Akatsuki Gaje Series:

From Janin Until Jounin

Author: AnnZie-chan Einsteinette

Disclaimer: Lagi males bercanda, oke, ini serius. Masashi Kishimoto. Puas?

Rated: K+

Genre: Parody Gak Jelas

This fic is dedicated for COME BACK PLANNING

Idea: AnnZie Einsteinette

AnnZie Einsteinette mengikuti CBP dengan sukarela, tanpa paksaan untuk mengikuti acara ini. COME BACK PLANNING adalah sebuah proyek yang diikuti banyak author dari fandom Naruto Indonesia yang bertujuan untuk membantu membersihkan fandom ini dari fic-fic alay dan gaje. Saia tidak menyukai author baru yang menuangkan gagasanna dengan perealisasian yang kurang baik, sehingga hanya menumpuk di fandom ini.


Chapter 1: Pein

Janin

Mami Pein sedang berjuang keras mengeluarkan bayinya. Berkali-kali Mami ngeden –halah apa sih kata bakunya- buat ngeluarin Pein yang masih dalam rahimnya. Papi Pein menyemangati istrinya penuh semangat 9x5=45, "Ayo Miiih! Terus! Anak kita mau keluar! Kalo Mamih mau mati mati aja, biar Papih bisa nyari bini baru!"

Mami Pein berhenti ngeden. Dengan marah, ia menendang suaminya yang playboy kelas gurame sampai ke gerbang Amegakure. Papi Pein jatuh dengan tak elitnya dalam posisi nungging. Anbu-anbu Amegakure terheran-heran melihat seorang shinobi terkenal, er... dengan kelihaiannya merayu wanita baik yang mulus maupun yang sudah keriput menjadi salah satu pria di dunia ini yang takut istri.

"Susteeer! Anak saya udah mau keluar belooom?" teriak Mami Pein. Shizune, suster yang menangani kelahiran tokoh nista kita kali ini menjawab, "Dikit lagi, Bu!"

Mami Pein ngeden makin kuat. Meski tidak melihat Shizune karena matanya terpejam untuk selama-lamanya, eh belum, belum mati! Karena matanya terpejam sambil ngeden, ia percaya aja sama Shizune.

"Udah?" nafas Mami Pein tersengal-sengal.

"Dikit lagi, Bu!"

"Udah?"

"Kiri, kiri -?-, yak, terus ke kanan! Sedikit lagi!" dukung Shizune.

Mami Pein jelas heran mendengar suster yang menanganinya. Tapi ia diam saja.

"Sedikit lagi!" Shizune menahan napas. "Dan... goool! MU versus Chelsea, 2-1!" Ternyata Shizune lagi nonton pertandingan bola di layar hapenya.

And after while, setelah caci maki Mami Pein menyebutkan seisi kebun binatang dan segala jenis yang berhubungan dengan dunia porno, akhirnya Pein lahir ke dunia ini.

Bayi Pein menangis kuat, "Buahahaha!" *ketawa apa nangis nih?*

Shizune yang lagi ngegendong Pein melompat kaget. "Astaganaga, anjing buduk! Bayi apa neh, lahir-lahir bukan nangis malah ketawa!"

"Bayi gua tuh!" kata Mami Pein sewot. "Sini, minta anak gua!"

Shizune yang udah nahan dongkol dari tadi, nyodorin bayi Pein ke Mami Pein dengan kasar. "Nih, anaknya! Saya sumpahin anak ibu bikin ibu kaget setengah mati!" Shizune langsung pergi ke luar.

Mami Pein memeluk bayinya dengan penuh duka cita *lho?*. Ketika ia melihat wajah Pein dengan mata hati beserta kupon gratis telinga dan hidung -?-, barulah ia sadar tubuh anaknya sudah dipenuhi pierching di sana-sini.

