Hollaaa, i'm come back from the hell... *teak pke toa*

gomen, author bego ini lgi2 tlt publish pdhl byk yg mnta OMG! update lbh cpt dri yg sdh2, tpi yg trjadi mlh sblik'a hehe.. mklum, Ie dlm fase pergantian cara nlis yg mengerikkan... bhkn skrg Ie pnya niat semi-hiatus bwt nlis lnjtan "Mission Impossible". bkn krna k'krgan ide, tpi tkt fic'a ancur kyk chap 4 OMG!

.

say thank to:

.

Undine-yaha,

Hamazaki Youichi,

Kuraishi cha22dhen,

Princess Lawliet,

Vhy Otome Saoz,

Reneesme,

Pablo Hirunata,

Aoi-darkblue,

Asukarin,

Grth,

Iin cka you-nii,

ShiroNeko,

Muthiruma Youichi,

Micon,

Daychan Hamasaki,

Rya-chan X Shii-chan.

.

gomen, ripiu'a g di bls cz udh sore n Ie ol di warnet se hehe.. #plakk *dsr author miskin*

thank bgt bwt readers yg udh nge'fav author, story n alert fic ini n udh bae hti skdr bca fic gaje Ie, aplgi b'sedia nggalin kng2an brpa ripiu. Ie t'haru MAX -halah,lebay-

.

Oy, chap kmrn smpt ad pro & kontra -?- ttg klwrga Hiruma, t'utma Aoi Hiruma. So, alasan author bkn krkter kyk gtu... *bca plg bwh deh!

.

Ok, gak prlu byk basa-basi k'basian. Lnjut aja..

Eyeshield 21

.

Disclaimer:

Inagaki Riichiro & Yuusuke Murata

.

Story:

Cielheat Ie'chan

.

Pairing:

Youichi Hiruma

Mamori Anezaki

.

Warnig:

OOC, typo, gaje, abal, ancur n sgla macam kejelekan.

.

Don't like, don't read

.

.

Chapter 5


.

Pagi yang indah. Matahari bersinar cerah diatas langit, namun awan-awan yang berarak berhasil menghalau sebagian cahayanya agar tidak menyentuh bumi. Semilir angin di musim semi ikut menambah kesejukan, mengiringi langkah-langkah penuh semangat makhluk-makhluk berblazer hijau muda yang kini bertebaran di area jalan beraspal tanpa hiruk-pikuk kendaraan menuju SMU Deimon.

Damai.

Mungkin hal itulah yang dipikirkan setiap orang, tetapi tidak untuk Mamori. Pagi harinya di mulai dengan mimpi buruk. Lagi. Seolah ia tidak dibiarkan bernafas lega setelah semalaman hidup di neraka.

Penyebabnya? Siapa lagi kalau bukan pria bertelinga elf yang kini berjalan cuek sembari mengunyah permen karet disampingnya.

Oh, ya, jangan lupakan warna seragam mereka yang sama dan juga berarti satu hal. Neraka Mamori mengikutinya.

''Semoga kau cepat mati, Youichi!'' Mamori berdesis sinis dengan nada paling rendah agar hanya ia yang bisa mendengar suaranya sendiri. Namun sepertinya impian itu tidak kesampaian karena toh desisan Mamori bisa membuat Youichi Hiruma, pria setan disampingnya melirik bosan.

''Cih, jangan sok akrab denganku, bawel. Panggil nama margaku.''

Mamori memutar bola mata bosan. ''Hai, Hiruma-sama. Anda tenang saja karena gadis disamping anda juga tidak berminat mengakrabkan diri dengan anda,'' balasnya sarkastis, disusul kalimat, ''Dasar menyebalkan!''

Mamori mempercepat gerakan kakinya, berusaha berjalan lebih dulu dari Hiruma muda disampingnya.

Sungguh, rasanya Mamori 'hampir' meledak dan sepertinya 'memang' akan meledak bila terus-terusan disamping You.. ah, bukan! Hiruma. Dan sialnya, entah ini takdir Tuhan atau memang kegilaan orang tuanya, Mamori terpaksa hidup berbagi kamar dengan alien hermafrodith disampingnya.

Urgh, awas kau, Hiruma-kun, innernya menggeram sebal mengingat kejadian tadi pagi.

.

#Flashback#

.

Cklek!

