The 'Baby'sitter

By. Hikari Hyun Arisawa

.

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto

Rated : M

Pair : SasuSaku

Genre : Romance

Words story for this chapter : 3.734

Summary : Apa jadinya jika seorang Haruno Sakura yang berusia 19tahun harus bekerja sebagai pengasuh anak? Pasti ceritanya akan biasa saja. Tetapi bagaimana jika ternyata anak yang harus diasuhnya adalah laki-laki berumur 17tahun?

AU. Sakura POV. RnR please.

.

Akhirnya... setelah sekian lamaaa~

Saya kembali update fic ini... ^ ^

Enjoy it!

===000===

Chapter 8

"Bangun dulu Sasuke-kun, aku harus mengganti seprainya!" kataku sambil berusaha melepaskan salah satu ujung seprai bermotif garis-garis biru yang kini masih menutupi ranjang Sasuke.

Semenjak tadi masih terdengar tangisan Satsuki yang semakin mengeras, menggema di dalam kamar. Sementara Sasuke kini masih malas untuk bangun setelah semalam dia menghabiskan waktu untuk mempermainkan tubuhku. Jujur aku memang masih lelah dengan aktivitasku semalam, tapi pekerjaanku masih banyak. Aku tidak lupa kalau tujuan awal aku datang kemari adalah untuk bekerja.

"Argh! Berisik!" Sasuke bangun dengan wajah yang sangat kesal karena aku dan tangisan Satsuki mengganggu acara tidurnya yang memang baru sebentar.

Dia kembali merebahkan diri di sofa yang dulu pernah menjadi tempatnya bercinta denganku. Sasuke kembali mencoba untuk tidur lagi meski tangisan anaknya makin mengeras. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuannya yang tidak mempedulikan Satsuki.

"Diamkan dia, Sakura! Berisik sekali!" kata Sasuke dengan nada kesal.

"Kenapa bicara seperti itu? Dia 'kan anakmu," kataku sambil membawa setumpuk seprai dan bad cover yang harus dicuci karena penuh dengan sisa-sisa permainan kami semalam.

Akhirnya Sasuke menuju ranjang bayi di dekatnya dan menggendong Satsuki dengan malas. Aku hanya tersenyum kecil melihat Sasuke yang terlihat sangat kesal karena tidurnya terganggu.

Selesai membereskan ranjang Sasuke, aku mengambil alih untuk mengurus Satsuki. Tak tega juga aku melihat wajah Sasuke yang kesal seperti itu.

"Tidurlah," kataku pada Sasuke.

"Hn," Sasuke langsung merebahkan diri di ranjang yang telah aku rapikan dengan seprai baru.

Hari ini hari Sabtu. Sekolah Sasuke memang libur di hari Sabtu, jadi wajar saja kalau Sasuke tidak berminat bangun pagi di hari libur seperti ini.

Mataku melirik pada sosok kekasihku yang kini telah terlelap di tempat tidurnya. Senyum miris terkembang di wajahku saat memikirkan bahwa kami memang terlalu muda untuk menjadi orang tua bagi Satsuki. Ego dan ketidakdewasaan yang terkadang menggebu membuat kami harus benar-benar banyak belajar untuk menjadi orang tua yang baik. Paling tidak untuk sekarang, setidaknya kami sudah berusaha untuk menjaga Satsuki sebaik mungkin.

===000===

Aku baru saja selesai memindahkan ranjang bayi milik Satsuki ke kamarku. Tidak susah karena di bawah ranjang bayi itu terdapat roda sehingga mudah untuk dipindahkan. Terlebih lagi karena kamarku berada di samping kamar Sasuke, sehingga dengan cepat ranjang bayi itu dapat ku pindahkan.

Ada suatu perasaan aneh ketika aku memperhatikan wajah bayi mungil yang tertidur itu. Entah kenapa rasanya ada hal yang masih mengganjal di benakku. Perihal hubunganku yang masih ditentang oleh orang tua Sasuke dan juga tentang perempuan itu. Ya! Perempuan itulah yang membuatku tidak begitu tenang beberapa hari ini. Ibu dari Satsuki.

"Himeko.." tanpa sadar aku mendesiskan namanya.

