SECONDS TO PAST AWAY

HALO~ Mae muncul lagi dengan cerita yang lebih singkat dan klasik ~ kali ini mengandung angst dan romance. Sertaaaaa…IchiRuki. Hawahahahaa (membayar semuanya melalui cerita ini setelah mendapat gugatan (halah) dengan cerita sebelumnya) Yosh! Here Goes…

Disclaimer:

BLEACH © Kubo Tite

SECONDS TO PAST AWAY © Mae Otsuka

Main Pair: RukiaxIchigo

Adventure-Romance xD

RnR please: D !


"Only love can made people do something beyond the power, which some people think that's too impossible"

Rukia duduk termenung di ranjangnya. Ia melihat langit biru cerah dari jendela kamar. ia mengambil kamera dslr di laci. Beranjak berdiri dari ranjangnya berlahan dan memotret langit biru itu beserta rumah-rumah di dasarnya.

"Bagus," bisik Rukia saat melihat hasil potretannya itu. Rukia kembali ke ranjangnya, mengambil majalah NatGeo (terpaksa sebut merek) di sampingnya. Sesekali ia tersenyum pasi dan mengamati gambar-gambar dan informasi di dalamnya. Lalu Terlihat kakaknya Hisana mengetok pintu kamar,

"Rukia, ada Kurosaki-kun datang." Senyumnya. "Nee-san bawakan minuman ya,"

"Oh ya… suruh masuk saja. Terima kasih" Kata Rukia seraya menutup majalahnya.

"Tidak usah repot-repot nee-san, saya bawa minum kok." Kata Ichigo tiba-tiba muncul di samping Hisana. "Yo, pendek!" seru Ichigo langsung ngeloyor saja masuk kamar Rukia.

"Hai muka mesum," goda Rukia.

"Kurang ajar kau! Ini kubawakan dango! Bagaimana keadaanmu?"

"Sedikit pusing, tapi tidak apa-apa. Bagaimana kuliah?"

"Masalah…hari ini si bego Asano kena marah dosen karena tidak sengaja menjatuhkan kopi di POSTER KITA yang seharusnya sudah dipasang di depan kampus! SIAL! Hahahaha! Oh ya, ini dari Inoue." Kata Ichigo sambil memberikan secarik kartu pos bergambar chappy pada Rukia. Rukia membacanya pelan,

'Dear, Kuchiki-san…

semoga lekas sembuh ~ kami semua merindukanmu. Ishida-kun juga bilang, ia ingin melihat hasil potretanmu! Lama ia tidak lihat. Jadi, cepat kembali ke kampus ya! Oh ya! 5 hari lagi kami ada rencana untuk pergi ke bukit karakura! Keren kan? Dan kau harus ikut! ,– with love and hugs, Orihime Inoue dan teman-teman.'

"Ah... bukit karakura?" tanya Rukia.

"Keren kan? Pokoknya kau harus ada! Aku tidak akan ikut dengan mereka kalau kau tidak ikut!" seru Ichigo.

"Aku usahakan," kata Rukia.

"Jiah... usahakan, pokoknya harus bisa! Bukankah itu sudah lama jadi impianmu. Pergi ke gunung dan memotret taburan cahaya dari lampu-lampu rumah dan gedung? Kau harus ikut! " Kata Ichigo menjelaskan dengan kedua tangannya heboh. Rukia terkikik kecil.

Tanpa menggubris kalimat-kalimat lainnya, Rukia menggenggam tangan Ichigo.

"Aku mencintaimu, Ichigo." Senyum Rukia. Pipi Ichigo memerah setelah mendengar pernyataan itu.

"Kau ini bicara apa? Aku juga bodoh, hahahaha! " seru Ichigo salah tingkah sambil menjitak dahi Rukia pelan. "Aku kembali dulu ya. Si bego Asano memintaku untuk segera kembali dan membantu mengedit posternya. "

"Baiklah, sampaikan salamku pada mereka ya!"

"Roger! Makan dangomu!" suruh Ichigo. Rukia melambaikan tangan. Tersenyum pasi melihat kepergiannya. Ia pun dan menunduk sedih.

"-About Life…it's brevity, in sharp contrast to how love is infinity."

Malamnya, Suara percakapan Hisana dan Byakuya terdengar keras di telinga Rukia. Padahal ia masih tertidur pulas di ranjangnya. Mereka berdua terlihat sedang berdebat di kamar Rukia.

"Aniki? Kau sudah pulang?" tanya Rukia mengucak-cauk matanya yang mau tak mau bangun.

