The Third War
Disclaimer: Axis Powers – Hetalia © Hidekazu Himaruya, story's © Ravarion, idea © anonym.
Rated: T
Genre: Humor / Romance
Character(s): Indonesia(male-OC) – Malaysia(male-OC) – Timor Timur(female-OC) – Netherlands – America – Russia – Australia.
Warning: agak gary-stu (mungkin, tergantung pembaca), OC, iklan merek.
Part: 2.
-x-x-x-
ENJOY
-x-x-x-
"RUSIA!" Indonesia berteriak histeris saat melihat Rusia sedang tersenyum (mengerikan) di bawahnya. Ingat, Indonesia mengcekik Rusia yang tadi terjatuh.
"Jadi, Indonesia mau bersatu denganku, da?"
"TIDAK!" Indonesia langsung menyingkir jauh dari personifikasi negara adidaya yang lain itu.
"Begitu ya, da. Kenapa, da?" tanya Rusia, memegang magical stick-nya. Ditambah aura gelap berpendar.
"Karena kau menakutkan," jawab Indonesia memasang tampang tak bersalah. Not guilty.
"Begitu ya, da. Ah! Indonesia! Aku dengar satu rumor tentangmu, da," Rusia kembali dalam sosoknya yang biasa (baca: tetap menakutkan). Merasa tertarik, daripada bertanya pada pilot sinting itu tentang pesawatnya, ia bertanya, "Apa itu?"
"Katanya negaramu di jual... Dan peminatnya juga banyak, da. Aku juga, da," Rusia menjawab.
"Oh."
Hening.
"APA!" Indonesia berteriak sekuatnya sampai tenggorokannya terasa sakit.
"Itu benar, da. Ini brosurnya..." Rusia menyerahkan selembar kertas seukuran A4 dibagi dua.
Di jual!
INDON(ESIA)
MURAH!
Hubungi: 6286969696969
Indonesia melebarkan kedua kelopak matanya. Dalam hati ia bertanya, 'what the fuck?'
"Bagaimana, da? Aku sudah menelepon nomor itu. Katanya peminatnya banyak, da."
"Dari siapa?" Indonesia berbisik. Suaranya tertelan kesibukan lapangan pendaratan bandara. (Lagian, milih tempat ngobrol malah di tempat berisik.)
"Da?"
"Dari siapa kau mendapatkannya?" Indonesia bertanya lagi, untunglah kali ini telinga Rusia ga budeg.
"Entahlah, da. Seorang perempuan, dari Asia. Aku pernah liat dia bersamamu. Tingginya kira-kira sebahumu. Rambutnya diikat satu..." terang Rusia sambil memutarkan sesuatu di tangannya.
"Timor Timur... Akan kubunuh dia... Pasti. Harus. Pasti. Harus..." gumam Indonesia disertai aura yang lebih gelap dari Rusia. Membuat Rusia merinding. Mungkin, saat Indonesia 'hampir' jadi satu dengannya, auranya telah di transfer(?) dan membuat Indonesia yang manis ini seperti 'psikopat-di-penjara-nunggu-hari-bebas-dan-ngebunuh-lagi'.
"Aku pinjam pesawatmu, Rusia," Indonesia menengadahkan tangan(?).
"Da? Itu, yang sedang diperiksa bahan bakarnya. Tapi itu jenis..." sebelum Rusia menyelesaikan kata-katanya, ia melihat pesawat yang ia tunjuk tadi terbang di atasnya. Menuju Asia.
"Itu pesawat tempur jenis Su-34 yang baru mendarat tiga menit lalu..."
-x-x-x-
BLAAR!
Australia yang sedang memandikan koalanya(?), terlonjak kaget sampai-sampai ia memasukkan sabun ke mulut koalanya. Suara ledakan terdengar keras sekali. Apa Amerika mengirim rudal atau nuklir ke wilayahnya? Atau Somalia membajak rumahnya? Lagipula, Somalia 'kan seperti Israel, cowok ABG yang sok. Alah, bukan waktunya mikirin itu.
Australia membuka (baca: mendobrak) pintu depan rumahnya. Terkejut melihat apa yang tersuguh di hadapannya.
Sebuah pesawat jatuh dari langit! Dan, ini bukan UFO! Asli manusia. Kedua sayap pesawat terpisah jauh dari badan. Ekor pesawat itu entah tertinggal di eksosfer(?) mungkin. Dan sebuah tubuh teronggok tak berdaya tak jauh dari tragedi rusak itu.
"INDONESIA!" seru Australia keras, tanpa sadar kalau kaca rumahnya retak. Ia pun langsung menghampiri Indonesia yang tergeletak lemah.
Ia menaruh kepala Indonesia di pangkuannya. Menatap wajah manis yang kini bersimbah pasir dan darah juga air. (darimana air itu? Air liur?)
"Indonesia, bertahanlah wahai tetanggaku yang baik!" seru Australia keras. Mengusap wajah kotor itu. Seandainya disana ada Malaysia juga Netherlands, mungkin dia sudah tersiksa bagai di neraka Jahanam.