Sekali lagi aku menatap wajah Satsuki yang tertidur di ranjang bayi itu. Wajah yang mirip dengan ayahnya yang kini juga masih tertidur di kamarnya. Belakangan ini perasaanku benar-benar tidak enak. Entah apa yang akan terjadi nantinya aku sangat tidak tahu. Aku merasa Sasuke menyembunyikan sesuatu dariku. Hanya saja, aku tidak berani mempertanyakan hal itu pada Sasuke. Aku tidak ingin dia menganggapku selalu mencurigainya.

Menghela nafas pelan, Aku merebahkan diri di ranjangku. Lelah akibat permainan semalam masih belum hilang. Tidurku juga sangat

kurang. Sepertinya aku butuh istirahat. Mungkin perasaanku bisa sedikit lebih tenang saat aku bangun tidur nanti.

===000===

Hari senin pagi menyambutku dengan sedikit perasaan gundah yang masih menyelimuti hatiku beberapa hari ini. Sasuke bukannya tidak menyadari perubahan sikapku. Hanya saja aku sudah meyakinkannya kalau aku hanya lelah. Aku tidak ingin dia menganggapku terlalu berprasangka buruk padanya. Meski memang aku merasa Sasuke menyembunyikan sesuatu dariku.

Perlahan aku menaruh nampan itu pada meja kecil di samping sebuah ranjang besar. Kemudian aku duduk di tepi ranjang Sasuke. Sedikit menundukan wajahku untuk mendekatkan diri dengan wajah kekasihku yang masih tertidur itu. Dengan lembut ku kecup bibir Sasuke. Perlahan tapi pasti kecupanku berubah menjadi lumatan-lumatan lembut yang sengaja ku lakukan dengan sedikit lambat. Sasuke sedikit meresponnya. Sementara aku sedikit tersenyum di tengah ciumanku. Sepertinya pangeranku ini sudah terbangun dari mimpinya.

Aku berniat menjauhkan wajahku untuk mengakhiri ciuman itu saat ku rasakan tangan Sasuke menahan kepalaku untuk terus berada di dekatnya. Dia melumat balik bibirku. Aku agak terkejut saat dia menarikku ke tempat tidur dan menindih tubuhku. Dijilatnya bibir bawahku untuk meminta jalan masuk bagi lidah nakal tuan mudaku itu. Dengan agak ragu ku buka mulutku yang kemudian langsung diterobos masuk oleh lidah Sasuke.

"Mmmhh.. mphh.." lidahnya pun mempermainkan seiisi mulutku sampai membuatku mendesah tertahan.

Tangannya yang masih berada di belakang kepalaku menarik kepalaku untuk memperdalam ciuman kami. Dia baru melepaskan bibirku saat dirasa aku hampir kehabisan nafas.

"Pagi, sayang," sapanya padaku dengan santai.

Aku hanya balas menatapnya sambil mengatur tempo nafasku yang masih tidak beraturan.

"Pagi," jawabku singkat.

Sasuke bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah. Aku ikut bangun dari tempat tidur Sasuke dan merapikan tempat tidurnya.

Meski sudah berkali-kali aku melakukan ritual ciuman pagiku dengan Sasuke, tapi tetap saja rasanya selalu berbeda. Entah apa yang ada pada dirinya yang selalu saja membuatku seakan tidak pernah merasa bosan disentuh olehnya. Kami-sama... aku benar-benar mencintainya.

===000===

"Ayo bilang 'daa-daa' ke Papa," kataku sambil melambai-lambaikan tangan mungil milik Satsuki yang sedang ku gendong. Sedangkan Sasuke hanya tersenyum tipis sambil memberikan kecupan ringan di pipi anaknya.

Kini aku, Satsuki, dan Sasuke sedang berada di halaman depan rumah. Aku berniat mengantar Sasuke sampai dia naik ke mobilnya menuju sekolah.

"Aku pergi dulu," kata Sasuke yang masih berdiri di samping mobilnya. Aku yang sedang berdiri di depan Sasuke hanya tersenyum lembut padanya.

"Hati-hati," kataku.

"Hn," sebuah kecupan singkat di bibirku mengakhiri percakapan kami pagi ini. Sasuke membuka pintu mobilnya dan berniat masuk ke dalam mobil sebelum sebuah suara sedikit mengejutkan kami.

"Sasuke..." panggil suara itu.

