Yap! Saya kembali lagi dengan multi-chap Akatsuki. Tapi mungkin di sini gak ada sangkut pautnya sama Akatsuki kali ya. Saya bikin mereka terpisah-pisah. Mungkin ini lebih memfokuskan cara kematian mereka versi saya! Hoho

Ini cuma kumpulan oneshot aja. Jadi begitu kelar satu fic, langsung dicomplete-complete-in.

Okelah, kita mulai aja yo!


Disclaimer : Naruto itu punya Masashi Kishimoto

Chara : Alm. Pein *tendanged*

Warning : Sedikit AU, OOC, Gaje puoooll! Yang tidak suka dengan darah-darah, disarankan untuk baca saja. Karena di fic ini gak ada yang kayak gitu! Nyahaha..XD*mulai menggila*


.

.

Pein, 24 tahun. Single, muda dan fresh. Merupakan anak sulung dari lima bersaudara yang disebut dengan 5 Pein. Bercita-cita ingin menjadi seorang dokter bedah yang diakui oleh semua orang di dunia. Tapi cita-citanya itu tidak didukung oleh bakat yang menjanjikan. Dia lebih sering menghabiskan uang untuk membeli majalah-ehem- dan pierching terbaru daripada belajar cara membedah yang baik dan benar.

Sesaat ucapan terakhir ibunya, terngiang di pikirannya…

"Kamu itu mau jadi apa, Pein! Uang kita sampai habis kau belikan barang-barang tidak berguna. Ayahmu sampai mati gantung diri gara-gara gak kuat ngurusin kamu. Setidaknya kau bisa jadi dokter sesuai dengan keinginan ibu!"

Setelah bicara begitu, Ny. Peinlangsung meminum baygon dan…gitu deh.

Pein mendesah pelan. Dia memang tidak bisa diandalkan. Sebagai anak sulung, Pein merasa malu pada adik-adiknya yang memiliki kehidupan lebih layak daripadanya. Bahkan gosipnya nih, ninja berbakat dengan julukan 'Konoha Yellow Flash' a.k.a Namikaze Minato itu, merupakan adik kandungnya Pein. Benar-benar tidak bisa dipercaya, sodara-sodara! DX

Oleh karena itu, dengan bermodalkan ijazah lulus Universitas Kebidanan(?) Amegakure dan isak tangis kebahagiaan dari para Dosen yang emang sudah gak tahan kalau Pein masih ada di Universitas mereka, Pein berangkat ke Konoha dan berniat melamar pekerjaan sebagai dokter bedah di RS. Konoha.

Dan seperti yang sudah kita tahu, dengan suksesnya…dia langsung ditolak (bahkan ditendang) oleh pihak rumah sakit.

Tidak putus sampai di situ saja, secara sembunyi-sembunyi, Pein mendirikan klinik miliknya sendiri (dengan bantuan modal dari sahabat karibnya-yang terkenal pelit-, Kakuzu). Apapun yang terjadi, dia harus menjadi seorang dokter sesuai dengan keinginan ibunya.


Hari ini belum ada yang pasien yang datang ke klinik Pein. Biasanya sih jam-jam segini kliniknya udah dipadati sama aki-aki dan nini-nini yang harusnya udah mikirin uang gali kubur mereka karena udah peot minta ampun.

Dengan itu, Pein menghempaskan tubuhnya ke sofa dan memutuskan untuk menonton TV saja. Siapa tahu ada acara yang bagus yang pastinya sesuai dengan selera Pein yang nista ini.

Klik

"-Gratis SMS 2 juta kali ke semua operator. Makanya pake-"

Klik

"-Pot yang bagus. Kemudian setelah tanaman ini dimasukkan ke dalam pot, kita siram pakai air dan jangan lupa taburkan-"

Klik

"-Bedak bayi. Setelah merata ke seluruh badannya, kita angkat tubuh si kecil dan-"

Klik

"-Langsung panggang di bara api. Jangan lupa dikipas-kipas ya pemirsa! Setelah matang, kita angkat dan sajikan. This is it! Sate-"

Klik

"Gak enak!"

"Dia bohong lagi-"

Klik

"Aku tidak bohong. Aku tidak akan menarik kata-kataku. Itulah jalan ninjaku!"

"Halah, kebanyakan bacot lu! Chidori-"

Klik

"Bohong! Itu cuma gossip! Faktanya waktu itu saya sedang ada pengajian di kampung saya. Mana mungkin saya melakukan hal mesum seperti itu sampai direkam sama video segala lagi-"

Klik

"Jan Di, bagaimana kalau kita pacaran secara sembunyi-sembunyi di belakang Jun Pyo?"

"..Ji Hoo.."

Klik

"Mau malam kamu hangat? Jangan lupa datang ke warung remang-remang Tsunade. Di sini sedia teh hangat, teh hijau, teh sisri, teh Anko dan teh Kurenai juga ada. Catat ya alamatnya di-"

Jepret!

