Way to Love You

Rated: T

Disclaimer: 1. Bleach © Tite Kubo

2. Facebook © Mark Zuckerberg

3. BlackBerry © Research In Motion Limited (RIM)

Pairing: Grimmhime

Warning: OOC

"Hihihi... Lumayan buat hotnews di mading..." bisik seseorang dibalik keremangan pohon, membawa kamera.

"Hei. Ayo masuk kelas!"

"Iya!"

Chapter 5 : The Pendant, Sora in His Eyes


Orihime's POV

Sesuatu... yang ada padanya...

Tak bisa kutemukan...

.

.

"Orihime! Kenapa telat!" bisik Tatsuki-chan padaku begitu aku masuk ke kelas matematika dan dipersilahkan duduk oleh Unahana-sensei, guru favoritku.

"Aku terkunci diruang OSIS!" balasku sambil menatap Ggio dengan sinis. Tapi yang membuatku jengel, Ggio yang juga terengah-engah tidak memberikan respons sekecil apapun.

"Kenapa bisa... dan kenapa tatapanmu pada Ggio seperti—"

"Sst... istirahat saja ya, jangan sampai Unohana sensei memberi kita 'hadiah'!" bisikku segera menyela Tatsuki-chan, karena Unohana-sensei jika sudah marah akan memberi senyum death glare yang bisa membuat mulut berbusa.

~Way to Love You~

"Ggio! Maumu apa sih!" aku langsung mengamuk pada Ggio, yang sedang cangkru'an dengan geng-nya dibawah pohon. Tapi, aku tidak melihat Grimmjow-kun disana.

Haah... Kalau ada Grimmjow-kun mungkin Ggio bisa agak terpojokkan!

"Apaa?" jawabnya malas-malasan. Mata keemasannya yang senantiasa mengingatkan aku dengan mata para Cullens itu menatapku, terlihat 'suci'. Padahal sudah berapa puluh sih mantan-mantannya? Banyak!

"Mengunci ruang OSIS! Dan omong kosong tentang Hiruma bla.. bla.. bla..." aku mengoceh panjang lebar padanya—eh, lebih mirip mengomel, sih. Aku OOC banget ya, hihihi.

Ggio memasang muka tidak tahu apa-apa. Tapi aku tahu, dia pasti tahu segalanya. Yah—setidaknya insiden penguncian itu, yang membuatku harus lompat dari lantai dua.

"Mengunci ruang OSIS? Maksudmu kau terkunci berdua dengan si Grimm? Ooh.. roman—"

"Hei, hei. Itu kan bukan mauku, Ggio bodoh. Kalau sampai istirahat kami terkunci di ruang OSIS bagaimana?" bayangan aku dan Grimmjow-kun yang tinggal berdua di ruang OSIS sampai malam mulai tercipta... Kemudian pintu dibuka dari luar dan masuklah sesosok gadis kecil memakai seragam sekolah... Hanako... Lalu dari televisi ruang OSIS keluar Sadako... Dan dari lantai muncul... makhluk putih yang mirip guling? Makhluk itu kemudian menyerang kami berdua.. menghisap darah...

Aaaakkhh...

"Orihime, woi! Orihime, masih di daratan kan?" suara dan guncangan Ggio membuatku ditarik kembali ke dunia fana.

"Katanya mau marah?" katanya dengan nada menuduh.

Aku membuang muka. "Tidak jadi. Kau mengacaukan mood marah-ku sih."

"Mood mengkhayal, kali! Dasar cewek dungu! Aneh!" sorak Jiruga-kun, yang membuat airmataku hampir tumpah.

"Nnoi, nggak usah gitu kenapa sih! Orihime, ke kantin sebentar yuk. Aku mau ngomongin tugas OSIS nih," aku merasakan badaku digiring oleh Ggio ke kantin, tempat Tatsuki-chan dan yang lain sedang makan.

Dia mengambil tempat duduk di depanku, sementara aku di sebelah Tatsuki yang sedang menikmati ramen ukuran mini-nya.

"Kenapa sih Jiruga-kun membenciku? Apa salahku? Apa pernah aku menyakitinya atau mengoloknya atau menghinanya?" semburku padanya. Kini mata keemasannya bersinar khawatir. Aku bisa merasakan Tatsuki bergerak tidak nyaman disebelahku. Aku memang tak yakin sih, apakah dua sahabatku ini bisa menghilangkan rasa benci Jiruga-kun padaku.

"Aku akan mencoba berbicara dengan Nnoi," kata Ggio, tapi lebih mirip intonasi kalimat "Terima saja takdirmu."