Saat aku menengok untuk melihat sang pemilik suara. Aku dikejutkan oleh sebuah sosok yang seperti refleksi diriku. Sosok indah yang membuatku menajamkan mataku untuk lebih jelas melihatnya. Perempuan itu akhirnya muncul di depanku!

"Siapa dia, Sasuke?" tanya Himeko sambil menatap Sasuke yang masih berdiri di sisi pintu mobilnya yang terbuka. Mata perempuan itu kembali melirikku dengan pandangan ingin tahu.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Sasuke dingin tanpa bermaksud menjawab pertanyaan Himeko tadi.

Aku hanya terdiam melihat tatapan keduanya menyatu. Seperti orang bodoh aku hanya dapat terdiam tanpa bisa berkata apapun.

"Aku datang untuk mengambil anakku," jawab Himeko sambil mengalihkan pandangannya untuk menatap anaknya yang kini berada di dekapanku.

"Sudah ku katakan 'kan? Aku yang akan membesarkannya. Aku tidak akan membiarkanmu membuang anakku lagi!"

Mataku membulat mendengar kata-kata Sasuke barusan. A-apa maksudnya semua ini? Dia dan perempuan itu telah bertemu sebelum ini? Sasuke... bahkan kau tidak mengatakan apapun padaku. Kenapa hatiku rasanya sakit melihat kenyataan ini? Aku sudah menduga kalau cepat atau lambat aku akan bertemu dengan Himeko. Tapi meski berkali-kali pun aku menyiapkan perasaanku, tetap saja rasanya aku tidak siap jika harus berhadapan dengan perempuan di depanku ini.

"Bukankah sudah ku bilang juga? Aku melakukannya untuk kebaikan Satsuki? Aku hanya ingin anakku! Aku ibunya! Kau tidak bisa mencegahku untuk bersamanya!"

Aku masih terdiam. Terdiam melihat kekasihku berdebat dengan mantan kekasihnya. Aku tidak bisa berbuat apapun. Rasanya ada tembok besar yang menghalangiku untuk berada di antara mereka berdua.

Mereka masih saling beradu mulut. Sesekali Himeko berteriak untuk menekankan kata-katanya. Terkadang Sasuke yang bicara keras untuk menguatkan argumennya. Aku hanya menatap kosong pada sosok mereka berdua. Pandanganku tidak fokus. Aku seperti bukan apa-apa di depan mereka berdua. Aku hanya orang baru yang tidak tahu apapun. Pantaslah jika aku hanya terdiam. Bahkan terdiam saat ini pun sesungguhnya perbuatan yang memalukan. Seharusnya aku sadar pada posisiku dan meninggalkan mereka berdebat berdua saja. Aku bukan seseorang yang dilibatkan. Pada akhirnya aku bukan siapa-siapa di hadapan mereka berdua.

Tangisan Satsuki menyadarkanku dari lamunanku. Sepertinya dia terkejut karena suara pertengkaran orang tuanya. Bayi sekali pun akan takut dan menangis jika mendengar suara pertengkaran di sekitar mereka. Ku peluk bayi mungil itu dan menatap kesal pada dua orang di depanku.

"Kalian! Berhenti berteriak di depan Satsuki!" kataku dengan nada sedikit meninggi.

"Siapa kau berani mengajariku?" balas Himeko sambil menatap sengit ke arahku.

"Hime, Cukup!" kata Sasuke dengan suara yang melembut.

Mataku membulat mendengar Sasuke memanggilnya 'Hime'.

Ne, Sasuke... taukah kau, saat kau menyebut namanya dengan nada selembut itu apa yang aku rasakan? Rasanya seperti kau menusukkan banyak jarum pada hatiku. Sakit. Sakit sekali.

"Memangnya dia siapa, Sasuke?" tanya Himeko sambil menatap Sasuke.

Aku ikut menatap Sasuke. Menunggu jawabannya. Menunggu apa yang akan dikatakan Sasuke tentang diriku.

"Kekasihku," jawab Sasuke pelan.

"Kekasihmu, eh?" Himeko tertawa dengan tatapan mengejekku.

"Kau bahkan memiliki kekasih yang begitu mirip denganku. Sebegitu tidak bisa 'kah kau melupakanku?" lanjut Himeko sambil tetap memasang wajah meremehkan padaku.

"Setidaknya... dia tidak seburuk dirimu," sekali lagi Sasuke mengatakannya dengan suara pelan.

