Akatsuki Gaje Series:

From Janin Until Jounin

Author: AnnZie-chan Einsteinette

Disclaimer: *berlutut sambil nyerahin script* Naruto hanya milikmu, wahai Kishimoto-sensei... *tampang cling cling*

Rated: K+

Genre: Parody Gak Jelas

.

.

Don't Like Don't Review nor Flamming. Just simple, guys.

.

Huahahaha!

AnnZie dapat flame 'tersembunyi' dari anonym (unlogin), kata dia FJUJ garing, jayus! Pertama AnnZie pundung, tapi tersadar, flamer anonym tuh biasana pengecut. Ini kedua kalina AnnZie dapat flame, jadi udah kebal.

Buat Kasuga ottoro, lalu, jika fic AnnZie garing humorna dan terkesan maksa, setidakna AnnZie lebih baik daripada fic-fic ALAY yang menuhin FNI dua bulan akhir ini. Please deh, flame fic yang ALAY aja, fic AnnZie nggak alay kok. Bukan narsis, tapi AnnZie tahu benar perbedaan fic ALAY dengan fic-fic AnnZie. Beda jauh. EYD AnnZie benar kok, nggak kayak yang alay-alay itu. Nah, itu aja udah satu perbedaanna.

Oke, AnnZie setuju, sangat setuju dengan semua reader yang menganggap Kakuzu nggak lucu. Sebagai penebusan dosa, kali ini AnnZie persembahkan...


Chapter 3: Uchiha Itachi


Ada sedikit bashing chara untuk Chuunin part. Entah bashing ntah nggak, pokokna OOC lah. Enjoy, happy laughing, and get ready for your nistaness, Itachi.


Ini adalah Konohagakure. Sebuah desa yang didirikan dengan peluh dan cucuran keringat yang membanjiri dahi, leher, serta ketek Hokage Pertama dahulu. Desa yang paling maju dari semua nin-village di Negara Hi. Shinobi dan kunoichinya telah mengenal apa yang disebut dengan wireless, tapi entah mengapa sampai sekarang mereka tidak tahu apa itu e-mail, handphone, apalagi Facebook dan Twitter. Katrok.

Di sinilah Itachi Uchiha, salah satu shinobi paling berbakat di dunia ke-Naruto-an lahir. Itachi, yang nantinya bergabung ke organisasi ninja pelarian kere paling yahud sedunia, memang pantas dijuluki sebagai Kakek Perkasa. Itachi bisa segalanya.

Lempar kunai dan shuriken? Ah, keciiil. Amaterasu? Gampang! Itachi terinspirasi kompor minyak tanah yang meledak untuk jutsu itu. Mangekyou? Jangankan Mang-eko Sang Tukang Ledeng, Mang-joko Si Penjaja Sapu pun, semuanya bisa Itachi perankan. Itachi memang top, deh! Two thumbs up for him! d^^b


Janin

Seorang bayi berusia 9 bulan yang masih di dalam perut telah dapat mendengar suara-suara di sekitarnya, termasuk Itachi. Itachi, setiap hari mendengar omelan Mikoto ke Fugaku. Baik pagi, siang, sore, bahkan saat petugas ronda malam berkeliling, Mikoto tetap saja mengomel.

"Fugaku! Kamu ini, bukannya kerja nyari genteng yang bisa diperbaiki, eh, malah asyik-asyikan main salon-salonan sama anak tetangga! Sadar diri dong, kamu tuh udah tua tahu!" Fugaku mencueki Mikoto. Kalau sudah begini, Fugaku hanya menyodorkan benda kesukaan Mikoto: Make Up.

"Kyaaa! Make up!" Mikoto jejeritan. Dengan buas, Mikoto menyambar box coklat muda itu dari tangan Fugaku dan langsung ngacir ke kamar. Sedangkan Fugaku kembali menekuni permainannya, "Nah, Karin-chan, sekarang, rambutnya Om creambath ya..."

Seorang gadis kecil dengan ingus berwarna hijau yang meler ke mana-mana, berambut merah, dan berkacamata norak menjawab, "Ote, cekalang Om Pugaku klimbatin Kalin ya."

Sementara itu, Mikoto duduk di depan cermin riasnya. Tangannya sibuk membongkar isi box. "Mana? Mana?" racaunya. Ketika telah menemukan apa yang ia cari, Mikoto nyengir kuda sumbawa, "Ini dia... Krim Olei, mampu melawan tujuh tanda penuaan!" Mikoto mengoleskan sedikit ke sudut matanya. "Pertama, keriput." Dengan gaya bak seorang perias profesional, Mikoto ngoles-ngolesin krim tersebut ke mukanya.

Itachi dalam perut Mikoto mendengar semuanya. Keriput? batin Itachi. Perasaan setiap hari Kaa-san nyebut-nyebut keriput deh, apaan sih itu keriput?

Seolah mengetahui pikiran Itachi, Mikoto mengelus-elus perutnya yang membuncit. "Anakku, kamu tahu nggak apa itu keriput?"

Nggak, Kaa-san...

"Keriput tuh, tanda seseorang kalau udah dewasa. Ada garis-garis gitu deh. Kalo cowok, dia nggak gitu peduli sama yang namanya keriput. Tapi, kalau cewek, dia paaaaling anti sama keriput. Nah, Kaa-san kan cewek, makanya Kaa-san benci keriput," jelas Mikoto. "Anakku, kalau USG bulan lalu bener, kamu kan laki-laki. Kira-kira kamu suka nggak ya sama keriput?"

Lho? Aku cowok ya? Itachi melihat ke 'bawah' untuk memastikan. Oh iya bener, aku cowok. Kalo gitu, aku mau ah punya keriput! Semoga nanti kalau aku lahir, aku punya keriput deh. Kayaknya cowok kalau punya keriput tuh keren.

Dewa Jashin di atas kandang ayam pun mengaminkan doa Itachi.

Seminggu setelah harapan Itachi terucap, Mikoto hendak melahirkan. Sesampainya di bidan Shizune, Mikoto sudah pembukaan empat.

"Iya, Bu! Bener gitu! Dikit lagi anaknya keluar!" ujar Shizune.