Mamori memutar handle pintu kamarnya yang otomatis menampakkan pemandangan sebuah ruangan sederhana bercat hijau agak keputihan yang... hancur lebur!

Mamori sweatdrop di tempat. Sudah kuduga, batinnya menghela nafas. Pertengkaran ibu dan anak semalam membuat kamar mungilnya bak tertimpa tsunami.

Bukan hanya kasur dan bantal yang menjadi korban, tetapi juga puluhan boneka berukuran sedang yang seharusnya tertata rapi di rak buku kecil di samping meja belajar. Puluhan benda lucu berwarna-warni itu berserakan ke segala penjuru. Bahkan ada beberapa yang terkoyak hingga isi gabus di perutnya beterbangan di tiup angin dari AC di sudut ruangan.

Lalu, hal yang paling menakjubkan adalah mata awas Mamori berhasil mendeteksi terlalu banyak bulatan lubang kecil di dinding kamar yang membuatnya meringis setengah menyeringai. bekas peluru.

Apa semalam ada yang mati kena tembak? inner Mamori, spontan mencari tetesan darah di lantai, disusul helaan nafas kecewa saat tidak menemukan apa-apa.

''Keluarga yang membosankan,'' dengusnya tidak puas sembari melipat tangan di dada.

Brakkk!

Mamori terkejut dan reflek memutar badan hingga 90 derajat ke kiri begitu mendengar bunyi pintu kamar mandi di sudut ruangan menjablak kasar disusul munculnya seseorang berperawakan tinggi kurus, memakai long trousers hitam tanpa atasan alias bertelanjang dada. Pria itu menggosok rambut pirang spike-nya yang basah dengan handuk putih kecil yang disampirkan di bahu.

Wew!

Bola safir Mamori sedikit melebar mendapati suguhan pemandangan indah body sixpack di pagi yang cerah ini. Membuat suasana batinnya yang dipenuhi aliran chaos berubah total. Plong. Berbunga-bunga.

Gadis berambut coklat sebahu itu bahkan sengaja mengacuhkan email di inbox otaknya yang jelas-jelas mengirim warning sarkastis...

Hallo, Mamori pada bumi! Di depan anda telah berdiri salah satu dari tiga 'musuh'.

.

Identifikasi awal:

Hiruma muda alias Youichi Hiruma. Berambut pirang spike, telinga elf, mata emerald, bergigi taring ala vampire dan... oh, ya, jangan lupakan wangi mint tubuhnya yang menghanyutkan.

.

Catatan kriminal:

Dua kali menodongimu pistol ―yang entah sungguhan atau mainan, membiarkanmu pingsan di lantai, kedinginan dan pegal-pegal, menghancurkan isi kamarmu dan sekarang membuka pintu kamar mandimu dengan cara yang amat sangat tidak elite tepat di depan matamu.

Jadi, apa yang akan kaulakukan?

Terpesona? Pilihan bagus, Mamori!

''Kau lihat apa, sialan?''

Atau bukan?

Mamori terkesiap. Hardikan Hiruma muda yang berjarak sekitar 3 meter di depannya sukses membuat rambut Mamori seakan di keriting paksa. Hal yang paling tidak ia inginkan meski sekedar untuk di bayangkan.

''Mou, Hiruma-kun! Kalau kau tidak ingin di lihat orang, pergi saja ke kutub utara!'' balasnya tidak mau kalah sembari berkacak pinggang. Wajah Mamori memerah panas. Merah karena malu ketahuan melihat musuh dengan tatapan penuh nafsu, tetapi akting mata melototnya mampu menyamarkan adegan itu sebagai bentuk merah karena marah. ''Dan satu lagi, cepat keluar dari kamarku!'' hardiknya penuh tatapan horror ala ibu kost mengusir penunggak kontrakan.

''Hn?'' Hiruma mengangkat sebelah alis cuek. Ia berhenti melakukan ritual menggosok rambut dan berganti memandangi Mamori lekat-lekat. Kelihatan jelas wajah tegasnya sedang berfikir, lalu disusul jawaban santai... ''Ho, ini mantan kamarmu? Pantas banyak sekali benda-benda sialan berwarna-warni yang tidak berguna,'' katanya seraya memberi penekanan pada kata 'mantan' yang membuat darah tinggi Mamori kambuh akut.

Benar-benar kambuh. Bukan sekedar pura-pura kesal.

Urat-urat di tubuh sang malaikat kontan bertonjolan unjuk gigi.