"Tidaaaaak! Anakku!~" Mami Pein tewas seketika menyadari kecacatan anaknya yang abnormal. Ibu mana sih yang nggak kaget lihat anaknya masih kecil udah niru anak punk? Mulut Mami Pein berbuih dan sebelum mati, ia sempat kejeng-kejeng on the spot terlebih dahulu.

Beberapa hari kemudian setelah pemakaman, Papi Pein pergi kawin lari dengan istri barunya, sesuai dengan janjinya sebelum Mami Pein meninggal. Pein sendiri dititipkan di Panti Asuhan Amegakure. Karenanya, Pein tidak pernah merasakan indahnya dunia masa kanak-kanak dan kasih sayang kedua orang tua.


Genin

"Orochimaru, apa itu?" tanya Pein kecil ke sohibnya yang mirip ular sawah. Orochimaru cepet-cepet menutup buku yang tadi dibacanya, "Bukan apa-apa!" ketusnya.

"Buku bokep ya?" tuduh Pein nodongin AK-47 *?*. "Mukamu yang putih pucet kayak pocong ikut make over jadi buto ijo makan lumut sekilo!"

"Ahahaha..." Orochimaru tertawa gugup. "Baiklah, Pein. Aku ngaku deh. Kau tahu nggak? Kalo orang suka baca buku yang beginian, kita bisa jadi pintar lho!" kata Orochi ngaco. Yang ada mah, orang baca buku begituan jadinya viktor!

"Oh ya?" Pein terlihat antusias. "Kebetulan, nilaiku jelek nih. Boleh pinjam nggak? Siapa tahu jadi pinter."

'Ini kesempatan untuk menyebarkan virus Kebokeppenous mesumnus stadium akut!' pikir Orochimaru. Orochimaru membuka ransel ungunya *sfx: Ransel, ransel. Ransel, ransel, yeah! –by Ransel Dora* dan menyodorkan setumpuk majalah dewasa ke Pein. "Ini, Pein. Semoga nilaimu makin bagus yak!"

"Banyak sekali!" kagum Pein.

"Iya dong, Orochimaru gitu lho. Kalo kau baca semua, pasti nggak bakalan nyesal deh!"

"Aku pinjam semua ya, arigatou, matur nuhun, xie xie, terima kasiiih!" Pein mengangkat tumpukan buku itu dan membawanya ke kamarnya di Panti Asuhan Amegakure.

Pein langsung nosebleed parah lihat gambar-gambar yang tertera di bungkusan obat. Maksudnya, di majalah nista itu. Tapi entah kenapa, dia ketagihan baca buku laknat terkutuk dari Orochimaru. Akhirnya, nilai Pein semakin nurun, karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk membaca buku sejenis bersama Orochimaru.

Semenjak itulah, Pein menjadi berpikiran kotor. Tak jarang ia membeli buku dan majalah seperti milik Orochimaru untuk dijadikan pustaka pribadi. Kala itu, Orochimaru dan Pein berteman akrab karena hobi mereka yang sama. Kau dan Orochimaru adalah korban globalisasi masa lalu. Salahkan globalisasi, Pein...


Chuunin

"Hari ini ujian tingkat Chuunin!" gumam Pein. "Jadi, siapa yang nanti kira-kira bakal kulawan ya?"

Pein berjalan menuju arena sepak bola -?- di tengah Konohagakure (kan ujian Chuunin di sana). Pein sudah mengikuti ujian tertulis kutuk yang buat soal, ujian di hutan cekik yang ngusulin lokasi di sana, dan babak penyisihan hancurkan komputer pengacak nama. Susah payah, Pein berhasil lolos ke babak final. Lawannya kali ini adalah Hiashi Hyuuga.

"Sekarang, Hiashi Hyuuga versus Pein Ganteng nan Seksi!" seru Genma selaku pembawa acara. Terlihat mayoritas penonton merinding dan muntah-muntah mendengar nama Pein. Genma sih anteng-anteng aja. Lha wong itu nama yang Pein daftarkan, jadi ya dia cuma baca aja nama pesertanya.

"Mulai!" seru Hayate selaku wasit. Tak lupa sfx: ohok, ohok.