"Ngggh! Ngggh!" Mikoto ngeden entah yang keberapakalinya. "Su.. sudah belom? Capek nih!"

"Sedikit lagi, yak, yak, itu kepalanya udah keluar..." kata Shizune memberitahu.

"Eeenngh! Sakiit!" Mikoto terus berusaha mengeluarkan anak pertamanya. Dan Itachi pun lahir ke dunia.

"Huwe... Owe... Uaaa! Uaaaa!" Itachi menangis keras. Dari kisah-kisah sebelumnya, sepertinya ini tangis yang paling normal.

Shizune memandikan Itachi yang berlumuran darah sampai kinclong. "Ini Bu, anaknya. Laki-laki. Sehat, ganteng lagi." Shizune dengan hati-hati memberikan Itachi pada yang membutuhkan (emangnya BLT?).

"Iya, bener, ganteng!" Mikoto memeluk Itachi erat. Saking eratnya, muka Itachi sampai ungu kehabisan napas. Mikoto mencium-ciumi pipi Itachi yang begitu menggemaskan.

"Bu, boleh nggak saya cium juga anaknya?" tanya Shizune. Mikoto mengangguk sedikit. Shizune menimang Itachi. Memeluknya. Mencium-cium pipinya. "Anak Ibu ganteeeng! Kalo seumuran sama saya mah, udah saya ajak kawin lari!" Shizune menepuk-nepuk pipi Itachi. "Aduh... kamu ganteng abis deh! Wo ai ni... Eh, siapa namanya, Bu?"

"Eh? Siapa ya? Belum nyiapin nama tuh," kata Mikoto. Mikoto mencari-cari nama yang pas untuk anaknya. Matanya melirik ke sana- ke mari mencari inspirasi nama. Bola matanya tertumbuk pada sebuah kulkas bermerek HITACHI. Mikoto menggumam, "Tuh kulkas mereknya Hitachi... Nama keren gitu dipake buat kulkas. Hitachi... Bagus.. Kalau begitu nama anakku..."

"UCHIHA ITACHI!" seru Mikoto.

"Itachi?" ulang Shizune. "Bagus, Bu. Wo ai ni Itachi-kuun... Bu, anaknya saya bawa ke ruang bayi dulu ya..."

"Sip dah," ujar Mikoto pelan. "Saya juga mau tidur... Capek..." Dalam sekejap, Mikoto udah tumbang kelelahan.

Shizune menggendong Itachi ke Ruang Bayi di rumah sakit tempatnya bekerja. Ketika tidak ada seorangpun yang melihat, Shizune mencium Bayi Itachi.

"Itachi-kuun... Ai lop yu.. Meskipun cintaku nggak mungkin terbalas sama anak kecil kayak kamu, tapi setidaknya aku udah ngambil ciuman pertamamu. Muahahaha!" Shizune ketawa gaje.

Itulah Uchiha Itachi, seorang bayi yang telah mengalami penuaan dini. Meskipun begitu, ketampanan dan keseksian Itachi tidak berkurang. Selalu keren. Tidak salah, dalam survey Anggota Akatsuki Paling Jelek, Itachi dapat urutan terakhir.


Genin

"Itachi, yuk ikut Kaa-san," ajak Mikoto. Itachi yang lagi main salon-salonan sama Fugaku bertanya, "Ke mana?"

"Dua minggu lagi kan kamu udah bisa masuk sekolah, jadi kita daftar dulu. Ayo!"

Itachi melepas masker jadi-jadiannya dan berlari menyusul Mikoto. "Ikuuuuut!"

Akademi Ninja adalah sekolah dimana calon-calon ninja alias genin belajar menggunakan dan mengendalikan cakra juga jutsu mereka. Keluarga Uchiha sudah turun temurun menjadi ninja, jadi hal yang sama juga berlaku untuk Itachi. Ternyata, pagi itu Akademi sangat ramai oleh ibu-ibu yang mendaftarkan anaknya. Itachi celingak-celinguk melihat calon sekolahnya.

Ketika giliran Itachi dan Mikoto tiba, Kushina Uzumaki, salah satu panitia penerimaan murid baru melayani mereka dengan ramah. Emang dasar ibu-ibu ganjen, berkali-kali Kushina mengibaskan rambut merahnya yang panjang ke arah Mikoto untuk pamer. Mikoto juga nggak mau kalah, meskipun rambutnya nggak sepanjang Kushina, dia juga ikut-ikutan mengibaskan rambut. Maka terjadilah adu kibas-kibasan rambut. Ingat iklan sampo yang 'seorang ibu menjemput anaknya pulang sekolah, lalu datanglah pencopet, dan ibu itu mengibaskan rambutnya untuk menghalau si pencopet sampai pencopet terjungkal'? Nah, kira-kira situasinya seperti itu.

Itachi memerhatikan ibunya dan Kushina saling mengibaskan rambut mereka sambil berbicara. Hal ini terpatri sangat jelas di benak Itachi hingga ia pun menirunya.

"Kushina-san, saya mau mendaftarkan anak saya," kata Mikoto sambil ngibasin rambut.

Kushina menyisir rambutnya dengan jari, "Oh, boleh. Siapa ya, namanya?"

"Namanya Uchiha Itachi," Mikoto menyisipkan sejumlah rambut ke belakang telinga.

"Anaknya di bawa nggak, Bu?" tanya Kushina sambil mengelus-ngelus rambutnya yang panjang abis.

Mikoto menarik Itachi, "Ini anak saya, Kushina-san."

"Apa?" Kushina terkejut. "Mikoto-san, bukankah Anda sudah membaca syarat-syarat masuk Akademi Ninja? Di sana tertulis bahwa usia paling tua untuk masuk Akademi adalah 13 tahun. Nah, ini, kenapa kakek-kakek umur lima puluh tahunan gini didaftarin?"

Mikoto menggebrak meja sambil mengayunkan rambut dengan sengaja. "Enak aja kakek-kakek! Ini anak saya! Umurnya masih 6 tahun!"

"Benarkah?" Kushina ngibasin rambut. "Kalau begitu, maafkan saya, Mikoto-san," kata Kushina sambil ojigi. Sengaja bungkuknya dalam-dalam biar rambut merahnya makin terekspos.