Hah, tadi orang ini bilang apa? Itu, tuh! Kalimat yang tidak berlandaskan fakta itu. Kalimat yang memakai embel-embel 'mantan kamar' seolah Mamori sudah mati bertahun-tahun lalu dan sekarang kembali dari surga untuk mewariskan kamar kesayangannya pada orang lain yang tidak tahu terima kasih.

''Apa maksudmu 'mantan kamar'? Ini masih kamarku, tahu!'' Mamori berteriak keki.

''Hm...'' Hiruma menyerigai lebar. Memamerkan deretan giginya yang panjang dan runcing seraya maju beberapa langkah yang justru membuat Mamori mundur selangkah tanpa sadar. ''Kau yakin?'' tanyanya aneh.

''Mou, apa maksudmu? Tentu saja aku yakin! Ini rumahku dan ini jelas-jelas kamarku!''

Ok, entah kenapa sekarang Mamori jadi tidak yakin dengan kalimatnya sendiri. Pikiran buruk bergelayut di lobus frontalis otaknya bila mengingat betapa orang tuanya mulai terjangkiti virus 'cinta Hiruma' dan...

''Oh, shit!'' Mamori berdesis geram. Melesat cepat keluar kamar menuju lantai bawah rumahnya untuk mencari sang ibu 'tercinta'.

Masa bodoh pada jam dinding diatas pintu yang menunjukkan pukul 07.06 am, 24 menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi dan Mamori bahkan belum mandi.

Oh, ya, bagaimana Mamori bisa mandi dengan tenang setelah mengingat fakta penting bahwa rumah mungilnya hanya terdiri dari empat kamar.

1. Kamar tidur orang tuanya yang berada di sebelah kamar Mamori.

2. Kamar kerja ayahnya di lantai bawah.

3. Kamar tamu di sebelah ruang kerja yang sekarang ditempati pasangan suami-istri Hiruma, dan...

4. Kamarnya. Kamar Mamori yang sekarang dikuasai seorang psycho. Kamar mungil yang sepertinya akan menjadi medan perang dunia ketujuh menilik di tempat ini ada tuan rumah keras kepala dan seorang tamu tidak tahu diri yang kehabisan tempat tidur.

Yah, masih bagus kalau hanya seperti itu, karena entah kenapa Mamori lagi-lagi mendapat firasat tidak kalah buruk bahwa masalah ini tidak semudah memasukkan racun tikus ke makanan kucing.

Drap... Drap... Drap...

Langkah kaki Mamori berderap nyaring menggema memenuhi seisi rumah yang ―tadinya― masih terlihat tenang di sabtu pagi ini.

''Kaa-san!'' Mamori setengah berteriak di ruang tamu yang langsung berhadapan dengan tangga ke lantai atas. Mengacuhkan ayahnya, Tatsuya Anezaki dan Yuuya Hiruma yang duduk diam saling berhadapan di sofa. Asyik membaca koran pagi ditemani secangkir kopi diatas meja kaca yang masih mengepulkan asap putih.

Kedua pria paruh baya itu saling berpandangan aneh begitu Mamori melewati mereka tanpa sapaan selamat pagi sembari terburu-buru menuju dapur.

''Okaa-san?''

Pencarian si gadis bermata safir berakhir di ruang makan yang juga merangkap sebagai dapur. Kedua tempat itu hanya di batasi sekat berupa meja bar panjang tanpa kursi karena meja makan yang sebenarnya terletak di tengah-tengah ruangan.

Miho Anezaki ada di sana. Berdiri dibalik meja bar kayu seraya menuang nasi goreng dari wajan kedalam enam wadah pipih diatas meja, di bantu Aoi Hiruma yang bolak-balik mirip setrika untuk mengangkut piring-piring itu dan menatanya diatas meja makan.

Keduanya menoleh kompak mendengar panggilan yang lebih mirip teriakan Mamori.

''Wah, Mamo-chan? Ohayou!'' Sebenarnya Aoi Hiruma hampir berlari menabrak tubuh Mamori kalau saja perempuan itu tidak ingat tangannya masih memegang dua piring nasi goreng spesial.

''Ah, Aoi-baasan, ohayou mo!'' balasnya sambil lalu.