"Rukia," sapa Hisana, "bagaimana keadaanmu?" tanyanya sambil menyentuh dahi Rukia. "Kau demam, Rukia,"

"… ya aku tahu aku demam."

"Dokter tadi berpesan, sebaiknya kau pergi ke rumah sakit. Penyakitmu sudah harus ditangani oleh dokter di sana."

"… rumah sakit?" tanya Rukia pelan tapi terlihat was-was.

"Maafkan aku, Besok pagi ya."

"…" Rukia terdiam begitu saja. Hisana-pun jadi ikut sedih, ia mengelus rambut Rukia.

"… dan kau harus bicara jujur juga pada Kurosaki-kun, Rukia. Kau belum bilang sama sekali tentang penyakitmu ini kan?" tanya Hisana. Rukia menjawab dengan anggukan. "Besok sebelum ke rumah sakit, kau harus cerita hal ini pada Kurosaki-kun ya,"

"Kurosaki?" tanya Byakuya. "Maksudmu Kurosaki Ichigo?"

"Benar, ia kekasih Rukia. kenapa sayang?" tanya Hisana.

"Aku tidak mengira dia mencari kekasih seperti Kurosaki, ia termasuk dari kumpulan anak-anak brandal di kampusnya. Walau, ia termasuk mahasiswa berprestasi, tapi aku sama sekali tidak mengira." Jelas Byakuya yang memang mejabat sebagai salah satu dosen di kampus Rukia dan ichigo.

"Tapi ia sangat baik, Byakuya," jelas Hisana, "Mereka sudah bersama sejak SMA. Dan bagaimana mungkin kau tidak tahu?"

"Entahlah, terlalu sibuk. Hati-hati dengannya Rukia,"

"Baik," ucap Rukia.

"Kau ini bicara apa… aneh-aneh saja. Sudah, ayo makan malam, kau mau apa untuk makan malammu Rukia?" tanya Hisana sambil mendorong Byakuya pelan untuk keluar dari ruangan.

"Sup saja, terima kasih." Jawab Rukia.


Rukia tak bisa melanjutkan tidurnya setelah ia mendengar kabar itu dari Hisana dan Byakuya. Bagaimanapun juga Hisana benar, ia harus memberi tahu Ichigo tentang penyakit yang ia derita. Di tengah malam, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan memotret isi rumah dan pekarangannya. Ia merasa bahwa, ini saat terakhir ia melihat rumahnya.

"Itu tidak benar…" batin Rukia setelah mengatakan pada diri sendiri bahwa ia tidak akan kembali ke rumahnya. 'ayo Rukia,… berfikirlah positif.' Akan tetapi terlalu lemah untuknya menyatakan hal itu dalam hatinya. Ia mendongak. Melihat langit. Langit malam bertabur bintang terlihat dengan cerahnya di atas kepala Rukia. Ia memotret langit itu. Tersenyum, 'Apakah aku akan pergi ke sana sebentar lagi… ?' tanyanya dalam hati. Keadaan menjadi gelap seketika di mata Rukia. Ia merubuhkan tubuhnya dan tergeletak begitu saja di halaman rumahnya.

"-Unless it is lust. Love lasts. Lust doesn't."

2 hari kemudian, Ishida terlihat habis berlari mencari-cari teman-temannya. Ia lalu menjelaskan pesan apa yang baru saja ia terima di ponselnya.

"Apa! Rumah sakit!" tanya Inoue pada Ishida. "Apa separah itu demamnya!"

"Mungkin bukan demam biasa," kata Ishida seraya membetulkan kaca matanya. "Lebih tepatnya ia sakit apa, Kurosaki?"

"…" Ichigo terdiam. Mengerutkan dahinya, lalu menjawab. "Aku tidak tahu."

"Hah! Bagaimana mungkin kau tidak tahu Rukia-chan sebenarnya sakit apa!" teriak Tatsuki,

"Aku—aku tidak tahu! Dia bahkan tidak bercerita tentang penyakitnya!" kata Ichigo beralasan kurang pas.

"Kurosaki-kun, seharusnya kau tak perlu harus menunggu ia bercerita, Dan bagaimana kau bisa tidak tahu jika sudah berada di rumah sakit selama 2 hari?" tanya Inoue memandang Ichigo tak percaya. Lalu, Asano mendengus keras,

"Seperti kalian tidak tahu Ichigo saja, dampak kurang romantis sih," goda Asano, "Setiap bertemu selalu tengkar… itupun kau yang mulai, Kukira kau mengenal Rukia-san dengan baik, ternyata—"

"Asano! Tidak perlu mengejek begitu!, sekarang kita ke rumah sakit! ." Ajak Ishida. "Ayo Kurosaki!" dan Ichigo hanya mengangguk pelan.