Mikoto juga ikutan ojigi, "Nggak pa-pa."

Kushina berdiri, lalu beralih ke Itachi. "Maaf ya, Nak. Siapa namamu tadi, biar saya catat?" tanyanya ke Itachi.

Itachi terdiam lama. Meloading adegan perang rambut yang berkali-kali ia lihat. Lalu, dengan senyum khasnya ia berkata, "Namaku Uchiha Itachi, Kushina-san," Itachi ikutan mengibaskan rambut panjangnya lebay yang nggak sempat dikuncir.

"Eh?" Mikoto dan Kushina terkejut mendengar suara laki-laki, jelas karena itachi memang laki-laki. Tapi yang mengagetkan bukan itu. Itachi mengibaskan rambutnya?

Mikoto mencoba meluruskan pikiran Itachi yang rada bengkok, "Itachi sayang, ayo beri salam pada Kushina-san, kita mau pulang." Mikoto berharap Itachi tak lagi memainkan rambutnya.

Itachi memilin rambutnya, "Baiklah, Kushina-san, aku dan Kaa-san pulang dulu ya?" Itachi ngeloyor pergi meninggalkan Kushina dan Mikoto yang melongo.

Itachi mendapatkan pelajaran berharga, yaitu berbicara dengan mengibaskan rambut akan membuat orang lain menghormati kita. Itachi merujuk pada adegan dimana Kushina dan Mikoto ngomong dengan tutur bahasa sopan dan halus sambil megang-megang rambutnya.

Dalam perjalanan pulang, Itachi bertemu dengan Anko. "Hai, Anko," sapa Itachi sambil ngibasin rambut. Anko bengong ngeliat Itachi ngibasin rambutnya sambil ngeloyor pergi.

Setelah itu, ia bertemu Minato, suami Kushina. "Pagi, Om Minato," sapa Itachi sambil menggerai rambutnya. Aroma sampo pun menguar dari sana.

Minato mengangkat alisnya sebelah, "Pagi, Itachi. Kenapa main-main rambut begitu?"

"Biar keren, Om," tukas Itachi. "Tadi aku lihat Kaa-san dan Kushina-san juga ngomong sambil ngibasin rambut gini. Sudah dulu ya, Om. Jaa nee!" Itachi kembali membuat rambutnya terbang.

Sekitar lima meter lagi Itachi sampai di rumahnya. Tiba-tiba Karin, tetangga Itachi yang berusia lima tahun mencegatnya. "Eh, Itachi-nii mau ke mana?"

"Ke rumah, Karin-chan," Itachi mengelus-elus rambutnya.

"Itachi-nii kok rambutnya digituin, kayak cewek deh," komentar Karin.

"Biar keren, Karin-chan. Orang keren berambut panjang selalu giniin rambut!" Itachi nyisir rambut pake jarinya yang lentik. Biasa, kan di rumah disalonin sama Fugaku, jadi kuku Itachi oke gitu. "Karin-chan pasti nggak bisa gini kan rambutnya?" ledek Itachi sambil menyingkirkan poninya ke belakang dengan gaya yang dibuat-buat.

"Bisa, kok!" kata Karin kesal diledek. Karin memang sering diganggu Itachi, makanya dia jadi gampang kesal kalo diejek Itachi. "Lihat, nih!" Karin membuka karet rambut hitamnya dan jreeeng... Tampaklah rambut merah panjang. Itachi tak menduga rambut Karin sepanjang ini.

"Cih, baru panjang segitu aja bangga," ejek Itachi. "Lihat, aku bisa gini nih." Itachi mengibaskan rambutnya ke kanan dan kiri berulang kali. Karin nggak mau kalah, dia juga ngibasin rambut. Itachi merasa seperti seorang pecundang dikalahkan Karin.

"Ih, bisa juga ya Karin-chan," ujar Itachi. "Nggak nyangka, deh."

"Iya, dong," kata Karin bangga. "Rambutku kan tiap hari dirawat, creambath seminggu sekali, baby list dua minggu sekali, trus pake hair iron tiap pagi. Makanya jadi kayak gini. Kalo rambut Itachi-nii, kira-kira berkutu nggak ya?" Karin menatap penuh curiga ke rambut Itachi.

"Mana mungkin rambutku berkutu!" sergah Itachi tak rela.

"Oh ya?" Karin mengeluarkan serit dari kotak mainannya. "Coba Itachi-nii nyisir pake serit ini! Sekali sisir aja."

Itachi menuruti Karin. Dengan mendecih untuk melecehkan Karin, ia pun menyisir rambutnya dengan serit. Lalu memberikannya ke Karin. Karin menghitung makhluk hidup yang terdapat di sana.

"Itachi-nii dapat lima kutu sekali sisir! Itachi-nii berkutu!" teriak Karin. Beberapa orang di sekitar mereka melihat Itachi dengan jijik.

"Apa?" Itachi melihat lima ekor kutu yang menari-nari di serit. "Aku berkutu? Tidaaaakkk!" jerit Itachi menahan malu. Itachi langsung mengunci diri di kamarnya.

Hei, tunggu. Kenapa Karin bisa punya serit kutu? Apa Karin...? Wah, wah. Ada yang bisa menduga, readers?

Malam harinya...

"Kaa-san, beliin racun kutu buatku, dong," pinta Itachi. Mata Mikoto langsung membulat, "Itachi, kau berkutu?"

Itachi mengangguk lemah.

"TIDAAAKKK!"


Chuunin

"Kita sambut, genin terbaik tahun ini, yang akan memperebutkan gelar Chuunin hari ini, Uchiha... Itachi!"

Wooo!

Plok plok plok!

Go, go, Itachi Uchiha!

Elo pasti menang! Garansi sembilan tahun kalo lo kalah!

Suara penonton menggema di stadion. Itachi melambaikan tangan layaknya omak-omak memanggil tukang sayur keliling (omak-omak: ibu-ibu, bibi-bibi, bahasa Batak). Eaeaea... Itachi, keren habis hari ini bah! Rambutnya yang panjang dia ikat pake karet gelang yang biasa Mikoto pake buat bungkus soto. Kemarin, tuh rambut udah di-creambath plus dikasih moisturizer. Halus deh. Kalo di tipi, sisir pun bakalan jatuh dengan mudahnya. Apalagi kalo udah terkena sinar matahari. Berkilau! Cling... cling... Awawaw, silau men!

