YA~~~HA~~~~ Lhyn datang lagi…. Kali ini membawa fic gaje en' aneh bin abal…

Tapi sebelumnya Lhyn mau minta maap ama para readers 2nd Sakura yang kecewa ama ending fic itu, Lhyn lagi nyari ide wat bikin epilog atou squelnya kok..

N' ama readers summer yang Lhyn yakin pasti kecewa…*dibakar karna kepedean* maap Lhyn belom bisa bikin squelnya… abis nanggung, bentar lagi bulan Ramadhan, n Summer membutuhkan rated M, jadi Lhyn tunda dulu… maap yah…

`sensei to live`

NaruoMasashi Kishimoto

Warning: gaje, aneh, kakashi akan OOC dichaps2 awal, typo, dll yang pasti membuat fic ini jadi jauh dari kata sempurna.

`sensei to live`

London 9 : 57 am

Kakashi menguap lebar, kepalanya terasa berat dan hangat matahari mulai menyentuh kulitnya, namun rasanya dia masih enggan beranjak dari tidurnya, tangannya bergerak meraba sesuatu disamping kirinya dan menariknya mendekat setelah dia menemukannya.

"Mmmh…." Terdengar lenguh seorang wanita saat Kakashi menarik tubuh itu mendekat, tapi tak berusaha menolaknya.

"Sudah cukup Kakashi." Kata sebuah suara berat yang tidak berasal dari salah satu sosok diatas ranjang itu.

Jantung kakashi langsung terpacu cepat mendengar suara itu, dia membuka paksa matanya dan memandang sosok yang sebelumnya tidak tertangkap matanya. Sosok pria berambut perak yang sama dengan peraknya. Bisa dibilang juga sosoknya sendiri saat dia tua nanti.

"Dad?" Tanya Kakashi untuk memastikan keberadaan otousannya yang duduk disebuah kursi nyaman didepan tempat tidurnya dan memandangnya santai.

"Dad?" ulang suara parau wanita yang masih bergelung nyaman disampingnya.

Kakashi bangkit, meletakkan bantalnya dikepala tempat tidur kemudian menyandarkan tubuhnya disana, membiarkan selimut tak lagi menetupi dada six packnya, sementara sosok disampingnya masih aman didalam selimut yang itu. Kakashi memandang kearah pintu dan melihat keberadaan punggung dua bodyguard setia otousannya disana. Kemudian kembali memandang otousannya dengan malas.

"Sejak kapan Dad disini?" Tanya Kakashi malas.

"Otousan, Not Dad." Kata pria itu dengan suara beratnya.

"Come On Dad… this is London." Seru Kakashi, meletakkan kedua tangannya dibelakang kepala.

"kau bicara dengan siapa honey?" kata suara parau wanita itu.

Sakumo memandang tak suka pada gundukan dibawah selimut disamping anaknya. Dan sebagai anak kakashi tau betul apa arti pandangan itu. "Shion, bangunlah…" Kakashi mengusap pundak gadis itu lembut.

"Ada apa Hon—" mata gadis itu membelalak lebar melihat adanya orang lain selain dia dan Kakashi dikamar itu. "Anda?" dia bertanya gugup, matanya langsung memastikan seluruh tubuhnya tertutup selimut saat itu.

"Tenanglah, pakai kembali bajumu dan pulang ya… aku akan menemuimu lagi nanti malam." Kata Kakashi ringan mengecup kening gadis bermata violet itu lembut. Gadis itu mengangguk pelan, lalu mengumpulkan kembali seluruh pakaiannya yang tersebar dengan hati-hati, memastikan seluruh tubuhnya tetap tertutup selimut.

Suasana hening saat gadis berambut pirang dengan mata violet itu memakai kembali seluruh pakaiannya hinga kemudian dia membungkuk dalam-dalam pada Sakumo dan berlalu dari ruangan itu.

Kakashi memandang bosan pada otousannya itu. Bukan pertanda baik setiap kali otousannya datang kemansionnya ini. Otousannya adalah pria paling sibuk yang pernah Kakashi kenal, selama sembilan tahun terakhir hanya sekitar lima sampai tujuh kali pria itu datang menemuinya di sini, dilondon. Tempatnya hidup sembilan tahun terakhir sejak Almarhum Kaasannya meninggal. terakhir kalinya pria itu datang adalah setahun yang lalu, saat dia memberitahukan bahwa gadis yang akan menjadi istrinya telah dipilih. itu adalah hal yang lebih buruk dari kata buruk itu sendiri.