Meyedihkan, ya? Aku yang tidak tahu apa-apa tiba-tiba dibenci oleh orang yang tidak aku kenal dekat. Apa sih salahku? Apa aku pernah menginjak kakinya hingga patah atau semacamnya? Ah, sudahlah. Memikirkan semua ini bisa membuat kepala meledak, dan ujung-ujungnya akan berakhir konyol di Rumah Sakit Jiwa.

Berlebihan. Tapi yang jelas, aku akan berusaha membenahi diri lagi. Tapi, apa yang harus dibenahi? Ooh, ini sungguh menyebalkan.

.

.

Aku harus mencari...

Serpihan teka-teki yang membingungkan ini...


Normal POV

"Orihime!" Ggio sudah memanggil nama gadis itu berkali-kali, namun mata gadis berambut coklat itu masih menatap dengan kosong. Of course, melamun.

Tatsuki cuma bisa menggeleng heran melihat Ggio.

"Kaya nggak kenal aja sama Orihime. Bawakan dia makanan, dan selesailah masalah."

~Way to Love You~

Mata Tatsuki Arisawa membelalak saat melihat apa yang dibawa Ggio setelah menghilang beberapa (belas) menit: Kue BlackForest, nasi goreng, es krim dan ramen ukuran super.

"Hei, itu nggak kaudapat dari kantin kan?" tanyanya dengan nada menyelidik. "Kau tidak mencuri atau apa kan—"

"Memangnya aku harus mencuri?" Ggio merasa terhina, dan menaruh semua itu didepan Orihime yang beberapa saat kemudian langsung sadar.

"Waah... Siapa yang ulang tahun?" tanyanya polos.

"Itu dari Ggio, katanya lagi banyak duit," sahut Tatsuki, kali ini mengambil rubik 4 x 4 dari tasnya dan mulai memainkan—dengan canggung.

Ggio yang bengong, begitu melihat Tatsuki yang tidak tahu main langsung merebut rubik itu.

"Nih, tak ajarin. Kasian aku," candanya.

Sementara Ggio dan Tatsuki sedang melakukan tutor rubik, kembali lagi ke Orihime yang—ya ampun—sedang menghabiskan gigitan terakhir BlackForest-nya.

Ya, yang terakhir. Semuanya sudah habis tidak tersisa. Tentu saja, Orihime kan tidak sarapan. (A/N: Tapi nggak harus menghabiskan makanan sebanyak itu dengan kecepatan beruang kan?)

Lalu dia memasuki dunia 'lamunan' nya kembali. Memasuki khayalan yang tidak jelas, yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

"Eh eh," kata Ggio pada Tatsuki. "Grimm."

"Oke," Tatsuki mengedikkan mata, lalu menyodok siku Orihime sambil berbisik. "Cowokmu!"

Berhasil. Orihime mendongak dengan tatapan membulat. "Eeh? Cowok?"

"Grimm!" Ggio berteriak memanggil nama yang bersangkutan, yang sama mudahnya ditipu seperti Orihime.

"Orihime salam!"


Orihime's POV

"Orihime salam!"

Bwaah. Apa-apaan ini? Lagi-lagi...

Dia.

Grimmjow-kun

Mataku bertatapan dengan matanya. Entahlah, ada yang membuat sesuatu yang berat jatuh dengan keras di perutku yang kenyang. Aneh, tapi mata sapphire itu...

.

.

Apa yang ada dibaliknya?


Normal POV

Grimmjow cuma bisa memandang Ggio dengan dingin sambil berteriak, "Aku di pohon dengan teman-teman!"

Meringis, Ggio dan Tatsuki meneruskan tutor rubiknya. Kembali membiarkan Orihime tenggelam dalam dunia khayalannya.

~Way to Love You~

"Himeee..." pelukan erat dan menyesakkan tiba-tiba mendarat di badan indah Orihime Inoue yang sedang melamun.

Ya, siapa lagi kalau bukan Chizuru Honsou, sang Queen of Yuri di Karakura Gakuen. Menempati kelas 1-1-anehnya-dan paling suka menggoda Orihime. Bahkan hampir nekat membawa kabur Orihime saat Tatsuki 'lengah'. Sebenarnya penampilannya cukup manis, namun tingkah dan cara bicaranya itu—mampu membuat cewek atau cowok yang bertemu dengannya jadi merinding.

Orihime cuma bisa melontarkan kata-kata "Eh" atau "Iya" atau hanya cengengesan tidak jelas. Karena dia pernah berkata "Maksudnya?" kepada Chizuru dan akhirnya dia diberitahu panjang-lebar oleh Chizuru tentang—yah, hal-hal yang berbau ke-yuri-an. Dan sudah pasti itu membuat bulu kuduk Orihime berdiri tidak nyaman. Sejak itu dia memutuskan untuk memberikan Chizuru satu-dua patah kata—tak lebih.