Sesampai di rumah sakit, Ichigo, Inoue, Ishida, Asano, dan Tatsuki langsung menyerbu kamar dimana Rukia berada. Semua sudah dijelaskan di pesan yang Ishida dapat dari Hisana. Jadi, mereka tinggal sikat saja. (bahasanya kurang bagus..maklum miskin vocab)

"KUCHIKI-SAN!" teriak Inoue.

"Ssst…" bisik Rukia seraya menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya yg mungil.

"Ah! Maaf!" seru Inoue," lupa ini rumah sakit…"

"Bukan…" bisik Rukia pelan, Ia sedang membawa kamera dslr di tangannya. Menghadapkannya kearah jendela. Semua mata tertuju pada jendela itu. Di situ Terdapat 2 burung gereja kecil bertengger dengan anggunnya. Mereka saling menggoyang-goyangkan sayapnya. Seperti menari. Rukia mulai memotret kedua burung gereja itu. Kemudian, tersenyum melihat hasil potretannya.

"Rukia-san…" kata Asano saat melihat Rukia tak menghilangkan hobinya walau ia berada di tempat seperti rumah sakit.

"Oh, halo muka bokep." Sapa Rukia pada Asano.

"Ge! Kurang ajar, sudah lemah begitu masih saja mengejek! " keluh Asano.

"Itu kan memang panggilanmu." Goda Rukia lagi. "hehe, hai apa kabar semua?"

"Rukia-chan, bagaimana keadaanmu? Kami kira kau hanya demam," tanya Tatsuki.

"Memang cuma demam kok," jawab Rukia sambil menggaruk-garuk telingannya "Aku hanya… sedikit pusing saja,"

"Kau terlihat sangat pucat, Kuchiki." Kata Ishida. Wajahnya terlihat begitu serius. "Jangan memutar balikkan kenyataan."

"…" Rukia tediam melihat Ishida. Lalu tersenyum simpul, "Aku tidak apa-apa. Kalian mau mochi?... Nee-san baru saja membelikanku mochi di dekat sini. Dan katanya terkenal enak. Mau… ?"

Tapi tak satupun dari mereka mau mengambil mochi itu. Begitu pula dengan Ichigo yang dari tadi bahkan tak mengucapkan sepatah katapun. Rukia pun mengerti ia harus berhenti bersikap seakan semua baik-baik saja. Ia lalu menunduk dan berkata,

"2 hari yang lalu, tengah malam, aku pingsan di pekarangan rumahku."

"Pingsan!" tanya Inoue.

"Iya, saat aku sedang memotret rumah beserta isinya, hihi" jelasnya disertai kikikan. "Lalu, saat aku melihat langit malam,..aku tiba-tiba terjatuh pingsan begitu saja. Dan saat aku bangun, aku sudah berada di sini…" jelasnya. Gaya bicara Rukia pun sudah berbeda dari yang selama ini mereka tahu. Rukia memang terkenal dengan sosoknya yang pendiam diantara mereka semua. Tapi gaya bicara Rukia sekarang seperti robot. Lambat dan datar. Ichigo mengerutkan dahinya, Ia menyentuh dahi Rukia dan berbisik,

"Kau sakit apa, Rukia?" tanyanya. Tapi Rukia tak mau menjawabnya, ia bahkan tidak berani melihat mata Ichigo. "Rukia," panggil Ichigo lagi.

"Kuchiki-san, kakakmu bertanya mau makan apa nanti malam, Oh." Kata seseorang dari balik punggung Ichigo dan yang lain. Tubuhnya yang pendek membuat Ichigo harus sedikit memiringkan tubuhnya agar bisa melihat wujudnya, "Maaf, aku tidak tahu jika ada tamu." Lanjutnya. ia seorang pria. Sependek Rukia. Memiliki rambut putih kebiruan, Ia juga sedang membawa tiang infuse di tangannya.

"Ah, Hitsugaya-kun." sapa Rukia. Dan kali ini semua mata tertuju pada HItsugaya. Hitsugaya hanya mengangguk (baca: menyapa) mereka dan membaringkan tubuhnya di kasur yang terdapat samping Rukia. "Ini Hitsugaya Toshiro, kami sekamar. dia ternyata satu kampus dengan kita loh. Ia anak tehnik pengairan." Jelas Rukia. Tapi mereka tidak terlalu berduli dengan sosok Hitsugaya yang bru saja muncul, mereka melanjutkan topik pembicaraan.

"Sekarang katakan, kau sakit apa, Kuchiki?" paksa Ishida.