Aku menatap wajah kekasihku dengan tatapan tidak percaya. Sasuke, kenapa kau harus mengatakannya dengan suara pelan? Apa kau malu mengakuiku? Apa kau menyesal karena aku tidak lebih baik dari mantan kekasihmu itu?

Jawaban Sasuke membuat Himeko menatap tidak suka padanya. Perlahan perempuan itu mulai melangkah maju ke arahku.

"Baiklah, terserah kau saja, Sasuke. Sekarang aku hanya ingin anakku," kata Himeko sambil berusaha mengambil Satsuki dari dekapanku. Kemudian Sasuke menghentikannya dengan menahan kedua tangan perempuan itu.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, Sasuke!" pinta Himeko sambil menggeliatkan kedua tangannya agar lepas dari cengkraman tangan Sasuke.

"Hime... kita bicara di luar!" kata Sasuke sambil menarik tangan kanan Himeko dan membawa perempuan itu masuk ke dalam mobil milik Sasuke. Setelah berada di dalam mobil, Himeko tidak memberontak. Mungkin dia juga memang ingin bicara dengan Sasuke.

Sasuke melangkah ke arahku sebelum masuk ke mobilnya. Dia menatap mataku yang berkaca-kaca. Sedikit raut penyesalan nampak di wajahnya. Namun aku tidak peduli. Rasanya aku benar-benar tidak mengerti dengan sikap Sasuke hari ini.

"Setelah bicara dengannya aku langsung ke sekolah. Akan ku jelaskan semuanya sepulang sekolah nanti. Jadi, jangan berpikir yang aneh-aneh. Percayalah padaku," katanya sambil mengacak pelan rambutku.

Setelah mengatakan itu dia kembali ke mobilnya dan pergi dengan perempuan itu. Sementara aku hanya menatapnya dengan pandangan sayu. Air mata yang sedari tadi aku tahan kini tak terbendung.

Ne, Sasuke... bisakah aku percaya padamu?

===000===

Banyak hal yang mungkin sebentar lagi akan berubah. Apapun itu, aku harap perasaanku tidak akan pernah berubah. Tetap seperti ini walaupun banyak hal yang akan membuat hubunganku dengan kekasihku itu tidak berjalan dengan baik. Kekhawatiranku, kecurigaanku, dan ketidaktahuanku membuatku ragu dengan apa yang aku rasakan. Bagaimana ini? Bagaimana jika aku terus meragu seperti ini? Sasuke... bisakah kau membuatku percaya sepenuhnya padamu lagi?

Lamunanku buyar ketika aku menuruni tangga dan melihat sosok mengerikan yang juga tidak ingin aku temui untuk saat ini. Mikoto-sama.

Sepertinya dia baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya beberapa saat yang lalu sewaktu aku menidurkan Satsuki.

"Aku ingin bicara denganmu," katanya dengan suara tegas.

Aku hanya balas mengangguk dan berjalan mengikutinya menuju ruang kerja Mikoto-sama yang berada di kamarnya.

Dia duduk di meja kerjanya dan menatap tajam padaku yang berdiri di depannya.

"Jadi bagaimana hubunganmu dengan anakku?" tanya Mikoto-sama sambil menatap tajam mata emerald-ku.

Nafasku sedikit sesak saat menerima tatapan itu. Bola mataku bergerak-gerak karena kegugupan yang begitu hebat tiba-tiba saja menguasaiku. Apa yang harus aku katakan? Mengatakan kalau hubunganku dan Sasuke sedang tidak baik-baik saja? Oh, Kami-sama... berita itu justru akan menguntungkan bagi Mikoto-sama dalam usahanya untuk memisahkan aku dan Sasuke. Tapi jika aku jawab hubunganku baik-baik saja, itu akan buruk kalau tiba-tiba saja Sasuke memutuskan untuk kembali menjalin hubungan bersama Himeko. Saat itu apa yang harus aku lakukan?

Aku menundukan wajahku. Tak berani menjawab karena kegundahan hatiku. Aku lebih memilih diam daripada salah bicara.

"Aku punya penawaran bagus untukmu," lanjutnya.

Dengan sedikit takut, aku balas menatap wajah Mikoto-sama.

"Kau tahu 'kan kemana Sasuke akan kuliah setelah lulus nanti?"