"Kenapa Hime-ku murung sekali hari ini..." dia merayu Orihime, dan Tatsuki yang sedang mengikuti tutor rubik gratis dari Ggio masih sempat memberinya death glare. Betul-betul death. Namun hal itu tidak menyurutkan nafsu Chizuru untuk menggoda Orihime.

Chizuru mulai mengelus-elus rambut Orihime.

"Hime, tahu tidak, hari ini kau sangat cantik lho."

"Eh, hehe," tuh kan, cengengesan.

"Kalau mau, kau bisa kok pergi bersamaku ke hotel siang ini! Mungkin bisa menghilangkan kesedihanmu karena si Kurosaki menyebalkan itu. Kau akan mendapatkan belaian 24 jam non-stop!" kini dia menggelayuti badan Orihime, membuatnya semakin begidik.

"SUDAH CUKUP!" tendangan milik Tatsuki mendarat sukses di perut Chizuru.

"Kau jangan merusak kebahagiaanku dengan Hime!" protes Chizuru setelah berusaha bangkit dari kubur (?).

"Grrr..." mereka saling bertatapan dengan sadis, siap menyerang satu sama lain.

Teng tong teng tong... teng tong teng tong... Jeritan bel dapat melerai pertengakaran ini; walaupun sebenarnya tidak: Tatsuki yang akan melanjutkan tutor rubik dengan Ggio siang nanti masih menyeret Orihime ke kelas sambil terus mengawasi Chizuru saat menuju ke kelas fisika.

Di kelas fisika, Kyouraku-sensei sudah duduk manis menunggu para murid-muridnya yang tersayang. Tempat duduk sudah banyak terisi.

Kyouraku-sensei memberikan senyumannya yang membuat Orihime takut. Memang Kyouraku itu guru yang baik dan ramah, tapi tidak tahu kenapa Orihime takut padanya. (A/N: Hehe, ini Hime tulis karena Hime takut sama guru fisika Hime. Yang walaupun baik dan murah senyum, Hime takuuutt .. Maaf ya Pak Seti***n... xD. Oh iya, satu lagi. Di Karakura Gakuen misalkan aja menerapkan sistem moving class :D)

Tatsuki mengambil tempat duduk di sebelah Granz-kun, dan satu-satunya tempat duduk yang masih tersisa untuk Orihime adalah disitu.

Karena takut Kyouraku-sensei akan bertindak lebih jauh (?) padanya, mau tidak mau Orihime duduk juga ditempat itu. Tempat yang biasa ditempatinya saat masih berpacaran dengan Ichigo. Disebelahnya.

Ini membuatnya mengingat masa lalu, saat dia menyatakan perasaannya pada Orihime.

-Flashback-

Gadis itu meringkuk di ayunan taman. Sendiri, terlihat bagai bunga yang mekar dimusim dingin. Rambut coklatnya terlihat mencolok diantara tumpukan warna hitam dan putih. Pipinya yang kemerahan karena kedinginan nampak seperti warna kehidupan diantara keheningan musim dingin ini. Dan tingkahnya yang celingukan... mengisyaratkan bahwa dia sedang menunggu seseorang.

Dan itu adalah pemuda berambut oranye, Ichigo Kurosaki. Dia menghampiri gadis itu dan tersenyum padanya, membawa sebuah kotak.

"Inoue, em... maaf, aku terlambat," katanya, sedikit ragu-ragu.

Gadis itu, yang ternyata bernama Orihime Inoue tersenyum, "Tidak apa-apa! Aku tahu susah untuk melepaskan diri dari ayahmu, kalau kau pergi membawa begitu pasti akan diikutinya."

Senyumnya terlihat tulus dan indra, membuat Ichigo semakin gugup namun yakin akan pilihan ini.

Dia duduk di sebelah Orihime—lebih tepatnya di ayunan sebelah Orihime dan mulai berayun dengan gugup. Wajahnya yang merah karena kedinginan kini bertambah merah karena perasaannya.

"Kenapa kau memanggilku ke sini, Kurosaki-kun?" tanya Orihime polos, namun sebenarnya merasa senang dalam hatinya.

"Em..." kini kaki kanan Ichigo mulai menendang tumpukan salju dibawahnya. Dan dengan ragu-ragu memberikan kotak itu pada Orihime.

"Makasih, Kurosaki-kun!" seru gadis itu ceria, dan langsung membuka kotak itu.

Aishiteru

Orihime Inoue

Kue. Kue berbentuk hati, dengan tulisan diatas sudah jelas menunjukkan apa yang akan dikatakan Ichigo.

Tak terasa airmata Orihime menetes. Air mata kebahagiaan. Air mata kebahagiaan karena rasa yang ada padanya ternyata terbalas, dengan cara yang indah.

"Kurosaki-kun..." dia merunduk, berusaha menyembunyikan airmatanya. "Terimakasih..."