Mamori memanfaatkan celah 'lengah' Aoi Hiruma untuk lolos dari pelukan maut wanita blasteran berambut pirang itu dan dengan gesit menghampiri sang ibu yang kini tersenyum seraya mengais-ngaiskan tangan di udara dengan kode perintah agar ia mendekat.

Miho Anezaki mengerutkan dahi saat menyadari putri tunggalnya masih memakai piyama terusan putih-orange bergambar beruang besar di bagian dada.

''Kau kenapa, Mamo-chan? Sudah jam tujuh lewat, kenapa belum bersiap-siap ke sekolah?'' sahutnya aneh begitu Mamori tiba didepannya dengan raut kesal yang tidak berusaha ditutupi.

''Huh, justru itu masalahnya. Sekarang di kamarku ada... err, Youichi Hiruma?'' Mamori setengah bertanya karena tidak yakin dengan nama teroris di kamarnya. Semalam ia hanya mendengar nama itu sambil lalu saat Aoi menghardik putranya dengan nama lengkap. ''Aku tidak bisa memakai kamarku kalau ada dia,'' geram Mamori memelankan suara agar Aoi Hiruma yang masih sibuk menata perlengkapan makan diatas meja dan hanya berjarak beberapa meter dari mereka tidak bisa mencuri dengar.

''...'' Miho Anezaki hanya mengangkat sebelah alis tanda masih menunggu beberapa penjelasan tambahan.

''Kaa-san, tolong usir orang itu, ya? Pleaseee!'' Mamori memasang perangkap puppy eyes no jutsu yang amat sangat keren, tetapi tetap saja tidak mempan untuk wanita didepannya. Sang ibu justru melayangkan pernyataan gila yang sedari tadi menggantung di benak Mamori dan berusaha ia tepis jauh-jauh.

''Kau bicara apa, Mamo-chan? Kau tahu sendiri kan rumah kita kekurangan kamar? Makanya untuk sementara, Youichi-kun tidur di kamarmu.''

Siinggg!

Keheningan bak kuburan melanda sementara, lalu...

Arggh, sudah kuduga jadinya akan begini. Ibuku sakit jiwa!

Well, setidaknya teriakan tadi hanya terjadi dalam imajinasi liar Mamori karena bila ia nekat meneriakkan kalimat itu di alam nyata, niscaya sang 'ratu' tidak akan segan-segan memecatnya sebagai anak.

Kembali ke pokok permasalahan.

Demi Kami-sama, sebenarnya apa yang terjadi di rumah mungil yang ―sampai kemarin masih― damai ini?

Membiarkan gadis 16 tahun nan labil sekamar dengan psycho? Kau yakin tidak akan terjadi 'rantai makanan' memangsa dan di mangsa?

Atau, bagaimana bila terjadi 'pembuahan' antara 'putik' dan 'benang sari'? Masuk kamar berdua, keluarnya jadi tiga. #plakk

Memangnya mereka mau menambah penghuni baru 'daging bernyawa' ―alias bayi mungil― akibat hormon anak muda yang tidak terkendali?

Ok! Sekarang Mamori sudah merinding dan pikirannya terlalu melantur. Ia jelas bukan tipe yang akan melakukan kesalahan fatal sebodoh itu.

Tetapi tetap saja kan? Ia berbagi kamar dengan lelaki muda yang... err, apa Mamori harus jujur?

Oh, well! Youichi Hiruma memang lumayan 'hot' ―atau terlalu hot?― dengan body atletis tanpa t-shirt saat keluar dari kamar mandi beberapa menit lalu dan jangan lupakan bola mata emeraldnya yang ―entah kenapa― berhasil menyedot akal sehat Mamori tanpa tahu situasi.

Hijau bening yang teduh. Warna favorite sang malaikat yang membuatnya tidak gentar di teror secara mental oleh pemilik mata itu sendiri yang notabene adalah... teroris? Psikopat? Atau dua-duanya?

Geez, masa bodoh! inner Mamori tidak peduli.

Yang pasti, inti dari pikiran berbelit-belit ini adalah... Mamori tidak akan pernah menyetujui ide gila ibunya karena ia amat sangat sadar, sedikit banyak ia sudah teracuni pesona kegelapan iblis itu dan hanya masalah waktu hingga otak sang malaikat terkontaminasi sepenuhnya.

Tidak!