Perhatian! Perhatian! Pemadaman listrik.

"Akh! Padahal baru akan ku catat! Sial!" gerutu Pein sambil meremas rambutnya kesal.

"Permisi…"

"Eh, ada pasien ya…"

Dan di sinilah Pein sekarang. Duduk tegak dengan pandangan mata tidak teralih pada orang (pasien) di depannya ini.

"Jadi…apa keluhan anda?" tanya Pein langsung.

"Uhuk…su-sudah dua hari ini sa-saya batuk terus..uhuk!" jawab si pasien yang berambut indigo itu, Hyuuga Hinata (18).

Pein mengangguk-angguk. Lalu dengan entengnya dia bilang, "Kalau begitu, silakan buka bajunya!"

"APA?" bukan. Yang ini bukan teriakkan dari Hinata. Tapi orang yang sedari tadi duduk di samping Hinata, Hyuuga Neji (19), sepupunya Hinata.

"Iya. Apa saya perlu mengulangi perkataan saya barusan? Dia yang saya suruh buka baju, kenapa kamu yang sewot?" dengus Pein.

"Tentu saja! Dia kan cuma batuk biasa, kenapa harus buka baju segala?" Neji masih protes. Lha? Kalau udah tahu kalau dia batuk biasa, ngapain juga dibawa ke sini? =_=a

"Pokoknya saya bilang buka baju, ya buka baju! Di sini kan saya dokternya. Apa perlu saya yang bukakan?" sebelum hal itu terjadi, Hinata sudah pingsan duluan. Dan Neji…

"..Jyuuken!" salah satu jurus andalan klan Hyuuga, sukses membuat Pein tepar di tempat.

...

Dan setelah itu, klinik Pein ditutup oleh pihak Konoha yang diketahui merupakan klinik illegal. Karena setiap pasien yang datang (terutama wanita) apapun keluhannya, pasti disuruh untuk buka baju. Dasar dokter mesum!

Pein berjalan gontai menelusuri gang sempit ini. Dia menghentikan langkahnya dan menengadahkan kepalanya ke langit melihat bintang-bintang yang bertaburan malam ini. Ah, Pein tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bernyanyi lagu 'Bintang Kecil'.

Setelah bersenandung pelan, Pein meneruskan langkahnya. Sesekali dia menendang kaleng kosong yang berceceran di jalan. Pein menendang gentong besar di depannya dengan perasaan yang sama seperti Sangkuriang menendang perahu buatannya.

PRAAAANG!

"Aww…"

Suara gentong pecah dan ringisan seseorang, membuat Pein terkejut.

"Siapa yang berani melemparku dengan gentong sial ini, hah?" tiba-tiba dari arah depan muncul seorang pria dengan bekas luka yang cukup banyak dan mengerikan di wajahnya, Morino Ibiki (30).

Kemudian ada yang datang lagi, datang lagi dan datang lagi. Hingga sekarang telah ada empat orang pria di depan Pein.

"Eh, ada alay dateng kemari!" kata seorang pria berambut silver dan memakai masker yang menutupi sebagian wajahnya, Hatake Kakashi (28).

Seorang pria berjanggut lebat yang sedang merokok berjalan menghampiri Pein, Sarutobi Asuma (29). Dia menghisap rokoknya dan menghembuskan asap rokoknya tepat di wajah Pein. "Psh…kau mau cari mati ya?"

"Dari tampangnya yang kritis sih, kayaknya dia baru saja putus cinta. Benar-benar orang yang tidak punya semangat muda!" kali ini seorang pria berambut bob, beralis tebal angkat bicara, Maito Guy (29).

"Atau karena kehilangan pekerjaannya?"

"Atau juga gagal jadi seorang dokter?"

"Dan tidak bisa mewujudkan keinginan ibunya!"

Entah bagaimana bisa mereka tahu semua itu. Yang jelas Pein sudah panas saja mendengar mereka bicara seperti meledeknya saja. Ini lebih panas daripada melihat Konan dibonceng naik vespa dengan laki-laki yang jauh lebih jelek darimu. Dalam kasus ini, ambil contoh saja Kisame. Atau lebih panas lagi daripada membalurkan balsem gosok ekstra hot ke seluruh tubuh lalu mengguyurnya dengan air panas. PANAS!

Pein sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat sampai tangannya mengeluarkan darah-dasar bego-matanya berkilat-kilat marah.

"Heh, kau kucing garong!" tunjuk Pein pada Ibiki, Ibiki melotot.

"Kau, kutu kupret!" Pein menunjuk Kakashi, Kakashi mendelik.

"Kau, janggut lebat berhidung besar!" tunjuk Pein pada Asuma. "Kenapa pas bagianku panjang sekali?" sewot Asuma.