Ichigo merangkulnya. "Panggil aku Ichigo dan aku akan memanggilmu Orihime. Setuju?"

Gadis itu mengangguk di dada Ichigo.

"Sudah pasti."

-End of Flashback-


Orihime's POV

"Nomor 23, Orihime-chan," suara itu membuyarkan lamunan dan ingatanku, sekaligus mengagetkanku.

Nomor 23! Aduh, halaman berapa itu? Matilah aku!

Cuit cuit cuit! Bunyi dering handphone Kyouraku-sensei yang mirip kicauan burung menyelamatkanku. Siapapun yang menelpon, yang jelas aku sangat berterimakasih. (A/N: Kejadian yang sama pernah terjadi sama Hime xD di kelasnya Pak Seti***n lagi...)

Mau nggak mau, harus tanya ke Ichigo nih.

"Em... Ichi—eh, Kurosaki-kun. Halaman berapa?" tanyaku dengan nada sangat resmi.

"Seratus dua bagian satu," sepertinya ia tidak ingin memperpanjang obrolan—orang yang ditanyai nomor berapa apalagi halaman berapa di saat soal sudah dibahas setengahnya setidaknya akan bertanya "Melamun, ya?" atau "Kok tidak tahu?"

Aku menghela nafas berat.

"Arigato, Kurosaki-kun," dia hanya mengangguk mengiyakan, sempat membuatku jengkel setengah mati. Biasanya saat pelajaran Kyouraku-sensei dia berani ribut dan mengajakku ngobrol di kelas. Sekarang?

Atmosfer diantara kami berdua terasa monoton. Seperti ada dinding tidak kelihatan yang cukup kokoh—memisahkan ruang gerak kami berdua.

Memutuskan untuk fokus karena Kyouraku-sensei sudah selesai dengan teleponnya, aku membaca soal nomor 23 dengan keras dan sekali lagi, monoton. Kyouraku-sensei mengiyakan jawabanku kemudian memberiku senyuman, mengerikan. Aku cepat-cepat memalingkan muka ke objek terdekat dan sasaranku adalah seekor cicak yang sedang merayap di punggung Nemu-chan.

Tunggu-tunggu. Cicak? Punggung? Nemu-chan?

Oh, tidak tidak. Nemu-chan sangat fobia dengan cicak, dan pernah pingsan saat salah satu kakak kelas di MOS menyuruhnya mengambil cicak di kotak.

Mengingat aku duduk di ujung kiri, dan Nemu-chan duduk di tengah-tengah aku memutuskan untuk memberitahukan hal ini pada Schiffer-kun, siswa yang kebetulan duduk disampingnya. Sama pendiam dan pasifnya, sih.

"Schiffer-kun," aku berbisik sambil berteriak (gimana itu caranya?) ke Schiffer-kun, yang untungnya langsung menoleh.

Dia mengangkat alisnya. Aku menunjuk cicak itu dan mengisyaratkan dia untuk mengambilnya.

Namun entah ada angin apa yang berhembus di kelas (atau karena aura jelek dari Kyouraku-sensei, menurutku) SCHIFFER-KUN TIDAK MENGERTI MAKSUDKU.

Melambaikan tanganku sambil lalu, aku memilih pasrah saja. Tapi kasihan kan Nemu-chan kalau ada cicak di punggungnya.

Makanya aku hanya memelototi cicak itu sambil memelintir halaman buku cetak fisikaku sampai lecek. Aku tidak pernah bisa mengikuti pelajaran Kyouraku-sensei dengan baik, jadi harus mempelajari materinya sendiri dulu daripada tidak tahu apa-apa.

Untungnya, cicak itu tahu diri dan ganti lompat ke punggung Schiffer-kun. Dengan santai dia menyingkirkan cicak itu, membuatku tidak tahu harus berbuat apa agar tidak menganggur.

Ah, mata itu. Mata yang membuatku bingung. Matanya menyimpan teka-teki yang belum bisa kupecahkan.

.

.

Tak usah menyembunyikan

Hal dibalik mata itu

Itu membingungkanku


Normal POV

Jeritan bel sekali lagi membuyarkan lamunan Orihime tentang apa yang dicarinya. Gerombolan murid-murid kelas 1-1 menuju ke lapangan, artinya jam olahraga.

Pelajaran olahraga yang ditempatkan di jam terakhir inilah yang membuat murid 1-1 menjadi uring-uringan. Apalagi Soi Fon-sensei, guru olahraga mereka adalah guru yang tegas. Tidak ikut pelajaran olahraga? Good Bye-Nilai... ^. ^

~Way to Love You~

"Syazel! Nnoitra! Ulquiorra! Orihime! Tatsuki! Aku memanggil kaliaaaan..." teriak Ggio dari sebuah toa, entah didapatkan darimana.