Bajunya? Itachi pake kemeja lengan pendek hula-hula Hawaii, topi jerami, sunglasses gede hitam, sendal jepit, celana ponggol selutut, nih orang niat ke Kuta atau ujian Chuunin sih? Lupakan keriput ciri khas Itachi, satu hal yang patut diteriakkan saat ini: Itachi! You're Perfect!

"Dan lawannya, Bung Hiruzen Sarutobi, peternak kambing termahsyur di Konoha!" teriak Genma.

Hiruzen Sarutobi, si Hokage Ketiga masa depan, keluar dari toilet dan segera menyambut fansnya. "Mbeek... Halo semua, Sarutobi is here. Kalo ada yang mau kekahan atau nyari kurban buat Idul Adha, silahkan hubungi saya di PT. Sarutobi Kambing Indah Jaya. Dengan 800.000 Anda bisa mendapatkan seekor kambing untuk disembelih. Kambing-kambing saya dijamin sehat, bebas penyakit. Setiap hari, kambing saya beri multivitamin, serum, juga sayur tumis sisa. Salam kambing! Mbeeek..."

Semuanya sweatdrop. Maklum aja deh, Bung Hiruzen ini kan peternak kambing, jadi supaya klop dengan dagangannya ia juga sering ber-embek-embek.

"Nah, sebelum kita mulai pertarungannya, bagaimana kalau kita bincang-bincang dulu sejenak?" tanya Genma. "Uchiha Itachi, kau adalah genin terbaik tahun ini. Sebenarnya, bagaimana keseharianmu di rumah?"

Itachi berpikir sejenak, "Yah... Keseharian saya biasa-biasa aja. Pagi, maraton. Siang, ke salon. Sore, nonton cartoon, Malam, nonton sinetron. Kadang saya membantu otouto saya, Sasuke, menangkap ayam untuk dicabutin bulunya buat kemoceng. Uang yang didapat dari setiap misi saya tabung untuk ke Orochimaru's Saloon setiap bulan. Saya suka treatment menipedi dan lulurnya Orochi," jawab Itachi panjang lebar.

Tak disangka, cowok sekeren Itachi melakukan hal-hal yang biasa dilakukan seorang wanita. Oh my goat. *Hokage Ketiga: Apa ada yang memanggil saya?*

"Sekarang, Hiruzen Sarutobi. Bagaimana dengan Anda?" tanya Genma.

Hiruzen menyalakan cangklongnya, "Fuuuh... (niup cangklong) Seperti biasa, saya pagi-pagi bangun dan sarapan dengan gulai kambing. Lalu memberi makan kambing-kambing saya dengan sayur tumis sisa kemarin. Kambing-kambing saya mandikan pukul 10 dengan sabun colek. Setiap pukul 4 sore, saya mengikuti kursus Bahasa Kambing dengan ternak saya. Begitulah setiap hari."

Genma mengangguk. "Oke, cukup basa basinya. Ini adalah Hayate," Genma menunjuk seorang laki-laki yang lagi minum obat batuk. "Hayate adalah wasit kalian. Silahkan, Hayate."

Hayate mengambil alih, "Setelah saya katakan mulai, kalian akan bertarung (ohok, ohok). Pertarungan akan saya hentikan kalau ada yang menyerah, sekarat, atau mati (ohok). Sekarang, di sebelah kiri saya, Itachi Uchiha..."

Tepuk tangan bergemuruh. Pandangan penonton langsung teralih ke seorang pemuda tampan berbaju santai yang menyilangkan tangan di depan dada. Keren. Kaum hawa, terutama nenek-nenek mengelu-elukan nama Itachi. Semuanya pendukung Itachi.

"Itachi! I love you Bang!" jerit seorang gadis.

"Main ke kedai saya dong Itachi!" seru seorang ibu.

"Itachi! Pipa ledeng saya bocor!" teriak seorang nenek tua keriputan gaje.

"Itachi!"

"Itachi!"

Hayate meneruskan sebelum keadaan semakin ribut, "Dan di sebelah kanan saya, (ohok), Hiruzen Sarutobi...!"

Pandangan penonton beralih ke seekor kambing merokok. Tepuk tangan pendukung Bung Hiruzen tidak kalah riuhnya dengan Itachi.

"Mulai!"

Hiruzen mengeluarkan sebuah tongkat besar. "Kuchiyose no Jutsu!" Dan seekor monyet keluar dari tongkatnya. "Ini adalah Kuchiyose-ku, sampai saat ini, belum ada yang sanggup mengalahkannya! Bwahahaha!"

Itachi mengernyitkan dahi, "Kok monyet, bukan kambing?"

"Sekali-sekali variasi lah Nak. Lagian nggak ada Kuchiyose Kambing."

Itachi melemparkan tiga buah kunai ke kambing jadi-jadian tersebut. Si Monyet segera menepis serangan Itachi. Tak menyerah, Itachi mencoba mengeluarkan jurus elemen api khas Uchiha, "Katon: Goukakkyu no Jutsu!"

Bwuuush... (suara api tersembur dari mulut Itachi)

Pew pew... Seketika, Si Monyet gosong. Rambut putihnya rontok semua, jadi bugil gitu deh. Seluruh penonton tertawa melihat kejadian tersebut. Tak tahan dengan rasa malunya, Si Monyet berteriak ke Tuannya. "I'm QUIT!" (Wah hebat ada monyet bisa berbahasa Inggris!) Dan Kuchiyose tersebut langsung hilang dibalik kepulan asap.

"Kau! Kau menggosongkan Kuchiyoseku!" teriak Hiruzen marah. "Kukeluarkan Kuchiyose keduaku!" Hiruzen memukulkan tangannya ke rumput, "Kuchiyose!"

Bosh! Seekor kambing muncul dari bawah tanah. Kambing itu mengembik sekali, "Mbek.."

"Lho?" Itachi nunjuk Kuchiyose Kedua. "Tadi katanya nggak ada Kuchiyose Kambing?"