"Apakah kali ini otousan datang untuk mengatakan bahwa tanggal pernikahanku sudah ditentukan?" Tanya Kakashi masih memandang malas otousannya.

"Hah! Kau pikir mau kau beri makan apa gadis itu?" Ayahnya memandang mencemooh, membuatnya risih. "Aku ingin kau menghentikan kebodohan ini, Kau harus belajar memimpin dirimu sendiri sebelum kau memimpin perusahaan besar, dimana puluhan ribu kepala keluarga bergantung diperusahan itu, Kakashi."

"Kebodohan? Ini hidupku."

"Kalau begitu kau harus merubah hidupmu."

"Oke. Langsung saja. Apa mau Otousan." Tanya Kakashi tak sabar.

"Kau akan kembali ke konoha malam ini dan memulai kehidupanmu yang baru disana." Kata Sakumo, memandang tajam mata onyx yang sama persis sengan onyxnya.

"Aku tidak mau." Kata Kakashi sedikit lebih serius. "Kuliahku belum sele—"

"Jangan membohongi otousanmu Kakashi." Kata Sakumo lagi, kemudian duduk tegak dan melemparkan sesuatu ketempat tidur kakashi. "Itu paspor dan tiketmu. Kau akan berangkat dengan pesawat jam tujuh malam ini, kau punya waktu untuk keluar dari mansion ini sebelum jam tiga karna pemilik barunya akan datang jam tiga lebih lima menit tepat. Barang-barangmu sudah kubereskan. kemudian mobil, ATM, kredit card, visa card, seluruh isi dompetmu dan seluruh fasilitasmu akan kutahan sampai kau bisa menunjukkan bahwa kau bisa memimpin dirimu sendiri." Kata Sakumo tegas, kemudian berdiri. "Bersiaplah Kakashi, telat sedetik saja maka kau akan menjadi gelandangan disini." Katanya sambil berjalan ke pintu ."Oh, dan satu lagi. Seseorang akan menjemputmu di bandara konoha, dia yang akan mengatakan padamu apa yang harus kau lakukan selanjutnya." Dan pria itu menutup pintu kamar kakashi. Meninggalkan kakashi yang masih membeku.

"Otousan… tunggu… kau tidak bisa melakukan ini…" teriak Kakashi buru-buru memakai pakaiannya untuk mengejar otousannya.

Disaat yang sama di konoha

"Ada apa kaasan?" Sakura duduk disofa berlengan panjang didepan seorang wanita berambut pirang pucat. "tumben sekali kaasan memangilku kesini."

"Ini rumahmu Sakura." Kata wanita itu dalam senyum ramah.

"Entahlah Kaasan." Sakura menghela nafas. "Ada apa?" katanya kemudian, mengulangi pertanyaan sebelumnya.

"Well, ini tentang Kakashi." Kata Tsunade, kaasannya.

Jantung Sakura yang sebelumnya normal kini berdetak tak nyaman. Kakashi… ada apa dengan pria itu? Pria yang telah dipilihkan oleh Kaasannya untuk menjadi suaminya kelak. "Kenapa? Bukankah perjodohannya akan dimulai saat usiaku tujuh belas tahun? Masih dua tahun lagikan?" Tanya Sakura sedikit keras.

"Yah memang benar, tapi ada sedikit perubahan rencana." Kata wanita itu menghela nafas berat.

"Aku tidak mau menikah sekarang atau pun nanti sebelum aku menyelesaikan kuliahku, dan itu masih enan tujuh tahun lagi." Katanya keras.

"Aku tahu Sakura, tidak mungkin aku menikahkanmu sekarang. Tapi kalian akan bertemu besok."

"APA!" Teriak Sakura begitu keras. Matanya membelalak lebar, tubuhnya mengejang kaku. "Ta..tap.. tapi.. tapi…"dia tergagap, bahkan tak mampu berkata-kata lagi, jantungnya berdetak sangat cepat sekarang.

"tenanglah Sakura." Tsunade bangkit, lalu berjalan pelan dan duduk disamping putrinya. "kakashi sedang mengalami masa sulit saat ini, tampaknya dia depresi karna kehilangan kekasihnya yang meninggal dua tahun yang lalu. Kaasan dan Sakumo Ojisan ingin agar kau membantunya pulih." Katanya sambil mengusap rambut putrinya lembut.

"Depresi? Membantunya pulih? Maksud kaasan, kaasan akan menikahkanku dengan pria gila?" Tanya Sakura tak percaya. Kami-sama apa tidak ada pilihan lain hingga kaasannya memilih pria seperti itu?