Aku berpikir sebentar. Mengingat-ingat saat Sasuke memberitahuku tujuannya setelah lulus SMA nanti.

"Universitas Konoha?" jawabku ragu.

Mikoto-sama tersenyum simpul mendengar jawabanku. Mata onyx majikanku itu tidak pernah lepas dari setiap gerak-gerikku yang tetap berdiri di depan meja kerjanya.

"Ya! Sudah sepantasnya anakku masuk Universitas yang terbaik. Dan... kau tahu 'kan bagaimana sulitnya untuk masuk Universitas itu bagi orang biasa?"

Aku hanya mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaannya.

"Karena itulah, Sakura. Aku ingin mengajukan beberapa syarat jika kau masih ingin menjalin hubungan dengan Sasuke," kata Mikoto-sama dengan nada tegas.

Aku kembali menatapnya dengan sedikit menelan ludah. Rasanya tenggorokanku mendadak terasa sangat kering hanya karena bicara beberapa kalimat dengan ibu dari Sasuke itu.

"Dengarkan baik-baik beberapa syarat yang harus kau penuhi," kali ini Mikoto-sama menatapku dengan pandangan hati-hati dan sedikit menyunggingkan seringai tipis.

"Aku ingin kau melanjutkan pendidikanmu di Universitas yang sama dengan Sasuke,"

Mataku membulat tak percaya. Melanjutkan... pendidikan?

"Aku tidak peduli melalui jalur apa kau masuk Universitas Konoha. Yang jelas jika kau diterima di Universitas itu, artinya aku juga menerima keberadaanmu," lanjutnya.

Aku menatap tidak percaya ke arah Mikoto-sama. Rasanya itu sangat tidak mungkin. Aku tidak mungkin bisa masuk Universitas yang sama dengan Sasuke. Tapi aku juga ingin Mikoto-sama bisa menerima keberadaanku. Aku ingin dia merestui hubunganku dengan Sasuke. Tapi aku harus bagaimana? Ini terlalu sulit mengingat aku juga tidak punya uang untuk melanjutkan pendidikanku. Apalagi di Universitas Konoha yang biaya masuknya saja sudah sangat cukup untuk membeli sebuah rumah super mewah.

"Bagaimana, Sakura? Kalau kau tidak menerima tawaran ini, artinya kau harus mengakhiri hubunganmu dengan Sasuke -sekarang juga! Atau dengan kata lain, silahkan pergi dari rumahku," senyum kemenangan tergambar jelas di wajah Mikoto-sama. Sementara aku hanya menatap sayu wajah majikanku itu.

Ujian untuk masuk Universitas Konoha sekitar tiga bulan lagi. Masih ada waktu tiga bulan untuk berusaha. Tapi... bagaimana jika tetap tidak berhasil? Akh! Tidak ada salahnya jika aku mencoba menerima tawaran ini. Setidaknya aku tidak harus berpisah dengan Sasuke sekarang juga. Masih ada waktu tiga bulan bagi aku dan Sasuke untuk memikirkan cara untuk memenuhi syarat tersebut.

"Baiklah. Aku menerima syarat itu," jawabku pelan.

"Hahaha.. sudah bisa ku tebak, kau akan menerima tawaran ini agar tidak secepatnya pergi dari sisi anakku," Mikoto-sama memberi jeda sesaat sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Tapi sayangnya aku juga punya syarat yang lainnya, Sakura," lanjutnya sambil tersenyum penuh arti padaku.

"Apa itu?" tanyaku dengan suara yang sedikit bergetar.

"Mulai besok, silahkan pergi dari rumahku. Dan... jangan pernah menemui Sasuke sampai kau mendapatkan surat 'Lulus' ujian masuk Universitas Konoha," Mikoto-sama berhenti bicara sejenak saat mendengar ketukan pintu dari seorang pelayan yang membawakannya teh hangat.

Aku menghela nafas pelan. Mencoba mengatur detak jantungku yang tiba-tiba saja menjadi cepat saat mendengar syarat yang berikutnya. Setelah pelayan yang membawakan teh itu pergi, Mikoto-sama terlihat berniat melanjutkan pembicaraan tadi.