Woho, tentu saja jam pelajaran Soi Fon-sensei sudah berakhir. Kalau Ggio berani berteriak dengan toa saat jam pelajarannya, haha, bayangkan sendiri saja deh.

Yang disebut namanya pun otomatis merespon dan menghampiri Ggio yang sekarang tersenyum ala iklan pasta gigi. Tangannya bersedekap dan mata keemasannya berkilat senang.

"Tunggu sampai semua datang," gumamnya melirik jam mahal di pergelangan tangannya.

"Yo! Ggio!" suara wanita (bukan cewek) datang dari belakang Nnoitra—Tia Harribel, satu-satunya wanita diantara geng Arrancar.

"Kenapa manggil manggil sih..." kali ini suaranya lebih familiar, ya. Seorang cowok yang sangat mirip dengan Kaien Shiba—kakak kelasnya yang dua tahun lalu sudah lulus—siapa lagi kalau bukan Aaroniero Arruruerie.

"Vega-kun," suara seorang gadis terdengar. "Ada apa?"

"Tunggu saja, Momo-chan," kata Ggio, tersenyum manis sekali.

Rona merah muncul dari pipi Momo Hinamori. Ya, dia baru saja jadian dengan playboy Karakura Gakuen ini.

"Baiklah…"

"Nah, bagus bagus," kata Ggio puas. "Eh? Masih kurang lho."

"Untuk apa memanggil?" suara bass yang sangat familiar ditelinga Orihime makin mendekat ke gerombolan kecil itu.

"Ah… Grimm…" gumam Ggio, menampilkan evil smilenya (yang jarang ditampilkan).

"Aduh, sepertinya Ggio punya maksud tersendiri," kata Orihime pelan, menarik rok Tatsuki dan menunjuk Grimmjow yang sekarang melipat lengannya dengan gaya cuek.

"Ehem," tapi Tatsuki hanya berdeham dan memamerkan evil smilenya juga.

"Kalian tahu ini musim apa?" Ggio sok menjelaskan dengan gaya sangat resmi, sama seperti saat dia mengumumkan lomba ke seluruh sekolah. Gaya resmi yang bahkan bisa melumerkan banyak cewek dan membuat iri banyak cowok.

"Kau bisa lihat kan ini musim apa," kata Aaroniero menunjuk kelopak bunga sakura yang mulai berguguran.

"Sudah dengar rencanaku kan?" dia memandang semuanya dengan tatapan bergaya.

"Haru no Konjō Tesuto, Uji Nyali Musim Semi" gumam Harribel.

"Ngapain sih orang kurang kerjaan itu mengadakan acara yang nggak bermutu? Uji nyali musim semi?" bisik Aaroniero pada Ulquiorra, yang cuma bisa berkata, "Dia memang kurang kerjaan. Rasanya aku mau pulang saja."

"Jangan pulang dulu sebelum mendengar rencanaku!" seru Ggio, seakan bisa membaca pikiran Ulquiorra.

"Hrrh…" Ulquiorra mengutuk Ggio dalam hatinya.

"Kalian aku undang jam sepuluh malam," Ggio mulai menjelaskan. "Di reruntuhan bekas restoran."

"Di mana itu?" tanya Orihime polos.

"Oh iya ya," Ggio menepuk dahinya sendiri, yang hampir sangat jarang dilakukannya juga. "Itu kan ada di Yokohama."

GUBRAAAK!

"Kau bisa kujemput, Orihime-chan," Szayel membuka pembicaraan.

"Tidak tidak!" seru Ggio frustasi. "Aku sudah punya rule!"

Kriik… Kriik.. (suara jangkrik).

Dari kepala Ggio muncul tiga bola api roh.

"Yasudah, cepat jelaskan," kata Nnoitra sambil mengorek telinga.

"Kalian harus berpasang-pasangan," sebuah kilat jahat muncul dari wajah Ggio yang tadinya diterangi bola api roh.

"Silahkan ambil undiannyaa…" serunya lagi, membawa kotak kaca berisi enam buah kertas yang entah didapatkan darimana. Dia mengedikkan mata pada Szayel, yang mengambil undian pertama.

"Warna hijau," gumamnya.

Tanpa disuruh Nnoitra maju mengambil undian, "Warna ungu."

"Momo-chan," kata Ggio, dan Hinamori mengambil kertas undiannya. "Warna merah."

Kini giliran Grimmjow. "Warna biru."

Warna yang cocok sekali untuknya. Lalu sekarang giliran Harribel.

"Aku dapat warna hijau," dia menunjukkan kertas itu.

"Aduh," kata Ggio, memegang kakinya dan tanpa sadar menjatuhkan kotak kaca itu. Tapi untungnya tidak pecah. "Ups, maaf. Silahkan ambil undianmu Orihime."