"Ugh.. A—Australia... A—aku..." Indonesia terbata-bata. Menahan batuk.
"Ya?"
"A—aku ingin... I—ingin..."
"Ingin apa?"
"Pe—pergi ke... ke..."
"Kemana? Akan kuantarkan walau sampai gerbang Surga!" seru Australia lebay.
"WC..." Indonesia mencengkram kerah baju Australia.
"Ha—hah?" Australia mengerjapkan matanya. Apa ia tidak salah dengar? Jadi Indonesia ingin pergi ke WC?
"Aku ingin pergi ke WC. Sejak dari Siberia aku kena hipotermia dan jadi ingin ke WC..." Indonesia memperjelas penjelasannya. Australia segera bangun tiba-tiba. Membuat kepala Indonesia jatuh dengan keras menghantam aspal.
"Hey! Itu sakit tahu! Bagaimana kalau aku amnesia mendadak!" geram Indonesia sambil menampol kepala Australia dengan sandal jepit dari kantongnya.
'Kalau begitu aku akan mengklaimmu sebagai milikku,' batin Australia.
"Huh... Sudahlah, tenggelam saja di segitiga bermuda sana..." kata Australia dingin. Indonesia menatap Australia dengan tatapan 'no-way-in-hell!'.
"Kau... bercanda kan?"
"Tidak."
Indonesia merasa sesuatu bergejolak di perutnya. Sesuatu ingin ia keluarkan. Sakit sekali rasanya. Ia pun berjongkok, memegangi perutnya dan meringis. Australia berpikir, itu pasti salah satu contoh lebayisme dan hiperbolis a la Indonesia. Tapi, perkiraannya melenceng jauh. Selama sepuluh menit ia diamkan. Indonesia masih betah dengan posisi itu. Prihatin, Australia mendekatinya.
"Kau kenapa, Indonesia?"
"Entahlah. Sepertinya pernyakitku kambuh..." gumam Indonesia. Australia kaget setengah mati. Dia tidak tahu kalau tetangganya itu sakit. Kalau penyakit mental sih, Australia tahu. Kekagetannya tidak berhenti sampai di situ. Ada empat orang berdiri, membayangi dirinya dan Indonesia.
"Apa..."
"Yang..."
"Kau..."
"Lakukan...?"
Dengan tekanan dari empat orang itu, Australia segera mengambil ancang-ancang untuk kembali ke koalanya. Netherlands menarik kerah baju bagian belakangnya, membuat Australia hampir terjengkang. Rusia tersenyum pada Australia (dengan aura lebih gelap), Malaysia menyiapkan senjata tradisionalnya dan Amerika memegang FN Browning HP MK2*, hadiah dari Belgium.
"Mari, kita mulai saja..." ucap Malaysia, mata coklat terangnya bagai membara layaknya bara api dalam tungku mesin uap di kereta api uap(?).
Sedangkan Indonesia yang tadinya meringis, malah berguling-guling di aspal. Tak ada yang melihat ini, ngapain peduli? Sampai akhirnya Timor Timur datang sambil cekikikan ga jelas. Turunan dari siapa ya? Seingatnya, Indonesia tak mengajarkan Timor Timur gitu. Siapa peduli.
"Wah, wah. Indonesia, kau beruntung. Di perebutkan lima cowok sekaligus... hihihi..." kata Timor Timur menusuk-nusuk pipi Indonesia dengan ujung lidi(?).
"Kau! Pasti kau yang melakukan semua ini! Pasti!" Indonesia berteriak sambil menyiapkan tombak tumpul(?) yang tadi diberi oleh koalanya Australia.
"Apa? Aku tidak melakukan apa-apa. Not guilty," dengan tiisnya Timor Timur menjawab. Indonesia menggeram marah, bagai gemuruh gunung Krakatau. Indonedia mengeluarkan kertas yang tadi di perlihatkan Rusia padanya. (Anyway, kapan Indonesia ngambil kertas itu? O.o)
"Oh! Ya ampun... Indonesia... Kau ini..." kata Timor Timur sambi geleng-geleng kepala ke kanan-kiri, membuat kucirannya ikut terbang kesana-kemari.
"Apa!"
"Itu 'kan iklan hape ESIA. Bukan INDONESIA. Hapus dong, kata 'INDON'-nya. Jadi 'Esia' 'kan? Payah..." kata perempuan itu lalu mendengus geli. Padahal dalm hati, ia ingin sekali ketawa ngakak ga karuan sambil guling-guling di atas pasir sampai matanya berair. Ah, kalau itu dilakukan, bisa ketahuan kalau dia dalang semua ini.
"Ha?" keenam cowok itu mengeluarkan suara yang sama dan ekspresi yang sama tapi dalam posisi yang berbeda. Mungkin kalau bisa para pembaca bayangkan, kelima orang lain kecuali Indonesia, sedang ber-fivesome-ria di tengah jalan panas. O.O
"Jadi, ini cuma orang iseng?" Malaysia bertanya.
