Ohayou, konichiwa, konbawa minna! Kali ini Blue hadir dengan fict baru dengan rate M! Sebenarnya, Blue menerima banyak flame dari fict Gomenasai.. *pundung*. Tapi, itu tidak membuat Blue patah semangat. Justru flame seperti itu yang membuat Blue tertantang bahwa Blue bisa membuat fict yang lebih bagus dari fict sebelumnya. Nah, kali ini Blue mau buat ceritanya bersambung. Dan, lemonnya hanya sedikit di sini. Mungkin ada di chapter 1 atau 2. Dan, lemonnya Implisit seperti yang dikatakan Light-chan. My imotou! *meluk-meluk Light*, yaaa walau Blue akui Light-chan masih lebih senior daripada Blue. Hehehehe. Tapi, berkat dia Blue punya inspirasi buat fict ini.

Blue juga ga pandai-pandai banget bikin rate M mengingat umur Blue yang masih sangat muda. Maka dari itu, lemon di sini Implisit. Langsung di baca aja ya! (kalau mau.. hehehe)

Summary: Naruto yang dulu memandang Hinata biasa saja, mengapa menjadi sangat menginginkannya? Ada apa dengan pria blonde itu?

Disclaimer: My sweety uncle! Om Kishi!

Enjoy it!


I Want You

Sinar hangat menerobos masuk jendela kaca apartemen Naruto. Bocah kyuubi ini masih tertidur pulas di atas kasurnya yang empuk penuh dengan air liurnya. 5 menit kemudian, matanya mengerjap-ngerjap silau terkena mentari pagi yang berkilau.

"Hoooaaahh… Sudah pagi ya. Hmm.." gumam Naruto dalam keadaan setengah sadar.

Langkahnya gradak-gruduk, alhasil dahi dan kepalanya tak luput dari tembok dan pintu. Membuatnya merintih panjang dan mencak-mencak karena kepalanya menghasilkan 1 benjol besar. 20 menit kemudian, Naruto sudah rapi dengan pakaian sehari-harinya dan tak lupa ikat kepalanya yang langsung di sambarnya. Hari ini tak misi, Naruto berniat ingin latihan saja. Di tempat seperti biasa.

"Ternyata, hutan segar sekali kalau pagi-pagi aromanya.. Hmm.. sejuk.." gumam Naruto saat berjalan menuju tempat latihannya.

Sesampainya di sana, Naruto mendengar teriakan kecil dari arah selatan. Karena penasaran, Naruto mencari asal suara itu. Tampak, seseorang sedang memukul-mukul batang kayu.

"Ha! Ha! Hiaaaaa! Hap!"

"Hinata? Sedang apa dia di sini?" kata Naruto. Menatap Hinata yang tengah berlatih di tengah lapangan yang panas.

Wajah dan dahinya penuh keringat. Nafasnya naik turun berirama, menandakan bahwa gadis itu mengatur nafasnya agar tidak tersengal-sengal. Tatapan matanya tajam menatap batang kayu yang di anggap adalah lawannya. Pukulannya mampu membuat batang kayu itu sedikit patah. Namun, hanya ada sesuatu yang membuat Naruto tercengang tak berhenti menatap Hinata.

Tubuh mungil Hinata tidak di balut dengan jaket ungunya. Hinata sengaja melepaskan jaketnya dan hanya menggunakan fishnet agar bisa bergerak lebih mudah dan tidak menganggu latihannya. Seringkali ketika berlatih sendirian, Hinata membuka jaketnya tanpa ada rasa malu. Karena, bila Hinata membuka jaket saat berlatih dengan teamnya, ia takut Shino dan Kiba akan tergoda oleh tubuhnya dan itu membuat gadis Hyuuga ini malu dan takut. Dan, itu membuat Naruto blushing dan menelan ludah. Baru kali ini Naruto melihat 'tubuh asli' Hinata. Dadanya begitu besar, cukup membuat Naruto mimisan dan membuat kejantanannya berdiri tegak. Di tambah lagi parasnya yang anggun dan manis.