"Main gundu sampe meriang, lain dulu lain sekarang! Kuchiyose, Jurus Bau Empat Ketek Kambing!" teriak Hiruzen dengan semangat membara. Dari ketiak kambingnya, keluarlah gas beracun berwarna ungu. Baunya sangat menyengat.

Seraya menutup hidung, Itachi mengeluarkan jurus andalannya, "Amaterasu.."

Bwuush...

Jadilah Kambing Panggang a la Itachi. Si Kambing Panggang langsung tumbang dengan posisi kaki di atas.

"Kambingku!" seru Hiruzen. "Huhuhu... Kambingku... Kenapa kau meninggalkanku? Huhuhu... Tenang, aku akan membalaskan dendammu, wahai Kambing!" Hiruzen membuat beberapa segel dengan cepat.

Itachi tak mau ketinggalan, ia juga membuat segel dengan kecepatan yang lebih tinggi. "Heaaahh! Ciaat! Watatauu!" Itachi menyerang lawannya tanpa ampun. Hiruzen tepar di tanah. Tapi ia segera berdiri. Dengan cakra melapisi tangannya, sang calon Hokage membuahkan bogem mentah di wajah Itachi.

Duaaggh!

Itachi tak menduga akan mendapat serangan balasan. Itachi terlempar tujuh meter dari posisinya.

"Sharingan."

Kini mata Itachi mampu membaca gerakan lawan. Saat Sarutobi membuat hujan shuriken, Itachi dapat menghindar dengan memperkirakan arah jatuh shuriken.

"Amaterasu.." Itachi memusatkan penglihatan ke arah Hiruzen. Hiruzen yang menyadari Itachi akan mengeluarkan Amaterasu, segera menghindar ke samping. Serangan Itachi dapat dihindarinya. Kalau telat sepersekon saja, matilah ia.

Itachi ogah bertarung lama-lama. Apalagi lawannya beneran gaje, OOC dari karakter aslinya. Plis deh, shinobi sekeren dia, seganteng dia, seseksi dia, melawan seekor juragan kambing yang pikirannya mulai teracuni ternaknya sendiri? Dikeluarkannya jurus yang ia ketahui adalah jurus kelemahan Hiruzen. "Oiroke no Jutsu!"

POOFF!

Seorang gadis berambut hitam halus, dengan mata yang menggoda, lekuk tubuh yang astaganaga, plus senyum yang menawan mengedipkan mata ke arah Hiruzen. Hiruzen langsung tepar nosebleed parah. Yah, meskipun sudah tua tapi tetap saja si Hiruzen ini suka yang gitu-gituan. Jenggot putihnya telah ternodai darahnya sendiri.

"Hahaha, nggak sia-sia aku belajar Oiroke sama temennya Sasu-chan, si Naruto itu. Ternyata mudah sekali mengalahkan Hiruzen, huahahaha!" Itachi ketawa-ketawa penuh kemenangan.

"Uchiha Itachi menang! (ohok)" seru Hayate. Penonton kembali mengelu-elukan nama Itachi. Di bangku VVIP, Sasuke nangis-nangis haru sambil meluk kemoceng, Mikoto ngalirin air mata, Fugaku ketawa menang taruhan dari Tsunade. Setelahnya, level Itachi naik ke Chuunin. Chuunin terbaik dari keseluruhan peserta yang lolos. Once again, Itachi is perfect!


Jounin

Sasuke sudah tujuh tahun. Saatnya ia masuk SD. Nggak tanggung-tanggung, Mikoto dan Fugaku membelikan Sasuke alat tulis terbaik. Pensilnya merek Peber Kestel, tasnya Bila-bolong, sepatunya merek Batu Bata episode terbaru, mewah deh pokoknya! Itachi? Hah! Dia disuruh ortunya pake yang lama aja.

"Kaa-san, sepatuku udah nganga nih..." Itachi menunjukkan sepatu hitamnya yang emang udah nganga kayak buaya. "Beliin yang baru, ya?"

"Aduh, Kaa-san nggak ada duit nih. Pakai dulu yang lama, ya?" jawab Mikoto nggak acuh. Itachi tak menyerah, ia membujuk Fugaku untuk membelikannya sepatu baru. Apa jawab Fugaku?

"Sepatumu itu masih bagus, Itachi! Pakai saja!"

Itachi menahan air mata aligatornya. Sepatu butut gitu, jempolnya yang kudisan bakal mudah dilihat orang. Bubar sekejap deh fansclub dia. Itachi keluar dari ruang keluarga dengan kepala tertunduk kayak mengheningkan cipta. Saat Itachi keluar, Sasuke masuk. Sayup-sayup Itachi mendengar pembicaraan mereka.

"Kaa-san, sepatu Sasuke udah kotor nih kena lumpur, dicipratin Karin anak sebelah!" adu Sasuke. Mikoto dan Fugaku malah heboh sendiri, "Apa? Kotor kena lumpur? Bang*at itu emang si Karin, sepatu baru Sasuke dicipratin! Ayo, kita pergi beli sepatu baru, Sasu-chan! Cepat beres-beres!"

Itachi nangis sambil mengais-ngais tanah (emang ayam, nyari cacing?). Sepatu Sasuke, yang cuma jorok kena lumpur, yang bisa dicuci, yang harganya dua ratus ribu, yang mengkilap itu, jauh diutamakan daripada sepatunya yang udah lusuh plus nganga minta makan ini? Terbuat dari apa logika orang tuanya? Jelas sepatu Itachi yang harus lebih diutamakan, ya kan?

Itachi berkemas kilat. Ia memasukkan sepasang kaos dan celana, boxer merah lope-lope, biskuit crackers sebagai ransumnya, satu botol besar air mineral, dan tak lupa... krim anti keriputnya. Konon, krim yang Itachi pakai lebih mahal dari krim Mikoto.

"Selamat tinggal, keluarga Uchiha..." Itachi menoleh ke belakang, berharap ada yang mencegahnya pergi. Tapi semuanya cuek melihat Itachi bawa koper besar kayak mau ke naik haji tiga bulan. Melihat itu, Itachi makin sakit hati. Dia mau kabur pun tak ada yang peduli. Akhirnya ia memutuskan untuk membunuh keluarganya yang tak lagi perhatian.