"Dia tidak gila Sakura, hanya saja gaya hidupnya sangat tidak sehat, dan sedikit liar. Sangat bertolak belakang denganmu, jadi… Kau harus mengubahnya." Katanya sambil terus mengusap rambut Sakura.

"Tapi Kaasan…"

"Kaasan yakin kau bisa." Kata Tsunade memotong protes putrinya itu.

Sakura menghela nafas pasrah. Dia tak pernah bisa menolak apapun kemauan wanita ini.

Sakura Haruno. seperti yang semua orang kenal, dia adalah seorang gadis berambut pink bermata emerald dengan postur tubuh sangat biasa. Putri tunggal seorang pengusaha sukses dan seorang dokter terkenal dikonoha. Tapi jangan harap kau akan menemukan sosok ini keluar dari mobil mewah dengan gaun indah dan kuku jari yang berkilau. Sakura tidak seperti itu.

Dia bukan gadis manja. Dia gadis mandiri, atau bisa juga disebut gadis aneh.

Sakura tinggal disebuah rumah kecil, rumahnya sendiri. Dibilang rumahnya sendiri karna dia membeli rumah itu dengan uang tabungannya. Letaknya tak begitu jauh dari tempatnya sekolah konoha high School, hingga dia bisa memakai sepeda untuk berangkat sekolah setiap harinya.

"Baiklah Kaasan, tapi bagaimana kalau aku tidak bisa?"

"Kau pasti bisa, besok dia akan kembali dari London. Kau jemput dia dibandara jam tujuh pagi, kau bisakan Sakura?"

Sakura mangangguk kecil mengiyakan. "Baiklah Kaasan, sekarang Sakura pamit, Sakura harus segera ke café sebelum chouza jisan marah-marah lagi." Kata Sakura bangkit. Menunduk untuk mengecup pipi kaasannya sebelum melenggang keluar dari rumah besar itu.

Sakura bekerja part time sebagai waiterss di café milik keluarga Akimichi sejak dia masuk di high school. Sakura lebih memilih memenuhi segala kebutuhannya dengan uang yang dihasilkannya sendiri. Dan dia beruntung diterima bekerja di Cherycafe oleh Chouzajiisan yang merupakan pemilik café dan ayah dari sabahatnya Chouji.

Sakura berlari kecil melewati halaman panjang rumah orang tuanya itu, seorang satpam langsung membungkuk begitu melihatnya datang dan membukakan pintunya untuk Sakura.

`sensei to live`

Rasanya pagi datang terlalu cepat. Sepertinya itu menjadi hukum alam bagi manusia, bila sesuatu yang tidak kita harapkan menanti maka waktu akan berlalu lebih cepat, dan bila sesuatu yang kita harapkan menanti waktu malah menjadi sangat menyebalkan dengan bergerak sangat lambat. Semua tahu itu, begitu juga Sakura.

Sakura menguap lebar dan bergerak merengangkan otot-otot kaku tubuhnya. Menyingkap selimutnya dan turun dari tempat tidurnya yang hanya berukuran sedang. Memakai sandal jepitnya, meraih handuknya dan…

"WAAAAA!" Sakura menjerit keras saat membuka pintu kamarnya dan seorang pria paruh baya duduk disofa ruang tamunya. Dia segera kembali masuk dan menutup pintunya. Kami-sama… tadi itu… kami-sama… itukan Sakumo jiisan?

"Sakura kau tidak apa-apa?" Tanya suara cemas dari luar kamarnya.

"Jiisan? Aduh… gomen Sakumo jiisan… Sakura hanya kaget." Katanya segera memakai piama menutupi tubuhnya lebih dari tank top putih dan hot pant coklatnya. Menyisir rambutnya cepat dan kembali keluar.

"Gomen Sakumo jiisan." Sakura membungkuk pada pria yang dia tahu adalah ayah dari Kakashi- pria yang dipilihkan kaasannya-."Gomene, saya sangat terkejut."

"Tidak apa-apa Sakura, akulah yang seharusnya minta maaf karna masuk kerumamu tanpa ijin dan membuatmu ketakutan, duduklah." Pria itu menunjuk tempat duduk didepannya.

Sakura bergerak dan duduk di sofa itu."Ada apa jiisan repot-repot datang kesini? Kenapa jiisan tidak memanggil saya saja biar saya yang datang ketempat jiisan."

"Tidak apa-apa Sakura, ini tentang Kakashi. Aku yakin Tsunade sudah memberi tahumu." Dia memandang Sakura.