"Satu lagi, Sakura! Aku tidak mentolerir adanya kecurangan, seperti misalnya kau diam-diam bertemu dengan anakku dalam rentang waktu tiga bulan ini. Begitu ketahuan, saat itu juga aku nyatakan tidak pernah ada pengajuan syarat-syarat ini, karena aku selamanya tidak akan mempercayaimu lagi!"

Sekali lagi aku menelan ludah mendengar syarat yang kedua itu. Mulai besok aku pergi dari sini, tidak boleh bertemu dengan Sasuke, dan tidak boleh ada kecurangan. Bahkan dengan memikirkannya saja sepertinya aku sudah sangat tidak sanggup dengan semua persyaratan ini.

"Seperti yang aku katakan tadi, kau bisa tidak menerima persyaratan ini dan meninggalkan anakku sekarang juga, -untuk selamanya tentunya," selesai mengatakan itu, Mikoto-sama mengambil secangkir teh hangat di mejanya dan meminumnya sedikit. Kemudian meletakan cangkir itu lagi sambil menatapku penuh arti.

"Sakura... jika kau memang serius dengan anakku, kau tidak punya pilihan untuk tidak menerima persyaratan ini,"

Aku hanya bisa menatap wajah Mikoto-sama dengan pandangan gelisah. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Sasuke.. Sasuke.. Sasuke... nama itu terus aku sebut semenjak tadi. Berharap semuanya akan baik-baik saja jika aku mencoba untuk mempertahankan hubungan kami dengan menerima syarat-syarat itu.

Aku mengepalkan kedua telapak tanganku untuk menahan tanganku yang sedikit gemetar. Entah kenapa mataku mulau berkaca-kaca. Aku sangat takut jika membayangkan aku gagal. Tapi aku akan sangat menyesal jika tidak bisa mencoba mempertahankan hubunganku. Paling tidak... sekarang aku harus berusaha!

"Aku akan mencobanya! Hubunganku dengan Sasuke... aku tidak akan menyerah begitu saja!" kali ini aku berani menatap Mikoto-sama dan memperlihatkan kesungguhanku padanya.

Tampaknya Mikoto-sama sedikit terkejut melihat butiran air mata yang menetes di pipiku.

"Aku sangat mencintai putra Anda... karena itulah, aku akan berusaha memenuhi persyaratan ini," kataku sambil menyeka air mataku. Nafasku sedikit tersengal karena tangisku. Tanpa ku sadari, ternyata sedari tadi Mikoto-sama tersenyum menatapku. Aku balas menatapnya dengan pandangan bingung meski air mataku belum berhenti.

"Berjuanglah jika kau memang serius dengan anakku," kali ini tatapan Mikoto-sama berubah menjadi lembut padaku.

Aku terkejut mendengarnya. A-apa artinya Mikoto-sama baru saja memberiku semangat?

Aku mengangguk dan tersenyum senang. Ternyata Mikoto-sama bukanlah orang yang menakutkan yang selama ini kupikirkan.

===000===

Dengan langkah pelan aku masuk ke dalam kamar Sasuke dengan membawa bingkai foto. Perlahan aku meletakan bingkai foto berwarna hitam itu di atas meja belajar. Aku tersenyum kecil melihat foto yang terpasang di dalamnya. Fotoku dan Sasuke yang kami ambil beberapa saat yang lalu saat kami berada di padang rumput sewaktu membicarakan masalah tentang Himeko. Ah! Aku jadi ingat dengan perempuan itu dan kejadian tadi pagi. Wajahku kembali terlihat murung jika mengingat tadi pagi kekasihku baru saja pergi dengan mantan kekasihnya. Mengingatnya saja sudah membuatku ingin berteriak-teriak karena kesal.

BRAKK!

Seseorang membuka pintu kamar ini dengan kasar. Aku sangat terkejut dengan suara pintu yang terbanting ke tembok itu. Aku sedikit memincingkan mataku untuk menatap sosok yang membuka pintu ini dengan kasar dan mengagetkanku. Sasuke...

Ku lihat Sasuke yang berdiri di depan pintu dengan nafas yang tersengal. Sepertinya dia baru saja berlari dari tempat parkir mobilnya di halaman depan sampai kemari. Seragam sekolahnya terlihat berantakan. Matanya menatap tajam ke arahku. Dengan terburu-buru dia berlari ke arahku dan memelukku dengan erat. Aku benar-benar terkejut dengan sikapnya kali ini. Ada apa ini? Apa yang terjadi dengannya?