"Dan kau..kecoa jogging!" Pein menunjuk Guy, Guy menjerit.

"Kalian semua…mau aku bedah yah?" jiwa dokter bedah Pein bangkit kembali. Dia sudah mengeluarkan silet(?) dan gunting cukur dari saku bajunya.

Ibiki tertawa meremehkan. "Dibedah katanya?"

"Hmp, menarik juga!" Kakashi menyingsingkan celana panjangnya. Dia tidak menyingsingkan lengan bajunya karena saat ini dia sedang tidak pake baju. Gak takut masuk angin tuh!

"Hih…tatut!" Guy memposekan dirinya dengan lebay. "Kalau berani, bedah nih pantatku!" dengan tidak tahu malu, Guy menepuk-nepuk pantatnya TEPAT di depan wajah Pein.

Habis sudah kesabaran Pein. Untung dia berbekal ilmu ninja yang hebat punya, Rinnegan. Dan untuk kali inilah dia akan mengeluarkan jurus pamungkasnya! Bambang kali pamungkas.

Dengan serangan yang membabi buta, Pein mulai menghajar mereka dan…

BAK! BIK! BUK! BAK! BIK! BUK!

.

.

.

"Ung…jangan aku deh, Sakura-chan!" pinta seorang pemuda berambut pirang, Uzumaki Naruto (18) pada seorang gadis di sampingnya.

"Kau ini, Naruto! Kalau tidak melakukannya, bagaimana kau akan terbiasa?" bentak seorang gadis berambut pink, Haruno Sakura (18) pada Naruto.

"Aku kan masih pemula. Bagaimana kalau mereka berdua saja yang melakukanya?" usul Naruto menunjuk dua temannya yang lain.

"Apa? Aku? Jangan aku dong! Aku kan takut darah!" seorang pemuda berambut hitam nge-bob dan beralis tebal, Rock Lee (19) menolak usul Naruto.

"Hoaahmm…merepotkan! Kenapa pas aku sedang enak-enaknya tidur, malah disuruh untuk mengoperasi orang sih?" dengus pemuda yang memiliki rambut seperti nanas, Nara Shikamaru (19) sambil menguap lebar.

Benar. Mereka berempat adalah dokter Konoha yang ditugaskan untuk mengoperasi seorang pria berambut orange yang ditemukan dengan tubuh penuh tusukkan pisau di sekujur tubuhnya. Terlebih lagi ada beberapa pisau yang masih tertancap dalam di tubuh pria yang diketahui bernama Pein itu. Kalau dilakukan operasi, kemungkinan nyawanya akan tertolong.

"Bagaimana kalau ditentukan dengan suit?" usul Naruto semangat.

"Aku setuju! Yang kalah berarti dia yang harus mengoperasi kan?" tambah Lee tak kalah semangat.

"Hah~ mau bagaimana lagi. Shika-"

"Aku tidak ikutan!" Shikamaru memotong perkataan Sakura dengan cepat.

"Kita mulai ok!"

"Batu kertas gunting!" teriak mereka kompak.

"Akh, Aku kalah? Dua kali lagi!" kata Naruto.

"Heee…curang!"

Tiba-tiba saja tubuh Pein kejang-kejang tak karuan. Nafasnya tersenggal-senggal karena selang infusnya tanpa sadar terinjak oleh kaki Naruto. Dan satu detik kemudian, dia…the end.

Sementara Shikamaru yang melihat kejadian itu hanya bisa bengong. Kemudian dia menutup seluruh tubuh Pein dengan selimut.

"Batu kertas gunting!'

"Akh, aku kalah lagi! Lakukan sekali lagi!"

Shikamaru mendengus pelan. "Sampai kapan kalian akan melakukan hal itu?" Naruto, Sakura dan Lee yang sedang sibuk suit, langsung menoleh ke arah Shikamaru.

"Pasien kita sudah meninggal dari tadi, tahu!" katanya dengan nada malas.

"..HEE…' Dr. Naruto, Dr. Sakura dan Dr. Lee hanya bisa terkejut mendengarnya.

Ya, hidup yang menyedihkan...

-FIN-


Benar-benar gaje! Huh, gak tahu kenapa malah kepikiran cerita kayak gini. Sebenarnya ini fic request-an dari Shinrei Azuranica yang minta Akatsuki multi-chap! Ho..Nica. Abis ini uangnya ditransfer ke rekeningku yah! X3 *hajared* tapi maaf ya ceritanya jayus gini. T_T

Dan buat Tobito Uchiha -kalau baca- emailnya di enable dulu ya. Saya jadi gak bisa reply ke kamu soalnya! ;3

Ya sudahlah~*Bondan mode:on* mind to review, minna-san?

Habis ini kakang prabu saya yang muncul! (baca : Itachi dari klan Uchiha) setuju kan? XD

Ciaooo…