"Iya," jawab Timor Timur singkat dibarengi anggukan.
"Haah... Untunglah. Dengan begitu Indonesia tetap milikku," kata Netherlands sambil mengusap peluh di dahinya yang ada tanda luka.
"Apa katamu? Tentu saja Nesia milikku!" Malaysia melempar sekantong biji padi(?) ke Netherlands.
"Yang pasti Indonesia harus dilindungi Hero sepertiku!" Amerika mengacungkan senjatanya dan menembakkannya berkali-kali ke atas, tapi ada yang nyasar ke Australia. Menyerempet lengannya.
"Ah! Amerika! Sialan kau!" Australia mengambil bumerang extra super besar dari kantongnya(?) dan melemparnya ke arah Amerika.
"Hey!" seru Amerika sambil menunduk mencium aspal untuk menghindari serangan bumerang extra super besar dari Australia.
"Anak baik jangan bertengkar, da..." kata Rusia sambil mengeluarkan suara 'kolkolkol'-nya. Tapi ternyata tak ada yang terpengaruh magical stick atau pun aura gelap di sekeliling Rusia. Ga laku.
"BERISIK!" seru kelimanya berbarengan.
"Kau mengikutiku, dasar plagiat!" Australia menunjuk Malaysia.
"Apa! Kau yang mengikutiku, maniak koala!" Malaysia membalas.
"Kalian berempat yang menuruti kata-kata Hero sepertiku!" Amerika mendapat lemparan sapi dari Netherlands.
"Sudah pasti kalian yang mengcopy-cat kata-kataku!" Netherlands berteriak sambil berlalu menuju Indonesia yang sweatdrop dan bergumam 'what the hell?' berkali-kali.
"Indonesia! Ayo kita bercinta!" seru Netherlands tak tahu malu sambil merentangkan keduanya tangannya.
"HELL NO!" teriak yang ada di sana. Rusia menarik Timor Timur masuk ke rumah Autralia.
"Adegan kekerasan yang tak boleh dilihat anak kecil, da. Main saja dengan koala, da..." Timor Timur menuruti kata-kata Rusia.
Sedangkan Indonesia menjauh dari Netherlands, tapi ia ditarik Malaysia yang memeluknya dari belakang dengan posesifnya. Amerika mendorong Malaysia dan memasang pose akan mencium Indonesia. Amerika segera terkena ujung bumerang Australia yang di saat bersamaan menarik Indonesia. Australia dipukul oleh Rusia dan berniat berlari bersama Indonesia saat seseorang menarik ujung syalnya.
"BELARUS!" Rusia yang kaget setengah hidup langsung di bawa Belarus (yang entah muncul dari mana) pergi kembali ke Ukraine(?).
"Heheh... Satu penghalang hilang," gumam Australia. Malaysia diam-diam menarik Indonesia pergi. Indonesia hanya pasrah-pasrah aja, mengingat penyakitnya kambuh.
"Wah, lihat itu, koala. Ada perang dunia ketiga ya?" tanya Timor Timur yang menonton adegan rebut-merebut-direbut di jalan dengan koala, tanpa lupa pop corn dan CocaCola di sampingnya. Ia menatap langit.
"Hari yang indah..."
-x-x-x-
Omake
-x-x-x-
Terlihat enam orang sedang tiduran di atas aspal di malam hari yang cerah. Indonesia berada di tengah. Netherlands dan Malaysia di kanan-kirinya. Amerika di sebelah Rusia yang ada di sebelah Netherlands. Australia tiduran di sebelah Malaysia, udah ngorok ga karuan. Rusia sama Amerika juga.
"Anyway, tadi kalian mau ngapain ke rumahku?" tanya Indonesia pada Malaysia dan Netherlands.
"Sebenarnya tadi aku hanya ingin meledekmu saja..." jawab Malaysia jujur.
"Aku ingin mengajakmu bercinta, Indonesia..." Serentak, keempat cowok lain menyerang Netherlands. Dan Perang pun kembali terjadi di tanah Australia.
-x-x-x-
Fin
-x-x-x
(Listen to: The Last Three Letters – Alesana)
(Word count: 1471 words)
*) Browning HP MK2. Di keluarkan oleh firma Browning dari Belgium. Pistol semi-auto pertama di perolehan polis. Digunakan di zaman komunis dan insugensi dulu. Jarang digunakan sekarang karena sebab tekhnikal.
Bagaimana? Gaje bukan? Nista bukan? XD
Bahkan Indonesia aja lupa kalau Timor Timur dalangnya. Apa penyakit Indonesia? Saya aja ga tau. Terserah reader. Mau gejala M-nya cewek juga boleh. =P
Silahkan beri saya komentar anda tentang fic langsung jadi dalam empat jam ini. XD
Mind to review? Per favore?
!4 Juni 2010