"Maafkan aku," gumamnya.

Aku balas memeluknya. Perasaanku sudah sedikit tenang saat Sasuke kini berada di dekatku. Paling tidak, berbagai pikiran-pikiran negatif tentangnya tidak muncul lagi selama dia berada di sampingku. Namun yang masih membuatku bingung, kenapa dia bersikap seperti ini?

"Kau kenapa?" tanyaku sambil melepaskan pelukannya.

"Tadi pagi, apa aku menyakitimu?" tanyanya.

Aku hanya tersenyum tipis.

"Sudahlah, tidak apa-apa," kataku sambil berbalik dan kembali menatap bingkai foto yang berada di meja belajar Sasuke.

Ku rasakan Sasuke melingkarkan tangannya di pinggangku dan memeluk tubuhku dari belakang sambil mengecup pelan pelipis kananku.

"Kau menatapku dengan pandangan seperti itu saat aku pergi. Mana mungkin aku tidak khawatir," katanya sambil mengeratkan pekukannya. Aku hanya terdiam. Bingung harus berkata apa pada Sasuke.

"Hime akan menikah akhir tahun ini," kata Sasuke.

Himeko... menikah? Aku buru-buru melepaskan diri dari pelukan Sasuke dan menatapnya dengan pendangan penuh rasa ingin tahu. Benarkah yang dikatakan Sasuke itu? Atau telingaku yang salah dengar karena hari ini sudah banyak mendengar hal-hal yang mengejutkan?

"Aku memang sempat bertemu dengan Hime beberapa hari setelah dia membuang Satsuki di depan rumahku. Saat bertemu denganku pun dia bersama dengan calon suaminya,"

"La-lalu kenapa dia bersikap seperti tidak suka padaku? Itu 'kan menunjukan kalau dia masih memiliki perasaan padamu!"

"Dia memang tidak suka dengan siapapun yang mencoba menggantikan posisinya,"

"Apa aku begitu terlihat hanya seperti pengganti?"

Sasuke tersenyum tipis menatapku. "Bodoh! Kalau kau hanya sebagai pengganti, aku tidak mungkin mempertahankanmu saat Hime kembali. Kapan sih, kau bisa sepenuhnya percaya padaku?" terlihat raut wajah Sasuke yang sedikit kesal.

Aku langsung memeluknya. "Maaf... aku hanya terkejut saat perempuan itu tiba-tiba datang. Aku pikir dia akan merebutmu dariku," aku semakin mengeratkan pelukanku.

"Bodoh!" gumam Sasuke pelan.

Aku tersenyum senang di sela-sela pelukanku. Mendekap Sasuke erat-erat seakan tak ingin melepasnya sampai kapan pun.

Ne, Sasuke... terima kasih telah mempertahanku.

Terima kasih telah mencintaiku...

Untuk selanjutnya adalah giliranku untuk mempertahankan hubungan kita dalam waktu tiga bulan ini. Aku juga tidak akan menyerah begitu saja. Karena bisa selalu bersama Sasuke... adalah satu-satunya harapanku.

===000===

"Jadi? Kau benar-benar akan pergi?" tanya Sasuke yang kini berbaring di ranjang kamarnya.

Aku tersenyum menatapnya dan perlahan membaringkan diri di sebelah Sasuke. Menjadikan lengan Sasuke sebagai bantalku dan merapatkan diri pada tubuh kekasihku itu.

"Mau bagaimana lagi? Daripada kita harus berpisah..."

"Aku akan bicara pada Kaasan agar dia membatalkan semua itu."

"Tidak perlu. Percayalah... kita hanya perlu berusaha dan membuktikan kalau kita benar-benar serius dengan hubungan kita," kataku sambil melirik wajah Sasuke yang begitu dekat dengan wajahku.

"Bagaimana jika kau gagal?" kata Sasuke yang kini menatapku sehingga pandangan kami menyatu.

"Aku tidak mau kita berpisah seperti itu," dia berkata lembut sambil memiringkan tubuhnya menghadapku yang masih terbaring di sebelahnya.

Aku tersenyum dan menatap langsung mata onyx yang begitu membuatku terjerat itu.