"Pertama, aku mau bunuh si ini... terus anu.. Habis bunuh si jelek itu, mau bunuh Tou-san. Trus, bunuh Kaa-san nggak ya? Ah bunuh aja lah, hitung-hitung nambah dosa kan lumayan. Terakhir, baru bunuh Sasu-chan! Khuahahaha!" Itachi tertawa jahat. "Tapi, kan nggak mungkin bunuh semua, aku butuh bantuan nih. Siapa, ya?" Itachi mengedarkan pandangannya sekeliling. Jelas tidak ada siapa-siapa, karena ini sudah di luar area Konoha, tepatnya di pinggiran hutan.

Kedua bola mata Itachi menemukan seorang bapak tua dengan keriput berlapis sedang memanjat pohon. Di atas pohon, bapak tersebut mengarahkan teropong saktinya ke arah pemandian wanita sekitar 20 meter dari sana. Wajahnya yang semula keriput seketika berubah menjadi bak anak remaja. Mukanya merah dan nyengir mesum. Di bawah pohon, terdapat banyak gumpalan tisu dengan bekas darah. Itachi menduga darah itu adalah darah mimisannya.

"Woi, ngapain lo situ?" teriak Itachi. "Lo ngintipin cewek mandi, ya!"

Bapak itu terkejut, dan teropong yang sedari tadi dia pegang terjatuh. "Sssstt!" bisiknya. "Jangan bilang siapa-siapa! Lo mau apa sih?"

"Gua mau..." Itachi berhenti sejenak. "Ikutan ngintip." GUBRAK!

"Boleh, boleh. Jadi bagus malah gua dapat teman seperjuangan. Sini, naik!" ajak bapak tersebut. Itachi tersenyum licik lalu berteriak sekuatnya, "Woooi, ada bapak ngintip cewek mandi! Wei, wei, sini semua, ada bapak-bapak bejat di sini!"

Bapak tersebut melompat dari pohon kemudian membekap Itachi dengan gumpalan kaus kakinya. "Diam lo!"

"Hmpph! Hmmpph!"

Karena iba, Bapak itu pun melepaskan gumpalan busuk itu. "Siapa lo, ngatain gua ngintip cewe mandi? Fitnah itu, fitnah lebih kejam daripada pencopetan!"

Itachi muntah-muntah dulu satu baskom sebelum menjawab, "Gua Uchiha Itachi, dari Konoha. Lo siapa? Udah tua, keriputan, jelek lagi, nyari dosa ngintip cewe mandi."

"Uchiha?" kata Bapak itu kaget. "Wah, kalo gitu kita sodaraan, Nak."

"Sodara, jidatmu sodara! Sodaraku nggak ada yang mesum kayak kamu! Lagian apaan manggil 'Nak'? Aku bukan anakmu!"

"Apa kau tahu siapa aku?" tanya si Bapak Tua dengan nada bangga. "Akulah Uchiha Madara... Uchiha Madara yang dulunya melawan Hokage Pertama, ganteng, cute, tajir, six pack..."

"... tapi sekarang jelek, amit-amit, compang-camping, kerempeng," potong Itachi. Madara masang wajah masam. Lalu Itachi tersadar, "Eh, k.. kau.. Madara Uchiha?"

"Yap."

"Uchiha Madara? Madara Uchiha? Madara Uchiha Madara? Uchiha Madara Uchiha?"

"Sama aja bengak!" teriak Madara. "Apaan sih, kok kayaknya seneng banget?"

Itachi agak heran juga. Madara, menurut sejarah, seharusnya sudah berusia lebih dari 100 tahun. Tapi kenapa penampilannya seperti masih 50 tahun? Ketika Itachi menanyakannya, Madara berkata, "Aku kan pakai krim anti aging..."

"Tapi kayaknya nggak mempan, tuh." Itachi menunjuk beberapa keriput Madara.

"Ah, yang penting aku awet muda."

Setelah berbasa-basi yang emang basi sejenak, Itachi memancing Madara untuk membantunya membunuh Uchiha. "Madara-sama, kenapa kabur dari Konoha?"

"Karena Konoha menghianatiku... Klan Uchiha juga tak percaya padaku. Jadi lebih baik aku jadi missing-nin seperti ini," jawab Madara.

"Madara-sama dendam nggak sama klan?"

"Banget!" seru Madara berapi-api. "Uchiha nggak percayai aku, yang notabene adalah anggota terhormat Uchiha! Sakit hati banget nggak sih, disangsiin kayak gitu?"

Itachi mengangguk setuju, "Iya, aku juga dendam sama Uchiha, apalagi keluargaku." Itachi menceritakan asal muasalnya kabur dari rumah. Madara terlihat kasihan, dan akhirnya mereka menangis bersama menyesali nasib terlahir dalam Uchiha. Jauh di lubuk hati, Itachi tertawa, 'Target termakan umpan... khekhekhe..'

"Madara-sama, kita balas dendam yuk! Kita bunuhin semua klan Uchiha, trus kita kabur!" ajak Itachi.

Madara nyengir, "Wah, pas sekali. Aku emang lagi nyari partner buat bunuh klan. Tak diduga partnernya cucuku sendiri."

Kemudian Madara dan Itachi tos-tosan. Akhirnya ditetapkanlah hari pembunuhan klan Uchiha. Mereka akan membantai pada malam hari, biar keren. Superhero kan juga sering keluar malam-malam, kayak Batman, Kalongman, juga Kelelawarman. Itachi mengatakan pada Madara bahwa keluarganya harus ia sendiri yang membunuh. Madara setuju.

Hari yang telah ditentukan. Desa Konoha. 08.30 PM.

Sasuke berlari menuju rumahnya, "Hosh, hosh. Gara-gara latihan tadi aku jadi lupa waktu..." gumamnya. Sasuke memutar kenop pintu, tapi terdengar suara dari rumahnya.