"Byakugan!" Hiashi langsung ngaktifin Byakugannya dan menyerang Pein dengan totok wajah sana-sini. (salon spa gratis, Bu?)

"Rinnegan!" balas Pein.

"Sharingan!"

"Penggorengan!"

"Pancingan!"

"Ulangan!"

"Sumbangan!"

"Uang-uangan!"

Hayate segera menghentikan pertarungan mereka. "Berhenti! (ohok, ohok) Ini bukan main Sebutkan Kata Berakhiran –ngan! (ohok, ohok) Ulangi yang serius! (ohok)"

Entah dari mana, muncul di benak Author iklan OBH Combi Plus dengan Hayate sebagai si penderita. Oke, lupakan hal tidak penting ini.

Baiklah, Pein, tokoh utama kita sekarang yang memang bodoh itu tidak tahu banyak kosa kata berakhiran –ngan. Susah payah ia memikirkan itu. Sementara Hiashi yang cerdas mungkin jenius itu, masih terlihat fresh from the oven mengingat ia punya banyak kosa kata berkat koleksi kamus 5 bahasa warisan buyut dari buyutnya buyut dari buyut klan Hyuuga.

Pein hampir saja menyerah kehabisan cakra untuk mikir hal-hal gaje berakhiran –ngan. Tiba-tiba ia teringat satu hal yang nggak akan tahan dilihat laki-laki manapun di dunia. Semua lelaki pasti langsung tepar, minimal lemes nosebleed. Pein mengeluarkan senjata ampuhnya dari balik singletnya dan menunjukkan benda itu ke Hiashi.

Hiashi terbelalak, kaget. Pein nggak menyia-nyiakan hal ini. Langkah jitu Pein selanjutnya adalah membuka halaman 6. Tampak potret yang patut disensor sana-sini. Kaki Hiashi gemeteran. Mukanya mulai merah padam. Kemudian Pein membuka halaman yang paling ia gemari, halaman 44, dan menunjukkannya ke Hiashi. Hiashi nosebleed seketika. Nggak banyak kok, cuma satu galon. Hiashi langsung pingsan dengan pakaian berlumuran darahnya sendiri.

Medic-nin bergegas mengangkut Hiashi ke Ruang Bersalin -?-. Hayate memberi tahu Genma pemenangnya, dan kemudian Genma nyengir lebar, berteriak ke seluruh stadion, "Pemenangnya adalah... PEIN GANTENG NAN SEKSI dari Amegakure!"

Sekali lagi, para penonton, termasuk para Kage muntah-muntah di tempat. Pein pun berhak mendapat predikat Chuunin.


Jounin and Akatsuki

Ini sudah masanya di mana Hokage Ke-empat sudah tewas. Sekarang adalah masa Hokage Ketiga kembali memimpin Konohagakure. Pein sudah dewasa. Setelah bertahun-tahun merintangi suka dan duka bersama, Orochimaru meninggalkannya. Desas-desus mengatakan, Orochimaru benci pada Pein karena koleksi majalah bokep Pein lebih banyak dan lebih... ahem.

Pein selalu mendapatkan libur sehari setelah menyelesaikan misi. Pasti kalian berpikir waktu luang Pein ini akan dihabiskannya untuk berburu majalah baru. Tidak, tidak. Untuk pertama kali dalam rentang waktu hidupnya, Pein merasa nggak bernafsu membaca buku itu. Karenanya ia memilih untuk berjalan-jalan.

Di perjalanan, ia berjumpa seorang kakek tua bangkotan sedang menangis di bawah plang pemandian wanita (nih kakek niat nangis apa ngintip?). Karena iba, Pein pun mendekati kakek tersebut dan bertanya, "Kakek siapa? Kenapa menangis?"

Kakek tadi menengadahkan kepalanya. Jantung Pein langsung meronta-ronta minta copot. Iyalah, kakek tadi, udah jelek, matanya bengkak, gigi kuning, keriput tiga lapis, hidung gede, siapa sih yang nggak kaget tiba-tiba disodorin pemandangan horor begitu?