"Pasti ada jalan jika kita mau berusaha. Aku juga tidak ingin kita berpisah. Karena itulah aku akan berusaha selama tiga bulan ini,"

"Tiga bulan itu waktu yang lama, sayang," katanya sambil mengelus pelan pipi kananku dengan ibu jarinya.

"Siapa yang akan mengurusku saat kau pergi?" lanjutnya sambil tiba-tiba mencubit pipiku yang tadi dia elus.

"Aw! Sakit tahu!" aku mengelus pipiku yang baru saja dicubit oleh kekasihku itu serta memberinya tatapan pura-pura kesal.

"Aku pasti tidak akan tahan lama-lama jauh darimu," katanya sambil menyingkirkan tanganku dari pipiku.

Dengan pelan dikecupnya pipiku yang tadi dicubit olehnya. Perlahan juga aku menutup mataku untuk menikmati kecupan itu. Sebuah sentuhan ringan yang tidak akan aku dapat lagi untuk tiga bulan kedepan. Sasuke... sesungguhnya aku juga tidak akan tahan lama-lama jauh darimu.

Kembali direngkuhnya tubuhku dalam sebuah pelukan hangat yang membutku selalu begitu nyaman berada di sisinya. Ditariknya selimut besar itu untuk menyelimuti tubuh kami berdua. Dengan perasaan tenang, aku menyamankan diri diantara hangatnya selimut dan hangatnya tubuh Sasuke. Sekali lagi dia memberikan sebuah kecupan ringan pada pipiku.

"Tidurlah," katanya.

Aku hanya menggeleng pelan. Sungguh aku tidak mau pagi cepat datang dan memisahkan kita. Aku ingin selamanya seperti ini. Berada di sisinya dan selalu menemaninya. Biarlah aku menghabiskan malam ini untuk bersamanya. Jangan larang aku untuk menikmati sisa-sisa malam terakhir sebelum kepergianku.

"Sebelum kau pergi... biarkanlah malam ini aku memilikimu lagi," bisiknya di telingaku.

Aku kembali tersenyum dan mengangguk pelan.

Biarlah... biarkan semua tetap seperti ini sampai fajar tiba. Dan saat ini... aku benar-benar berharap pagi tidak akan pernah datang untuk memisahkan kita berdua.

===000===

TBC

Maaf untuk keterlambatan yang sangaaaat lama dalam meng-update cerita ini. Dan maaf juga untuk typo. Maaf juga untuk feel-nya yang mungkin kurang berasa.

Untuk chapter depan saya bikin LEMON... hehe *evil grin*

Arigatou buat semua teman-teman yang setia membaca fic saya...

Saya sangat terharu membaca review-nya... *halah*

Arigatou, Minna... *hugs all*

Review kalian sangat berarti untuk saya... ^_^

.

.

SPECIAL THANKS FOR:

Kurosaki Kuchiki, Valkyria Sapphire, Navi R-Yuuki69, iam maniez, Kurosaki Naruto-nichan, Vampire 9irL, Miho Yulatha, breakbullet, cherrysakusasu, Sora Hinase, Rievectha Herbst, namikaze, tekuma y, umosi, muari, korosaki, mamoru, Beela, vvvv, dobelianaru, selaa, Minami-to-yuri no hana, Hikari Meiko EunJo, Princess Sachie, , Mona Rukisa-chan, Saya Mika Kudo, 4ntk4-ch4n, hana 'natsu' phantomhive, Hana to Uzu, Ai Yamaguchi, Ka Hime Shiseiten, gieyoungkyu, sky pea-chan, acchan lawliet, resiwon407, Rin Akari Dai ichi, Bintang, Sakura uchiharuno ever, Hikari Hanafii UchiHaruno, ever lasting friend, LucCy ZaNiitha, Momo, Mukashi no Koibito, nasura uhano, sasusaku, Ubbadah 1 eureka, Ame chocho Shawol, Aozora ni Mikazuki, honamiAkimoto, CherryBlossom Sasuke, Tabita Pinkybunny, Ray Ichioza, Ganbatte ne, Arissa Venus, miina-senpai, Putri, lorist angela, Zhie Hikaru-chan, Violetz Eminemers, daisuudanty, Iino Sayuri, Mayalaurent, harunaru chan muach, Namiko CherryRan Mieko-chan, Risuga otome kun, magetsu yuu.

.

Over all...

Would u like to review? ;)