A/N: Ditulis untuk memperingati ultah dan fanfic terakhir sebelum semi-hiatus kelas Sembilan.


Keabadian Bukanlah Berkah

Kaito Kuroba berdiri di depan bangunan jam tua. Tentu saja bangunan jam itu bukan sembarang jam. Di situ adalah tempat pertama kali ia bertemu dengan Aoko.

Sudah berapa tahun telah berlalu sejak saat itu? Segalanya telah berubah. Pohon pohon rindang semakin tua dan besar, bangku bangku taman mulai lapuk dan rusak. Taman itu masih ramai, seperti dulu, tapi kali ini, tak satupun dari wajah wajah itu yang dia kenal.

Dia berjalan, perlahan. Kaito tahu bahwa berbahaya baginya untuk kembali ke Jepang; seseorang bisa saja mengenali wajahnya, dia bisa saja bertemu dengan sisa sisa organisasi hitam yang mencoba balas dendam dan mencoba membunuhnya; bukannya Kaito takut mereka akan berhasil. Dia malah merasa lega kalau mereka berhasil membunuhnya; dia sudah bosan hidup sendiri.

Gubrak!

"Maaf, saya tidak bermaksud—"

"Ah! Maaf—"

Dua mata biru laut yang bening saling menatap. Salah satunya tersembunyi di balik kacamata bening.

Suasana hening.

Kaitolah yang pertama kali bicara.

"Halo! Namaku Kaito Kuroba. Senang bertemu denganmu?" Dia tersenyum lebar.

"Edogawa Conan." Kata sosok kecil itu tanpa tersenyum. Kaito mengangkat alis. Jadi setelah bertahun tahun berlalu, ia belum melepaskan nama itu?

"Hei" kata Kaito, berjongkok sehingga mereka ada pada tinggi yang sama. "Aku sudah cukup baik untuk memberi tahu nama asliku padamu, tapi kamu masih memberikan 'Edogawa Conan' padaku?"

Ia menatap Kaito, dalam, dan terlihat jelas kelelahan dan kesedihan di situ, sesuatu yang seharusnya tidak ada di wajah seorang anak berumur enam tahun. "Kudou Shinichi telah meninggal."

"Yah…" kata Kaito tenang. "Apa yang membuatmu terjebak di dalam… ah, keabadian?"

"Apotoxin 4869. Kamu?"

"Pandora."

"Jadi; bagaimana hidupmu?"

"Tidak jauh berbeda daripada kamu. Berpindah pindah terus menerus, berganti nama, bersembunyi, berjaga jaga agar tetangga tidak sadar bahwa tetangganya, berumur enam tahun, tidak pernah tumbuh besar. Kamu?"

"Berputar putar sendirian. Aku nyaris berharap Snake akan muncul sehingga hidupku nggak ngebosenin terus. Paling nggak kali ini aku tahu ia nggak akan bisa membunuhku."

Suasana sunyi.

"KI—maksudku, Kaito; kapan kapan mampirlah ke tempatku. Aku ada di rumahku yang lama; mungkin dua tahun lagi aku akan pindah. Kuharap suatu hari kita bisa bertemu lagi."

Dan dengan itu, Edogawa Conan berjalan pergi.


A/N: Yak, di sini Kaito dan Conan terperangkap di dalam keabadian (immortality). Kaito, tentu tahu siapa Conan sebelumnya dan... Conan... yah, bilang aja kalau Conan cukup pintar untuk mengenali Kaito sebagai KID :D

Bukan salah satu dari karyaku yang terbaik, aku tahu… tapi Rici udah agak lama nggak nulis. Kemungkinan besar selama sisa tahun ini Rici akan semi-hiatus. Karena… udah kelas sembilan…

Ini ditulis dalam rangka memperingati ultah KID dan Aoyama Gosho. Emang terlalu angsty sih… tapi… yah… gitu deh!