Orihime mengambil kertas undian itu kemudian memandangnya dengan ngeri.

"Dapat warna apa kau Orihime?" tanya Tatsuki, mengira dia mendapat warna yang sama seperti Nnoitra. Yang lain juga memandang Orihime dengan penasaran, kecuali Ggio yang malah asyik bersiul.

Kriik.. kriik...

"W-warna bi-biru…" akhirnya Orihime menyerah pada tatapan semua orang disitu.

"Wow, itulah namanya jodoh," seru Ggio. "Ayo cepat selesaikan."

Aaroniero mendapatkan warna ungu dan Tatsuki mendapatkan warna merah. Ulquiorra dan Ggio sama-sama mendapatkan warna ungu.

Ggio lalu menulis di papan tulis (yang juga) entah didapatkan darimana. Tulisannya:

The First Victim : Tia Harribel & Szayel Apporo Granz

The Second Victim : Aaroniero Aruruerie & Nnoitra Jiruga

The Third Victim : Grimmjow Jeagerjaques & Orihime Inoue

The Fourth Victim : Ulquiorra Schiffer & Ggio Vega

"Victim? Korban?" sahut Nnoitra kasar. "Apa maksudmu dengan menulis kami sebagai korban?"

"Hei, tunggu. Ini kan cuma uji nyali! Kalian nggak akan mati atau apa!" seru Ggio.

"Gi, kenapa setiap musim harus mengadakan yang berbau mistik?" tanya Orihime, mengingat kalau musim dingin yang lalu Ggio pulang berlibur dari Indonesia dan membawa boneka aneh yang katanya bernama Jelangkung. Bonekanya mirip boneka halloween dan dia membawa sesuatu dengan wangi-wangian tidak enak saat dibakar yang katanya bernama kemenyan. Dia menyuruh beberapa anak OSIS yang sedang tugas malam untuk bermain dengan benda itu dibukit belakang sekolah, termasuk dia.

Orihime begidik membayangkan acara itu sampai akhirnya suara teriakan frustasi Grimmjow membangunkannya. Dan baru dia sadar juga ternyata pertanyaannya tidak digubris oleh Ggio.

"WHAT THE FVCK! NGANTAR PULANG, JEMPUT KE TKP DAN NGANTAR PULANG DARI TKP BERDUA? KUBUNUH KAU!"

"Sudahlah terima saja Grimm," kata Syazel menepuk pundak Grimmjow.

Tangan Grimmjow menunjuk Ggio, yang masih bermuka cerah. Namun tidak ada apapun yang diperbuatnya kecuali menggeram kesal dan melirik Orihime.

"Kalau rulenya si Ggio begitu ayo cepat kau pulang," sahutnya menuju ke motor besar yang biasa dia kendarai.

"Ah, aku duluan ya minna-san!" Orihime menyusul Grimmjow dengan sedikit berlari, mengingat kalau langkah cowok biru itu panjang-panjang.

"Ngapain naik motor? Apartemenku kan dekat, Grimmjow-kun," matanya melebar saat Grimmjow memberikan helm (atau meminjamkan, lebih tepatnya) padanya.

"Aku pulang pakai ini. Memangnya aku mau jalan kaki juga ke rumah? I will do it never," gumam Grimmjow tidak jelas. "Ayo cepat naik!" dia menambahkan lagi dengan kasar karena melihat Orihime masih mematung sambil memegang helm.

"Eh, uh, iya deh," mau tidak mau Orihime memakai helm dan naik ke jok motor Grimmjow dengan canggung.

"Mana rumahmu?" tanyanya.

"Rumahku di apartemen dekat sini. Cuma ada satu apartemen disitu, jadi mudah mengenalinya kok."

"Oh," kata Grimmjow, menyalakan motornya. Dia melihat Orihime yang (masih) duduk diujung jok dengan canggung. "Pegangan, onna. Atau aku tidak akan heran kalau kau jatuh dari motorku ini."


Orihime's POV

Apa-apaan sih? Bisa-bisanya cowok itu menyuruhku naik motor besarnya, pegangan pula! Mana sudi aku!

Oke, aku munafik. Aku jelas mau-mau saja naik motornya atau dibonceng, tapi kalau cuma sekolah-apartemen kan tidak perlu se'vulgar' itu. Aku baru mau berpegangan padaya kalau dia kan mengajakku trek trek-an dijalanan Tokyo.

Anyway, aku nggak akan sudi ikut dia trek-trek-an. Karena sudah tentu—

BRRRRRMMMM!

Rasanya permukaan tempat aku meletakkan pantat maju ke depan dengan sangat cepat. Secara insting aku mencari tempat berpegangan—Grimmjow-kun lah objeknya.

"GRIMMJOW-KUN! APA KAU GILA?" teriakku panik.