Mamori tidak akan membiarkan hal itu terjadi karena sepanjang fic ini bisa menjadi tempat pembantaiannya -?-

''Tapi, Kaa-san... kamarku...,'' Mamori menggantung kalimatnya. Agak bingung harus memulai dari mana meski otaknya diliputi berbagai kalimat penolakan sejak tadi. Wajahnya jadi terlihat aneh antara linglung dan kesal.

Pernah melihat Mamori tidak smart? Inilah dia sekarang.

''Lho, kenapa? Bukankah kemarin malam kita sudah membicarakan hal ini dan kau sendiri yang setuju berbagi kamar dengan Youichi-kun.'' Ibunya menjawab tanpa dosa. Bahkan diikuti seringai usil ibu-ibu tukang gosip yang biasanya nongkrong di sudut jalan kompleks sambil mengerumuni penjual sayur-mayur keliling.

Treeekkkk!

Bilik lobus frontalis di otak Mamori mengalami gangguan sistem yang langsung menyebar ke bilik lain hingga susunan saraf pusatnya off total.

Brukk!

Mamori jatuh terduduk di lantai keramik coklat tua polos tanpa motif di dapur. Kedua tungkainya melemas hingga tidak mampu menopang berat tubuhnya sendiri. Wajah manis itu memucat frustasi dan mungkin sebentar lagi RSJ Deimon akan kedatangan penghuni baru.

Mamori ingat. Tidak. Ia tidak ingat pembahasan 'berbagi kamar'. Mamori hanya tahu ia manggut-manggut menyetujui kalimat orang tuanya tanpa mencerna isi pesannya. Dan tolong jangan salahkan Mamori karena... kau tahu, seseorang terkadang membiarkan rohnya melayang-layang di dunia lain saat otaknya tidak berminat pada dunia nyata dan saat itu Mamori benar-benar tidak tertarik mendengar segala macam tentang keluarga Hiruma. Dan... ya, ampun! Malang sekali dia. Belum 2 X 24 jam, Mamori sudah menyesal telah mengacuhkan segala hal tentang Hiruma.

Pelajaran penting hari: Hormati orang tuamu dan jangan sekali-sekali mengabaikan nama Hiruma karena itu bisa berarti nerakamu.

''Lho, Mamo-chan? Ada apa?'' Miho Anezaki ikut berjongkok di depan sang putri. Memegang sebelah pundak Mamori dengan tatapan cemas sembari sebelah tangannya yang lain berusaha menyingkap rambut Mamori yang menjuntai menutupi wajahnya. ''Kau baik-baik saja?'' tanya cemas.

Apa harus jujur? Kalau begitu jawabannya sama sekali tidak baik-baik saja! inner Mamori nelangsa.

Gadis bermata safir itu mendongak menatap sang ibu disertai senyum manis yang tersungging di bibir. Menyebarkan feromon berlatar kerlap-kerlip yang entah kenapa bisa membuat Miho Anezaki merinding disko.

''Iya, aku tidak apa-apa.''

Nah, ini baru bohong.

Gadis itu melengos dalam diam. Belakangan ini kemampuan actingnya meningkat drastis. Apa ia punya bakat terpendam sebagai Sheryl Nome? Padahal Mamori hanya ingin 10% keahlian gambar Sai dari fandom sebelah.

Mau tidak mau, Mamori terpaksa kembali berdiri dibantu sang ibu yang masih rada-rada syok melihat aura janggal putri tunggalnya. Mau bagaimana lagi? Mamori hanya bisa tersenyum pasrah setengah gila menyadari masalah pembagian kamar ini di tutup berhari-hari lalu dengan amat sangat tidak etis dan ia pantang menjilat ludah sendiri.

''Kyaaa.. You-chan, ohayou!''

Teriakan girang, lebay, kekanak-kanakan Aoi Hiruma menyambut putranya yang muncul di pintu ruang makan sukses menarik perhatian dua wanita Anezaki di bilik dapur. Keduanya menoleh kompak dan mendapati si ibu kebanyakan penyakit 'complex-complex' itu berlari memeluk lengan Youichi Hiruma yang anehnya diam saja. Padahal Mamori hampir berlari ke kamarnya, mengepak barang, lalu mengungsi sementara di galaksi Andromeda untuk jaga-jaga kalau Bima Sakti tidak cukup luas bagi pertempuran Ibu-anak itu. Yah, seperti semalam. Kamarnya hancur.

''Cih,'' Mamori berdecih lirih tanpa sadar. Menggembungkan pipi sebal dengan tangan terlipat di dada.