Sakura mengangguk pelan."Aku akan menjemputnya jam tujuh nanti." Kata Sakura, sejujurnya dia masih belum mengerti kenapa harus dia yang menjemputnya. Kenapa bukan supir atau salah satu bodyguard Sakumo jiisan yang berbadan besar-besar itu.

"Sakura, ini adalah buku yang berisi peraturan-peraturan yang harus kakashi lakukan selama tinggal disini." Kata Sakumo jiisan menyodorkan sebuah buku catatan kecil kearah Sakura."dan saran hukuman yang pasti kau butuhkan bila Kakashi melakukan kesalahan, kau boleh melakukan apapun yang kau mau padanya, ajari dia caranya untuk menjadi sepertimu."

"Tunggu." Kata Sakura, sedikit bingung dengan kata-kata pria berambut perak itu. "Gomen jiisan, tapi kenapa harus saya?" Tanya Sakura, lagi-lagi kenapa harus dia? Kenapa bukan salah satu orang kepercayaannya yang melakukan itu.

Kening pria itu berkerut."Kau tinggal sendirikan Sakura?" tanyanya. Sakura mengangguk."kalau begitu siapa lagi?"

"Siapa lagi?" Sakura makin bingung."Tunggu!" seru Sakura terkejut dengan sebuah kesimpulan yang baru saja terbentuk diotaknya. "Jiisan, Kakashi-san tidak akan tinggal disinikan?" Tanya Sakura dengan wajah pucat.

"Tsunade tidak memberitahukan hal ini?" pria itu balik bertanya membuat wajah Sakura semakin pucat.

Kami-sama….pria itu… kakashi… akan tinggal dirumahnya? Yang benar saja? Dia bahkan tidak mengenal siapa Kakashi ini? Dan… seorang pria tinggal berdua dengan seorang wanita… apa yang akan terjadi? Dan… rumahnya hanya sepetak bangunan berukuran enam kali tujuh yang hanya punya dua kamar, satu kamar mandi dengan dapur dan satu ruang tamu yang menyatu dengan ruang bersantainya. Satu kamatnya dan satu kamar lagi… kamar itu dia gunakan sebagai gudang.

"Ta… Ta… Ta…pi jiisan… ka..marnya…" Sakura tergagap dengan tangan menunjuk sebuah kamar disamping kamarnya.

"Oh, untuk itu kau tak perlu khawatir. Jiisan sudah membereskannya."

Sakura merasakan tubuhnya lemas seketika. Demi seluruh kata shanaronya. Usianya baru lima belas tahun dan dia sama sekali belum siap tinggal serumah berdua dengan seorang pria. Demi seluruh kue dango dikantin sekolah. Pria itu bahkan belum dikenalnya.

`sensei to live`

Sakura memandang pria berambut perak yang berdiri miring dan bagian depan terjatuh sedikit menutupi mata onyx kirinya, dengan hidung meruncing mancung, wajah tirus berkulih putih bersih dan alis hitam rapi yang sangat serasi, secara keseluruhan pria itu tampan, bahkan sangat tampan, dengan tubuh tinggi tegap berisinya yang sangat proporsional. Dari garis wajahnya Sakura mantaksir usia pria itu sekitar dua puluh tahun. *kembali dengan seenaknya Lhyn mengubah usia Kakashi*

"Hei." Pria itu menepuk pundaknya pelan.

"Eh…" Sakura mengerjapkan matanya, bagun dari pesona pria itu. "Kau kakashi Hatake?" Sakura bertanya gugup. Entah apa sebabnya, tapi dibawah tatapan mata itu Sakura merasa sangat gugup.

"Ya, kau orang suruhan otousan?" Tanya kakashi, mata onyxnya memandang Sakura dari atas kebawah lalu keatas lagi.

'orang suruhan? Apa maksudnya dia tidak tahu kalau aku ini calon istrinya?' Sakura membatin. Kemudian menatap mata itu tajam, dia sedikit tersinggung dengan kata 'orang suruhan'. "Ya. Dan mulai sekarang aku akan menjadi senseimu." Kata Sakura, menunjukkan kemampuannya bicara tegas. "Namaku Sakura Haruno, kau akan memanggilku Sakura sensei." Kata Sakura menekankan kata sensei.

`sensei to live`

`TBC`

Gomen pendek banget!

GaJE BGT ya?

Lhyn agak ragu n takut kalo fic ini ancur banget, mohon pemberitahuannya kalo fic ini belum layak publis, rifyu dan flame sangat diterima. Banyak yang kurang? Tolong kasih teu Lhyn biar Lhyn perbaiki…

GOMEN!

RIFYU PLISH!