"SEPERTI YANG KAULIHAT, AKU WARAS!" Grimmjow-kun balik berteriak.

Tidak sampai tiga menit aku berhenti tepat di depan apartemen (tidak tidak, bukan aku yang berhenti, tapi Grimmjow-kun yang menghentikan motor besar menyebalkan itu).

Aku cepat cepat turun.

"Arigato Grimmjow-kun. Lain kali pakai motor balap saja biar lebih cepat sampainya," sindirku memandangnya dengan garang.

Mata itu...

Kenapa masih menjadi misteri?

Dia cuma mengerucutkan bibir. Merasa tak ada urusan apa-apa lagi, aku memutuskan untuk masuk ke apartemenku.

"Hei," dia menyahutiku.

"Apa?" balasku.

Dia menunjuk sesuatu yang baru aku sadar masih bertengger dikepalaku, "Helm."

"Oh. Nih," aku menyerahkan helm itu, dan berbalik lagi.

"Hei," dia menyahutiku lagi. Kali ini apa sih?

"Apa?" balasku lagi dengan galak.

"Jam delapan, nggak pake telat," dia berkata datar.

"Kenapa jam delapan?" protesku karena salah satu acara lawak kesukaanku mulai jam enam sampai jam tujuh. Sekarang jam tiga sore. Aku belum mengantar pakaian ke laundry, membuang sampah, membeli bahan makanan, merapikan koper Bibi dan Paman yang berserakan... Tentu saja tidak ada waktu untuk bersiap-siap.

"Pikirkan jarak Karakura-Yokohama," sindirnya sarkatis. Aku yang kehabisan kata-kata, memutuskan untuk memberinya cemberutan saja dan langsung masuk ke apartemenku.

~Way to Love You~

Wow.

Ini menakjubkan.

Apartemen kecilku yang tadi pagi berantakan, menjadi serapi ini? Dalam pikiranku, apartemen masih dipenuhi oleh tumpukan koper dan kardus-kardus. Bungkus makanan pasti berserakan dimana-mana dan Bibi Rangiku mustahil mau membersihkannya.

"Orihime-chan! Aku, Gin dan Shiro sudah berusaha membersihkan apartemen ini! Bagaimana, sayang?" seru Bibi Rangiku tiba-tiba, membuatku jantungan.

Akh, Bibi mengatakannya dengan tatapan dan nada manja. Membuatku agak tidak enak juga karena hasilnya jauh melebihi harapan—em, harapanku saat aku pulang sekolah hari ini.

Merasa kehabisan kata-kata, aku cuma bisa memeluk Bibi Rangiku dan Paman Gin. Toushiro, Yachiru dan Kenpachi tidak ada—entah pergi ke mana.

"Bibi, Paman. Aku sungguh berterimakasih," kataku pelan.


Normal POV

Rangiku rasanya tidak ingin lama-lama mempertahankan posisi terlalu kekeluargaan ini (?), maka dia melepaskan pelukan Orihime dan berkata dengan semangat, "Ya sudah! Ayo kita makan!"

Toushiro muncul dengan handuk bermotif semangka yang membalut rambut putih warisan ayahnya yang masih basah. Ternyata dia baru saja selesai mandi.

"Mulai besok Toushiro akan menjadi murid Karakura Gakuen secara resmi," sahut Rangiku bangga, yang rupanya tidak diberi respon positif oleh yang bersangkutan karena ujung bibir Toushiro hanya berkedut emosi. Namun dia tidak melawan dan duduk mengambil makanan dengan diam.

"Eeh? Kemana Yachiru-chan dan Kenpachi?" tanya Orihime sedikit khawatir walaupun anak itu pergi bersama Kenpachi yang lumayan 'seram'.

"Yachiru ngebet untuk berjalan-jalan dan dia meminta permen baru. Jadi dari tadi pagi dia dan Kenpachi berjalan-jalan keliling kota," jawab Rangiku.

"Rangiku," bisik Gin pada Rangiku. "Tidak kau berikan oleh-olehnya?"

"Oh iya! Aku lupa! Sebentar ya Orihime-chan," Rangiku masuk ke kamar Orihime dan mengambil kotak perhiasan. Mengeluarkan liontin yang sangat indah, liontin bulat telur yang terbuat dari kristal, dan bertatahkan batu sapphire berwarna biru langit.

Mata Orihime melebar saat melihat liontin itu.

Rangiku memberikan liontin itu pada keponakannya, yang jelas langsung merasa sungkan.

"Ti-tidak usah," dia mendesah tidak enak.

Tapi Rangiku, yang tidak menganggap aksi penolakan Orihime langsung memakaikan liontin itu padanya.