Menyebalkan sekali, batinnya murka. Masih pagi sudah heboh begitu. Pakai acara mesra-mesraan yang bikin sakit mata pula.

Ampun! Seandainya aku Yuuya Hiruma, aku akan menjauhkan anakku sendiri dari Ibunya.

Well, jangan salahkan inner Mamori yang berfikir aneh dan terkesan cemburu. Oh, tidak! Tenang saja. Bukan cemburu seperti dugaanmu. Ia hanya berusaha mewakili pikiran Yuuya Hiruma yang tidak melihat betapa mesranya gaya mereka.

Memangnya apa yang aneh bila ibu dan anak terlihat mesra?

Tidak! Tidak ada yang salah dengan itu.

Lalu?

Demi Kami-sama, mereka terlihat serasi. Bukan ibu dan anak, tetapi dua sejoli.

Kalian tidak tahu Aoi Hiruma secara detail kan? Dia cantik. Terlalu cantik untuk ukuran wanita hampir setengah abad.

Tubuhnya kecil mungil, hanya beberapa centi lebih tinggi dari Mamori. Berwajah innocent dengan senyum yang selalu menghiasi sudut bibirnya. Senyum yang mungkin membuatnya awet muda. Bola mata hitam pekatnya berbinar-binar ceria pada hal-hal tidak penting seolah ia anak kecil yang baru pertama kali dijejali barang-barang lucu. Rambut pirang sepinggangnya yang dibiarkan tergerai juga semakin menambah daya tarik.

Aoi seperti malaikat. Mamori bahkan berani bertaruh, bila mereka berjalan di tempat ramai di kota baru ini, semua orang akan menganggap mereka sepasang kekasih. Membuat Mamori semakin kesal.

Tunggu! Kenapa dia harus kesal? Tidak ada untungnya juga kan?

Cih, lupakan saja!

Mamori menghela nafas keras. Bermaksud melangkah keluar ruangan saat pandangan terfokus pada hal penting yang sejak tadi ia acuhkan.

Hijau muda.

Warna yang membuat bola safir Mamori hampir keluar dari rongganya.

Bukan! Bukan hijau emerald yang selalu menghipnotis pikirannya. Tapi hijau lain yang lebih nyata.

''Wah, blazernya pas sekali ditubuhmu, ya? You-chan terlihat keren!''

Aoi Hiruma bersorak ala fans di depan sang putra yang lebih asyik menganiaya permen karet free sugar dalam kulumannya. Cuek.

''Mi-chan yang memilih ukuran seragamnya juga hebat!'' tambahnya antusias.

Mi-chan?

Mamori menoleh cepat pada sang ibu. Gadis itu tidak butuh waktu lama untuk mencerna siapa 'Mi-chan' yang di maksud bila mengingat cara berfikir Aoi yang... kau tahu apa maksudku?

Miho Anezaki balas menatap Mamori sambil menautkan alis. ''Eh, apa Ibu lupa mengatakan kalau mulai sekarang Youichi-kun satu sekolah denganmu?'' tanyanya aneh, lalu disusul senyum ―yang lagi-lagi― polos tanpa dosa. ''Kemarin Ibu sendiri yang mendaftarkannya di sekolahmu, lho! Mungkin kalian juga akan sekelas karena Ibu sudah memohon pada Kepala Sekolah.''

OH. MY. GHOST.

Apa orang ini benar-benar ibunya? Wanita yang melahirkan ia ke dunia? Mamori jadi curiga.

.

#Flashback end#

.

_Tsu-Zu-Ku_


Sheryl Nome: Anime apa y? lupa. Tapi kyk'a gundam gtu deh..

.

Bonus gaje: fakta di blik charakter Aoi Hiruma

Knpa author nyiptain Aoi yg gila bin k'knak2an itu? jwbn'a gmpg bgt.

slma ini, You-chan alias Hiruma Youichi, setan terkuat di slrh Jpg itu g pny lwan tngguh. bhkn Mamori jg kewalahan ng'hdpin tgkah'a.. so, author yg lgi gila-gila'a lgsg nyiptain sosok 'ratu kegelapan aneh' yg rncana'a bkl ng'buat Youichi g berkuasa lg kekekeke.. *di kemplang AK-47*

Gitu doang?

Yupz, gitu doankkk..

So?

Review please!