"Maaf, waktu kalian sudah habis."

"Hah?" tanya Tatsuki dan Asano pada seorang suster yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.

"Maaf, tapi waktu kalian sudah habis, besok pukul 10, kalian bisa datang lagi kemari." Jelas suster itu. "Sekarang tolong persilahkan pasien untuk beristirahat."

"Ta—tapi—"

"Ayo Inoue," ajak ichigo. Ia menoleh ke belakang, memandang Rukia nanar dengan maksud, 'aku akan datang lagi, dan kuharap kau benar-benar memberi tahu yang sebenarnya terjadi.' Rukia mengerti betul apa maksud Ichigo. Ia pun membalas nanar pandangan Ichigo.

"Love can be unfair some times…"

"Seangkatan?" tanya Hitsugaya. Ia terbaring sama lemasnya dengan Rukia. Ia mengambil obat yang baru saja diberi oleh suster itu tadi. Rukia meresponnya dengan anggukan pelan. "…pacarmu yang punya rambut aneh itu ya? " lanjut Hitsugaya.

"Benar," jawab Rukia singkat. Ia mengambil majalah NatGeo (sebut merek) dari tasnya. "si kepala jeruk."

"Yaa.. Ia yang paling terlihat khawatir tadi. Terlihat dari matanya."

"Oh ya? Hahaha…" Rukia tertawa hambar sambil membuka-buka majalahnya.

"Hahaha, sok tahu ya aku? Sudah kebiasaan. Omong-omong Kalian sudah 'jalan' berapa lama?" tanya Hitsugaya lagi. Ia mengambil PSPnya dari dalam tas dan memainkannya.

"4 tahun kurang lebih. Dari SMA kelas 2." Jawab Rukia.

"Lama ya… aku dengan pacarku tidak berjalan selama itu," kata Hitsugaya sambil asik memencet-mencet PSPnya. "ia meninggalkanku setelah aku mengidap penyakit ini."

"Oh… maaf," kata Rukia pelan.

"Bukan salahmu, seharusnya aku tidak perlu cerita hahaha…lalu, bagaimana hubunganmu pria kepala jeruk itu?"

"…mm..." Rukia termenung sebentar memikirkan jawaban yang tepat, "…aku tidak merasa sedekat itu dengan Ichigo walau kami sudah bersama 4 tahun. Sebenarnya aku cukup pendiam, Sedangkan dia ramai sekali." jelas Rukia sambil menggaruk-garuk rambutnya tertawa kecil. "Setiap kali kami bertemu kami selalu saling ejek. aku sering merasa ia hanya menganggapku sebagai sahabat. Teman special seperti itu lah,"

"Kenapa begitu?" tanya Hitsugaya kali ini memelankan jari-jemarinya dalam bermain.

"… karena aku sendiri masih tidak bisa bicara jujur padanya. Dan sebenarnya—" Rukia menghela nafas, "—Ia bahkan belum tahu aku mengidap penyakit apa."

"…ha?" HItsugaya sudah tak memainkan jari-jemarinya lagi. Lebih tepatnya ia terdiam dan melihat Rukia yang berada di sampingnya itu. "keterlaluan sekali kau,"

"aku tahu," lanjut Rukia. "aku hanya tak bisa melihat wajahnya jika tahu itu."

"Ia akan jauh lebih sakit hati jika kau tidak segera memberi tahu"

"Tapi aku sangat sayang padanya. Aku tidak ingin menyakitinya."

"Justru karena kau sayang, kau harus memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu. Ku berani bertaruh, ia akan sangat kecewa jika kau baru memberi tahunya sekarang. Kau sudah mengidap penyakit ini cukup lama kan? Dan jika aku lihat dari ia memandangmu, ia sangat menyayangimu. Hanya ia sulit memberi tahu perasaan sebenarnya padamu, karena kau…sendiri tidak bisa jujur padanya….hhhh…capek ngomong." Kata HItsugaya seraya memijit-mijit lehernya.

"…." Rukia langsung terdiam setelah mendengar kalimat Hitsugaya yang berhasil membuatnya tersentuh. Sudah saatnya ia memberi tahu Ichigo. Ia pun lagi-lagi menghela nafas.

:

:

:

Tak lama kemudian,

"Hitsugaya-kun…" bisik Rukia. "Pusing."

TO BE CONTINUED


Huahaha, bagaimana? bagaimana? aneh ya...saya jadi heran sendiri habis bikin True Colours yang full action itu tiba-tiba jadi full romance seperti ini (tidak bisa dibilang full romance juga sih) ditunggu reviewnya ya kawan-kawan ~ :D