"Ini, adalah Couple Pendant. Hanya ada tujuh Couple Pendant asli di dunia, dan setiap Couple pendant dihiasi batu mulia yang berbeda," Gin menjelaskan sambil meminum tehnya. "Ruby, Topaz, Spinel, Diamond, Emerald, dan Sapphire" dia menunjuk liontin yang melekat di leher Orihime.

"C-couple? Pasangan?" sekali lagi mata Orihime melebar. "Maksudnya liontin ini punya pasangan?"

Rangiku mengedikkan matanya dengan genit.

"Yes! That's right! Dan pemilik pasangan liontin ini," dia mengelus liontin itu. "Mitosnya jodoh!"

Orang pertama yang ada di pikiran Orihime adalah Ichigo. Bagaimana kalau Ichigo punya pasangan liontin ini?

Tapi rasanya pikirannya terlalu mustahil. Orihime mengamati liontin itu sesaat, dan baru dia sadari kalau ada huruf-huru yang terpisah di bibir liontin itu.

"e a s z p s v s l vr s co rir o t c ur…" dia mengeja pelan, lalu menunjukkan huruf-huruf itu pada Paman dan Bibinya, namun tidak ada tanda-tanda keterkejutan sama sekali pada keduanya.

"Itu akan menjadi kalimat kalau disatukan dengan liontin pasanganmu. Oh iya. Setiap liontin punya kata-kata yang ditulis juga dalam bahasa yang berbeda," sekali lagi Gin yang mengambil alih menjelaskan.

"Kalau aku boleh tahu, Paman," dia mengelus batu sapphire liontinnya, "liontin ini kapan dibuatnya?"

Senyum Gin melebar, "Tahun 1341. Dibuat oleh ahli perhiasan terkenal di Yunani, tapi aku lupa namanya siapa."

Tangan Orihime berhenti mengelus sapphire yang menghiasi liontin itu.

"Umurnya… sudah hamper tujuh ratus tahun? Oh tidak Paman. Ini benda sejarah," dia memberikan liontin itu lagi pada Gin.

"Ini adalah benda bersejarah yang bebas diperjualbelikan," kata Gin lagi. "Ketujuh pasang liontin ini sudah tersebar di seluruh dunia, dan hamper mustahil para arkeolog untuk menemukannya. Kepemilikan liontin ini selalu berpindah-pindah. Sampai salah satunya jatuh ke tanganmu."

Dia mengalungkan liontin itu ke leher Orihime lagi.

Sapphire… Orihime hanya mengamati batu itu.

Rasanya… Aku pernah melihat warna yang sama di suatu tempat…

Biru langit…

Sora…

.

.

"Orihime, kenapa dengan rambutmu?"

Sora…

"Orihime, ayo kita makan!"

Sora…

"Kau tahu Orihime? Kakak sangat menyayangimu…"

Sora nii-chan…

"Ini hadiah dari kakak… Mungkin tidak terlalu bagus…"

Sora…

"Tetaplah tersenyum, Orihime…"

Sora…

Grimmjow-kun…

Di matanya…

Ada sora di matanya…

.

To Be Continued


Ah.. lega.. Akrhirnya bisa update juga x9 Mumpung Hime dikasih kesempatan ngenet, Hime ngotot harus update.

Jadinya gini deh... Ancur ya? (SFX: Bangeeet!)

Sembilan Review di Chapter 4 akan segera ditanggapi!

Langsung aja... Review Responses...

Charl Louisser : Iya! Hime lagi addict sama Twilight Saga... terutama Breaking Dawn... xP

ayano646cweety : Waah... kalau dikasihtau sekarang kan nggak seru... just read the nesxt chapter, Ayano-san! ^.^

ruki4062jo : Oke deh, sekarang Hime tambahin deskripsinya :P kalau masih ada yang kurang dikritik aja ya Ruki-san xD

hina-chan : Hina-chaaaan... Hime kangeeeeen... *meluk Hina-chan* Udah Hime update ini, silahkan dibaca.. :P

Shuei samehachi : Wa.. tumpengan! Minta tumpengnya buat buka puasa! x9 *lari ke rumah Shuei-san*

aRaRaNcHa : Padahal Hime ngawur aja masukin Ken-chan, taunya diperhatiin :PP Udpate? Update ya? Udah Hime update xP

Pretty Cute-Hime : Iyup! Ini update dari Hime!

Lucia d' Neko-Kyuuketsuki : Yah, ffn lagi error kali tuh :P Ini updatenya.. xD

Sader 'Ichi' Safer : GinMatsu special buatmu kok Sader! xP Bukannya kita udah punya proyek Grimmhime slight Ichiruki? xP

.

.

Oh iya, Hime mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan untuk yang melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan! ^.^


Akhir kata, Hime selaku author meminta maaf kalau ada salah dalam fanfic Hime.

Dan Hime mohon review-nya, agar Hime bisa buat fanfic ini jadi lebih baik.