?'' Mamori terkesiap.

''Sejak tadi kau ngiler menatapku kan? Kenapa? Mulai jatuh cinta atau.. kau mencari foto sialanmu ya, manager sialan?''

Ya, ampun! Dia tahu? Mamori makin frustasi.

''Ja.. jangan bercanda! Aku tidak melihatmu. Aku juga tidak peduli dengan foto bodoh itu kok. Wekk..'' Mamori menjulurkan lidah sebal. Pura-pura cuek, Mamori membuang muka kearah white board.

''Kekekekeke.. Dasar manager sialan! Kau pikir aku tidak tahu isi kepalamu?'' Hiruma terkekeh setan, lalu kembali serius menatap layar laptopnya.

''Mou.. Hiruma-kun! Aku bilang, aku tidak peduli!'' Mamori masih membela diri.

Hiruma tidak menjawab.

''Kau benar-benar menyebalkan!'' Mamori berdesis sinis.

Masih tidak ada jawaban.

''Ck!'' Merasa tidak di respon, Mamori kembali menyalin soal fisika di papan tulis dengan tampang sebal.

Apa-apaan orang tau? Kalau sudah tahu aku mencari fotoku, cepat kembalikan dong! Memangnya buat apa sih menyimpan foto orang? Dasar setan bodoh! Mamori bersungut-sungut dalam hati. Tidak menyadari lirikan Hiruma yang tersenyum tipis melihat tingkahnya.


Teng.. Teng.. Teng..

Bel istirahat pertama menggema di setiap penjuru SMU Deimon.

Hiruma melenggang keluar kelas 2a dengan santai. Membuat Mamori terburu-buru merapikan buku dan alat tulisnya sebelum mengekori langkah Hiruma.

Pokoknya aku harus tahu dimana Hiruma-kun menyembunyikan akuma techou, batin Mamori penuh semangat.

Mamori menguntit Hiruma dari jarak jauh agar pria setan itu tidak curiga sambil sesekali membalas sapaan para fansnya yang bertebaran di koridor lantai dua, lantai khusus murid kelas dua.

Hiruma mencapai ujung koridor, mendaki tangga menuju tingkat tiga sekolah itu, lalu memasuki pintu ganda besi yang menghubungkan ruangan itu dengan atap sekolah.

''Mau apa Hiruma-kun ketempat ini? Tidur?'' Mamori melipat tangan didepan dada. Sok berfikir tanpa hasil.

Karena Mamori tidak mungkin ikut masuk, ia terpaksa membuka pintu itu sedikit. Memberi celah kecil untuk mengintip apapun kegiatan Hiruma didalam sana.

''Eng?'' Mamori melebarkan mata. Berusaha menajamkan indra melihat Hiruma duduk bersandar di tepi pagar pembatas gedung sambil memandangi sesuatu yang terselip di akuma techou.

Yatta, akhirnya buku sialan itu muncul juga, inner Mamori goyang ngebor.

Mamori tidak peduli hal apapun yang dipandangi Hiruma di buku siksaan itu hingga si setan yang biasanya sangar tiba-tiba tersenyum tipis, sedikit geli.

Sungguh! Mamori tidak penasaran dan tidak mau tahu. Toh bagi Mamori, sesuatu yang membuat setan tertawa justru mendatangkan bencana bagi orang lain.

Yah, walaupun dalam kasus ini, Hiruma tidak terkekeh setan seperti biasa tapi tersenyum manis penuh makna dan terlalu OOC kalau tidak mau disebut gila.

Tapi sekali lagi Mamori tegaskan, ia tidak peduli. Pandangan mata safirnya telah tersedot 'kecantikan' si akuma techou dan tidak sabar untuk segera mempreteli isinya.

Hemm.. kalau mengambil fotoku saja, tanggung. Bagaimana kalau sekalian mencuri buku bodoh itu? batin Mamori menimbang-nimbang.

Tidak sampai satu detik, gadis berambut coklat pudar itu sudah menyerigai setan dengan tanduk invisible di kepalanya.

Hoho.. akuma techou, akulah malaikat pembasmimu, inner Mamori mulai gila.

Mamori melihat Hiruma menyelipkan buku laknat itu dibalik punggung, dibawah blazernya sebelum berbaring terlentang di lantai. Memejamkan mata seraya menjadikan tangannya sebagai bantal dadakan.

Mamori menutup pintu ganda didepannya, bersandar disana. Ia bermaksud menunggu Hiruma tidur nyenyak sebelum menggerayangi punggung cowok itu.

Habis.. kalian tahu sendiri resikonya kan? Main-main dengan Hiruma Youichi berarti bermain-main dengan nyawa sendiri. Bahkan walaupun kau bernyawa seribu seperti kucing, kau tetap akan mati mengenaskan.

Sungguh sangat ironis!


Mamori melirik jam di pergelangan tangan kanannya. Pukul 11.13 am. Berarti ia sudah menunggu Hiruma tertidur selama duapuluh tiga menit. Mengorbankan istirahat pertama dan jam pelajaran keempat dan kelima yang baru saja dimulai.

Mamori menghela nafas pasrah. Semua demi misi perdamaian dunia Deimon, batinnya membela diri.

Krekk..