"Nama kakek, Madara Uchiha... ohok, ohok." Oh, ternyata kakek itu Madara, toh. Rupanya Madara itu jelek juga ya? *di-mangekyou Madara*

"Kakek kok nangis?" tanya Pein takut-takut dan suara gemeteran. Sebenernya dia mau lari, tapi takut Madara tersinggung.

"Kakek kesal! Desa kakek, Konohagakure, melupakan kakek. Bahkan klan kakek membenci Kakek. Kakek ingin balas dendam, tapi Kakek nggak punya tenaga lagi..." lirih Madara sendu.

"Kasihan sekali Kakek.." Pein menitikkan air mata buayanya. Sok kasihan, padahal inner terkencing-kencing!

Madara melanjutkan, "Kakek ingin mengumpulkan orang-orang berbakat yang hebat untuk membantu balas dendam ke Konoha. Kau mau bantu Kakek nggak?"

"Bantu apa, Kek?"

"Bantu Kakek mendirikan organisasi yang hebat, berisi nin-nin berbakat, yang bisa membantu Kakek balas dendam. Nama organisasinya sudah Kakek rencanakan, gabungan bahasa Inggris, Indonesia, juga Jepang. Akatsuki! Singkatan dari AKi And Teenager Seme-UKe nIn. Keren kan?" Madara ketawa keras sampe perutnya yang double extra large itu bergoyang-goyang. Menjijikkan.

"WTF?" Pein berjengit ke belakang lima meter. "Seme? Uke? Homoan semua dong isinya?"

"Nggak mesti," tandas Madara. "Yah, kalo bisa homoan ya syukur, kalo nggak ya nggak papa, yang penting dia nin hebat."

"Kenapa namanya Seme-Uke?" tanya Pein nggak ngerti.

"Nyahaha, supaya bisa yaoian sama Kakek, dong, jelas!" Madara ketawa mesum.

'Gila, ni orang udah bau tanah masih juga niat nyari dosa pake homo-homoan sama anak buahnya,' batin Pein. Takut bakal dijadikan target yaoi Madara, Pein menolak tegas. "Aku tidak mau! Cari saja orang lain!"

"Kau tidak mau, hah?" bentak Madara. "Asal kau tahu saja, aku udah bunuh semua anggota klanku, tahu! Kau mau bernasib sama seperti mereka?" Aha, Madara menyembunyikan satu hal. Bukan ia yang bunuh semua anggota klan Uchiha. Orang dia cuma bantuin Itachi, kok.

Pein langsung ciut, "Ba..baiklah Madara-sama. Aku akan membantu balas dendam ke Konoha..."

"Begitu! Bagus!" Madara ketawa lagi. Pernah denger suara Mak Lampir di teve? Seperti itulah tawa Madara sedari tadi. "Kalau begitu, aku akan menjadikanmu ketua Akatsuki!"

"Kenapa nggak Madara-sama aja sendiri?" Masih terbayang di benak Pein kepanjangan Akatsuki.

Madara terkekeh, "Tidak bisa dong, aku kan udah tua. Nggak bisa mimpin organisasi dengan baik. Kau yang jadi ketuanya, aku akan bermain di belakang layar. Gampang kan? Jadi semua kegiatan Akatsuki, aku yang ngatur!"

Pein mendapatkan sebuah ide bagus, "Oke, Madara-sama. Oh ya, aku punya usul. Gimana kalau Madara-sama jadi anggota Akatsuki yang lain daripada keadaan Madara-sama yang sekarang?"

"Maksud?"

"Kan Madara-sama yang sekarang jelek, keriputan, nggak enak dipandang mata, serius, sangar," Pein menjelaskan. "Nah, diganti jadi image anak kecil, misalnya. Ceria, autis, dan pake topeng untuk nutup wajah yang jelek itu. Tujuannya supaya orang lain nggak tahu kalau Madara-sama yang sebenernya mimpin Akatsuki. Begitu."