"Sasuke, jangan masuk!" seru Mikoto dari dalam rumah. Lalu senyap. Sasuke memberanikan diri untuk masuk. Dan, disanalah ia, kakaknya Uchiha Itachi sedang berdiri. Memunggunginya. Dengan pakaian serba gelap plus sarung buat nyolong ayam tetangga tadi. Itachi menoleh dan mendapati adiknya gemeteran takut. Itachi berkata ringan, "Kalo sesak pipis kamar mandinya di sana, Sasuke." Itachi menunjuk toilet.

Sasuke tak bergeming. Ia tetap berdiri gemeteran. "Kenapa? Kenapa Aniki membunuh Kaa-san dan Tou-san?"

Itachi tak menjawab. Ia melompat keluar jendela dan jongkok terbalik di kabel listrik kayak idolanya Batman dan Kalongman. Kelelawarman mah nggak keren, makanya Itachi nggak idolain dia.

"Aniki!" teriak Sasuke di bawah tiang listrik. "Kenapa Aniki membunuh semua orang!"

Itachi melompat turun. "Adikku yang bodoh... Menangislah, tak akan ada lagi Mummy atau Puppy-mu tersayang yang akan membelikanmu balon."

Sasuke nangis, "Aniki.. Aniki jahat.. Aku benci Aniki! Aku akan membunuhmu!" Sasuke memungut tiga buah kunai dan melemparnya ke arah Itachi. Syuuut.. bola mata Itachi berubah. Bukan Sharingan, ini Mangekyou Sharingan.

"Sharingan.. apa itu?" bisik Sasuke ke dirinya sendiri.

"Kalau kau mau membunuhku, Sasuke," Itachi milin-milin rambutnya santai. "Maka membencilah, mendendamlah. Lalu, dapatkan bola mata yang sama denganku dan datanglah padaku."

Kaki Sasuke makin gemeteran. Matanya bercermin-cermin (bosan berkaca-kaca). "Hiks.. hiks..."

"Larilah.. Larilah, Sasuke," kata Itachi. "Lari, teriak, dan kejarlah. Kejarlah... Kejar Abang Rujak itu Sasuke! Aku mau beli!"

Sasuke sweatdrop. Kenapa jadi meleset sama cerita aslinya, nih? Terpaksa, Sasuke manggil rujak yang kebetulan lewat.

"Sasu-chan mau rujak?" tawar Itachi saat rujaknya telah siap.

Sasuke menggeleng. Takut.

"Oh, ya sudah. Itadakimasu!" Itachi makan rujak ekstra pedasnya dengan lahap. Tiga menit kemudian, piring Itachi ludes. "Sssh.. ssh.. (kepedesan) Berapa nih Bang?" tanya Itachi ke penjual rujak bercadar.

"Delapan puluh rebu aja, udah diskon dua puluh persen," jawab Si Penjual Rujak Bercadar Bermata Hijau dengan kaos bertuliskan MONEY IS MY WIFE. Pada tahukan siapa?

"Ett... dah! Rujak apaan nih, delapan puluh ribu?" elak itachi nggak mau bayar.

"Bayar, atau, mati," ancam Penjual Rujak.

Itachi melangkah pergi. "Sasuke, bayar uangnya. Aku cuma punya goceng.." kata Itachi, lalu menjauh. Sasuke terdiam, tak mampu menolak. Setelah beberapa langkah, Itachi menoleh.

Sasuke's PoV

Baka aniki itu menoleh, dan dia nangis? Tidak, tidak, aku pasti salah lihat. Kalau beneran nangis, apa Aniki nangis karena menyesal udah bunuh Kaa-san dan Tou-san?

End of Sasuke's PoV

Yang Sasuke tak tahu, Itachi menangis bukan karena menyesal sudah membantai Uchiha. Tapi karena kepedesan sama kuah rujaknya! Sasuke, kau tertipu!

"Dek," si Penjual Rujak menepuk bahu Sasuke. "Uangnya, 80.000."

Sasuke dengan tak rela merogoh dompet dan menyodorkan sejumlah uang. Si Penjual Rujak tampak sangat gembira. Matanya menghijau, lagi. "Makasih, Dek! Kapan kapan beli lagi, yak!" Penjual Rujak tersebut segera mendorong gerobaknya pergi.

Sasuke mengepalkan tangannya marah. "Aniki, aku akan membunuhmu. Aku dendam padamu, terutama karena rujakmu telah menghabiskan uang jajan seminggu!"


Akatsuki

Setelah membantai klannya, Uchiha Itachi adalah sosok yang paling dicari. Untuk menghindari kejaran para Anbu, Itachi selalu hidup berpindah-pindah tempat. Ia jarang sekali menginap di motel. Lebih sering ia tidur di pinggiran sungai. Mandi, minum, mencuci baju, ya di sungai tersebut. Dikarenakan Itachi cuma bawa boxer satu, jadi dia nunggu pakaiannya kering di semak-semak. Kenapa di semak-semak? Soalnya dia lagi telanjang, kalo ada yang lihat mampuslah ia.

*Readers: Kok tahu Itachi telanjang?*

*Author: Kan udah pernah lihat... –digebuk massa-*

"Cih, panasnya..." keluh Itachi sambil berjalan (udah pake baju!). Jalannya terseok-seok. Selain dehidrasi, Itachi juga kelaparan. Setelah berjalan sejauh tiga kilometer, Itachi sampai di sebuah perkampungan kecil. Itachi segera pergi ke pasar.

Pasar tidak terlalu ramai. Dengan uang 3000 rupiah terakhirnya, Itachi melangkah menuju kedai es doger terdekat. Seketika, bertukarlah uang Itachi dengan satu plastik es doger (Author jadi haus, lagi puasa... –dicincang karena mengganggu cerita-)

"Eh? Ya... Habis.." Itachi membuang plastiknya ke tempat sampah. "Cih, kok masih panas, sih?" gerutu Itachi. "Jadi pengen beli topi, atau payung... Topi yang lebar biar nggak item. Sunblock-ku udah habis, sih."

Itachi berniat mencari sungai terdekat untuk, ya, biasalah. Mandi, jemur baju, naked... *Readers dan Author nosebleed* "Nyesal tadi ga beli topi aja, kalo aer mah di comberan juga banyak..." kata Itachi.