Terdengar bunyi engsel berdecit pelan saat Mamori membuka pintu atap didepannya. Ia kembali mengintip ruangan luas berpayung langit biru itu dan mendapati Hiruma tetap tidur dalam posisi yang sama.

Mamori menghembuskan nafas lega. Sepertinya Hiruma tidur nyenyak.

Setelah memastikan tidak ada gerakan mencurigakan dari pria berambut spike itu, Mamori reflek mengendap-endap mendekati Hiruma yang tertidur di dekat tembok pembatas.

Mamori berjongkok disamping kepala Hiruma. Melambai-lambaikan tangan iseng didepan wajah cowok itu. Semakin memastikan dugaannya tidak salah.

''Hiruma-kun, kau sudah tidur ya?'' Mamori bergumam pelan.

Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya aliran nafas Hiruma yang bergerak teratur. Damai.

Mamori tersenyum tipis. Kalau sedang tidur, Hiruma-kun lucu juga, batinnya geli sendiri.

Mamori benci mengakui ini, tapi wajah tidur Hiruma terlihat suci, agung dan damai. Berbanding terbalik saat bangun.

Tidak ingin melewatkan moment langka itu, Mamori cepat-cepat merongoh ponsel di sakunya, menekan beberapa tombol hingga layar LCD memasuki aplikasi kamera dan..

Jepret!

Satu foto setan berwajah malaikat berhasil menjadi penghuni folder ponsel Mamori.

Hehe.. Mamori terkekeh dalam diam. Lumayan buat jaga-jaga kalau macam-macam denganku, Youichi, innernya menyerigai.

Tidak mau berlama-lama dengan setan, Mamori kembali memasukkan ponselnya kedalam saku blazer dan berpindah tempat ke sisi pinggang Hiruma.

Mamori meringis menggigit bibir bawahnya sembari perlahan-lahan menyentuh lipatan bawah seragam Hiruma. Mamori berusaha menyusupkan tangan kanannya di balik kemeja putih berjas hijau itu sementara tangan kirinya bertumpu di tembok sebagai penjaga keseimbangan tubuh.

Sial! Kenapa Hiruma-kun tidur terlentang? Mamori bersungut-sungut. Kalau seperti ini, akuma techou di punggung Hiruma tidak bisa diambil dengan mudah.

Untungnya malaikat selalu berpihak pada Mamori. Tanpa di sangka-sangka, Hiruma mengeliat pelan. Mengganti posisi tidurnya dari terlentang menjadi miring menghadap tembok.

Mamori membeku sesaat. Ia hampir jantungan dan kabur dari atap. Tapi begitu bola matanya tertumbuk pada kelopak mata Hiruma yang tertutup rapat dan gerakan nafasnya yang tetap tenang dan teratur, Mamori kembali melanjutkan aksi nekatnya menyingkap kemeja bawah Hiruma yang memamerkan akuma techou yang terselip diantara punggung dan bawahan seragamnya. *ribet, bilang aja celana*

Untuk sesaat, Mamori menggantung tangan kanannya di udara. Mamori menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan-lahan sambil berusaha meredakan detak jantungnya yang tiba-tiba memompa darah lebih cepat. Puas berdiam diri, Mamori kembali mengulurkan tangan, menyentuh ujung akuma techou dan berusaha menariknya keluar pelan-pelan.

Sukses besar!

Mamori hampir berteriak kesurupan melihat buku ancaman berada dalam genggamannya.

Oh, ya! Satu sensasi aneh lagi. Mamori tiba-tiba diliputi perasaan mencekam memegang benda itu.

''Ya, ampun! Buku ini segitu horrornya ya? Sampai bulu kudukku merinding semua.'' Mamori mencelus tidak percaya. Saking kesalnya, ia sampai tidak sadar sudah bersuara lantang dan berhasil membuat gendang telinga elf seseorang disampingnya bergerak-gerak menerima resonansi.

''Dasar Hiruma-kun! Kenapa dia tidak takut memegang benda beraura setan begini?'' Mamori mengernyit aneh. ''Pasti karena dia juga turunan setan!'' sinisnya lagi, menjawab pertanyaannya sendiri.

''Salah! Jawabannya karena aku yang membuat buku sialan itu, manager sialan bodoh!''

Syuuuu...

Angin kutub utara berembus di langit Deimon dan berhasil membekukan seorang Anezaki Mamori.

Krek.. Krek.. Krek..

Dengan gerakan leher patah-patah ala robot kekurangan energi baterai, Mamori menoleh menatap Hiruma yang entah sejak kapan kembali ke posisi semula. Tidur terlentang dengan tangan sebagai bantal.

Pria bermata emerald itu memamerkan seulas senyum tipis yang sanggup membangkitkan bulu-bulu halus disekitar tengkuk.

Efek yang sangat mengerikan!

Membuat Mamori sadar kalau ternyata.. IA SALAH MEMILIH MUSUH.

Dan hebatnya, Mamori baru saja membangkitkan kepribadian ganda si manusia setan.

Seumur-umur, Mamori belum pernah melihat Hiruma yang seperti ini. Tersenyum manis dengan aura hitam yang menguar dari balik punggung. Mamori bahkan berani bertaruh kalau pemandangan saat ini berjuta-juta kali lebih berbahaya dari kekeh atau seringai setan Hiruma yang biasanya.

Argh! Mamori, kau benar-benar bodoh.

*tsu-zu-ku*