Sebuah hantaman keras mendarat di wajah Pein. "Keriput katamu? Jelek katamu? Ngaca dong! Kau sendiri mukanya benjol-benjol tindik jelek gitu, nggak nyadar apa?"

"Aaa...mm..puun.. Madara-sama.. Jangan bunuh saya.." Pein memohon-mohon.

"Tapi... idemu bagus juga. Baiklah, apa yang akan kau lakukan untuk make over penampilanku?" tanya Madara antusias.

Pein nunjuk dirinya sendiri, "Hah? Aku yang dandani Madara-sama?"

"Iyalah, yang punya ide kan kau bengak! Cepet, dandani!" perintah Madara arogan.

Pein mengeluarkan peralatan merajutnya -?-, dan memotong rambut Madara sampai cepak. Madara ia mandikan di sungai, sekuat tenaga menggosok badan kakek tua ini karena daki yang menumpuk. Setelah bersih, ia membuatkan Madara sebuah topeng jingga dengan aromaterapi jeruk motif lolipop. Madara sudah bersih dan wangi sekarang.

"Nah, selesai!" ucap Pein. "Sekarang tinggal kelakuanmu aja, Kek Madara. Kakek harus bersikap layaknya anak-anak autis supaya orang nggak curiga. Juga pakai nama palsu. Kakek mau nama palsu apa?"

Madara berpikir sebentar, "Aku mau nama... Tobi! Itu lho, yang kayak dipake orang di kepala!"

"Itu sih Topi, Kek!"

"Bukan Topi, Tobi!"

"Ya udah deh, terserah. Mulai sekarang, aku panggil Tobi. Puas?"

"Puas!" seru Madara a.k.a. Tobi ceria. Sepertinya ia begitu menghayati perannya sebagai anak autis. "Sekarang, kamu Tobi perintahin buat nyari anggota baru buat Akatsuki."

"Oke, Tobi." jawab Pein malas.

Sebulan kemudian, terkumpullah 8 anggota Akatsuki yang lain. Ada Itachi, yang berdasarkan pengakuan Tobi ke Pein adalah salah satu cicit dari cicitnya. Deidara, Sasori, Kisame, Hidan, Kakuzu, Konan, dan Zetsu. Semuanya berhasil Pein yakinkan untuk ikut Akatsuki. Beruntung semuanya mau dengan jaminan makan dan tempat tinggal gratis. Maklum, semuanya missing-nin yang nggak punya bekal apa-apa alias kere.

Dengan begitu, mulailah kehidupan penuh kegajean Pein bersama Akatsuki. Madara kelihatan sangat menikmati peran barunya, terkadang sampai lupa tujuan awalnya mendirikan Akatsuki.

Pein si bokep. Makhluk nista ketua Akatsuki. Seorang penyuka apa yang disebut hentaimania, yang wajahnya dipenuhi pierching sana-sini. Hidupnya semakin tidak jelas semenjak bergabung ke Akatsuki. Amegakure mencapnya sebagai "Missing-nin mesum bokep nista laknat yang mukanya penuh pierching, ketua organisasi berisi ninja-ninja pelarian yang berbahaya bernama Akatsuki."

Sampai sekarang, Pein menyembunyikan kepanjangan Akatsuki pada anggotanya. Kalau semua tahu kepanjangannya yang menyedihkan itu, apa kata dunia?

TBC...


Uwaah! Chapter satu: Pein selesai juga! Memang AnnZie author aneh, jadwal hari ini belajar Physics dan Chemistry, eh malah ngetik fic. Biarin! AnnZie nggak peduli deh!

Ide fic ini udah AnnZie dapat sejak berminggu-minggu lalu. Tapi baru terealisasi sekarang. T.T payah. Habisna males ngetik sih!

Ada yang mau request chapter depan siapa?

To review Akatsuki Gaje Series: From Janin Until Jounin chapter 1, click here, minna-san!