Di gerbang pasar, Itachi melihat seorang kakek yang saaaaaangat tua, bungkuk lagi, pake caping lebar. Itachi mendecih lagi, "Cih, kakek itu beruntung banget punya topi lebar keren gitu."

Si Kakek Bongkok merasa dipanggil seseorang dan menoleh, "Kenapa sih?"

Itachi salah tingkah, "Eh, eh, nggak. Cuma iri sama topi Kakek aja. Keren lho," puji Itachi tulus dari dompet yang terdalam -cuih.

"Oh, ini." Si Kakek melepaskan caping dengan ekor besinya. "Ini udah sepaket sama jubah ini. Dua-duanya Starter Kit Akatsuki."

Itachi melirik jubah motif awan si Kakek. "Jubahnya nggak keren. Yang keren topinya, aku butuh topi kayak gitu buat melindungi rambutku yang berkilau ini!" Itachi mengibaskan rambutnya dan terpaan sinar matahari pun membuatnya semakin bersinar.

"Mau nih topi ginian?" tanya Kakek itu. Itachi mengangguk, "Tapi aku nggak punya uang..."

"He... Kamu missing-nin, ya?"

"Iya, dari Konoha. Namaku Uchiha Itachi."

"Aku Sasori, Master Kugutsu. Missing-nin dari Suna." Sasori membuka kugutsunya dan tampaklah seorang pemuda cute dengan kulit bersih bersinar. Wah, saingan tokoh utama kita, nih.

Itachi mengelus-ngelus topi anyaman Sasori, "Eh, boleh nggak minta topimu?"

"Nggak!" ketus Sasori sambil menjauhkan topi tersebut dari tangan Itachi. "Kalo mau, gabung dong sama Akatsuki!"

"Apaan tuh Akatsuki?" tanya Itachi. Sasori memberitempe, "Akatsuki itu nama organisasi missing-nin. Anggotanya jago-jago, lho. Ya kayak aku ini."

"Kamu jagonya apa?" tanya Itachi ingin tahu.

"Aku ahli Kugutsu. Koleksiku banyak, lho. Gudangnya SBY mungkin masih nggak muat nampung," jawab Sasori bangga. "Eh, kamu Uchiha Itachi yang ngebantai klannya sendiri, ya?"

"Iya. Makanya aku jadi missing-nin."

"Wah, kebetulan!" Sasori terlihat senang. "Akatsuki emang lagi nyari anggota. Gabung ya? Kan kamu missing-nin."

"Ogah," tolak Itachi tegas.

"Nanti dapat topi kayak gini looo, lumayan kan buat melindungi rambutmu?" rayu Sasori.

"Enng... gimana ya?" Itachi mulai ragu-ragu.

"Nanti juga dapat kamar sendiri di markas Akatsuki, trus dikasih makan, gratis. Gabung ya?" bujuk Sasori.

Karena diiming-imingi tempat tinggal, makan, dan TOPI LEBAR dengan umbai-umbai putih panjang, Itachi dengan sukarela bergabung ke Akatsuki. Kemanapun Itachi keluar markas, Itachi tidak pernah melupakan topi anyaman kesayangannya. Ya, topi itulah alasan utamanya bergabung di Akatsuki. Topi yang mirip caping para petani di sawah itu selalu setia mendampinginya, untuk melindungi rambut kuncir kudanya.

"Eaeaea... Keren juga gua ya, pake topi ginian?" Itachi mematut-matut diri di cermin. "Serasa Edward Cullen waktu

nanam padi!"

Sasori di belakang berbisik sweatdrop ke Pein, "Gimana nih Leader? Jadi nih kita rekrut orang narsis kayak gini?"

Pein balas bisik, "Jadi, jadi. Dia itu missing-nin yang hebat lho. Dia ahli ninjutsu juga genjutsu." Pein sendiri juga sebenarnya heran, bagaimana mungkin Tobi a.k.a Madara menyuruhnya merekrut anggota narsis dan takut keriput begini.

Itulah Itachi Uchiha, anggota Akatsuki yang paling keren. Maka, berakhirlah riwayat hidup Uchiha Itachi dari Janin sampai Jounin. Memang dari awal sudah nista, maka semakin tahun semakin nistalah cerita hidup Itachi.

Sekian dan terima duit, cek, atau angpao. To Be Continued...


*dada-dada ala Miss Universe*

Hai, jumpa lagi dengan AnnZie di fic From Janin Until Jounin. Tahu nggak? Merek Hitachi itu beneran ada lho. Hitachi itu AnnZie lihat di kulkas kedai waktu jalan-jalan dulu. Kulkas yang biasa buat nyimpen softdrink itu lho, nah merekna Hitachi. Kalo nggak salah, Hitachi juga ada produk kipas angin dan hard-disk.

Buat yang nggak tau Starter Kit, itu perangkat yang didapat kalo kita gabung sama MLM tertentu. Misalna kalo minna jadi agen obat herbal X, nah, biasana minna bakal dapat satu set apa gitu. Ya bisa daftar harga produk, kaos berlogo merk tersebut, daftar tanaman-tanaman yang dipakai untuk penyakit tertentu, dan lain-lain. Atau, singkatna, Starter Kit adalah perangkat yang didapatkan saat kita bergabung pada suatu MLM atau apalah. Ini AnnZie tahu dari Kaa-san AnnZie yang jadi agen ginian, sih.

Thanks for Kasuga ottoro (yang telah mengkritik dengan manis, thank you.) , hatake hyugga kanzia, Li Chylee, Kiro yoiD, Uchiharuno Rin, Chiho Nanoyuki, Akasuna no NiraDEI Uchiha, akatsuki fangirl, Konanlovers Chan, Uchiha Deidara-chan, Akasuna Nee, Just-readers, Deidara' Katsu-himeUn, Hika Midori chan, Safira Love SasuNaru, 3142, kaede yuka-chan (unlogin), Peaphro, kuma-sama lovers, dan Hazeko no Akatsuki.

Minna-san, Kaa-san dan Tou-san AnnZie lagi di RS, Kaa-san mau ngelahirin anak kelimana. Doakan lancar ya!

To review Akatsuki Gaje Series: From Janin Until Jounin chapter 3, click here, minna-san!