"Yo, Naruto! Sedang apa kau?" sapa Kiba membuat Naruto terkejut setengah mati.

"Apa-apaan kau, Kiba? Membuat kaget saja!" omel Naruto

"Begitu saja kaget. Serius sekali memperhatikan Hinata." Goda Kiba membuat wajah Naruto memerah.

"A-apa sih?"

"Ngomong-ngomong, Hinata sexy juga ya." ujar Kiba memperhatikan Hinata.

"Iya…" sahut Naruto tanpa sadar. Keringat sudah keluar dari kepalanya, tak mampu mencerna baik kata-kata Kiba.

"Gara-gara itu, celanamu jadi kelihatan sempit ya, Naruto." cengir Kiba iseng. Naruto melihat celananya dan dilihatnya kepunyaannya sudah berdiri memenuhi celananya.

"ARRGHH! T-tidak! Kau jangan mikir yang aneh-aneh! A-aku cuma.."

"Horny? Gara-gara melihat dada Hinata yang besar itu? Atau, melihat bukit kecil yang ada di balik celana birunya itu?" kata Kiba membuat Naruto semakin mengigit bibir bawahnya menahan sesuatu.

"Sialan kau, Kiba!" teriak Naruto lalu melesat pergi memegangi selangkangannya. Kiba tertawa ngakak. Hinata yang sedang asyik berlatih, agak terkejut mendengar teriakan Naruto.

"Apa itu?" gumam Hinata. Tidak peduli, ia meneruskan latihannya. Kini, tinggal Kiba yang sedang memperhatikan Hinata dengan air liur yang terus menetes dan tangannya sibuk meraba-raba selangkangannya.

Naruto menyeka keringatnya begitu keluar dari kamar mandi. Gara-gara ucapan Kiba, Naruto jadi lari terbirit-birit menuju apartemennya dan langsung masuk ke kamar mandi melakukan ritual yang biasa dia lakukan.

0o0o0o0o0o0o0

"Dasar Kiba kurang ajar. Awas saja, akan kubalas nanti. Niatku ingin latihan jadi batal. Tapi.. Bukan gara-gara Kiba juga sih. Habis, Hinata membuatku ingin saja." ujar Naruto merebahkan diri ke kasur. Menerawang langit-langit kamarnya.

Membayangkan tubuh Hinata yang sempat terekam di otak mesumnya itu. Kulitnya yang putih, dada yang besar, wajahnya yang manis, jenjang kakinya yang indah. Mengingat itu Naruto lagi-lagi menelan ludah. Tak pernah ada seorang pun gadis Konoha yang bisa membuatnya menelan ludah seperti ini. Bahkan, kalau boleh jujur Naruto sesungguhnya tidak tertarik dengan body Sakura walau dulu dia menyukai gadis pink itu. Berbagai gambaran tentang Hinata mulai berseliweran di kepala Naruto. Mengkhayal kan Naruto dan Hinata sedang 'melakukan sesuatu' sampai Naruto tak sadar bahwa wajahnya sudah memerah, hidungnya mengeluarkan banyak darah dan air liurnya tumpah.

DUK!

"Wadaw! Sakit! Siapa sih?" sentak Naruto kesal. Dilihatnya sebuah buku yang menghantam kepalanya dengan keras. Dicarinya pemilik buku laknat yang sudah menganggu kesenangannya.

"Hay Naruto!"

"E.. ero-sennin? Kenapa kau ada di sini?" tanya Naruto dengan nada sedikit membentak.

"Memang kenapa? Aku hanya kebetulan lewat dan mampir ke apartemenmu. Ternyata, aku menemukan seorang pria yang sedang tersenyum-senyum sendiri dengan wajah memerah, hidung penuh darah dan air liur yang tumpah." sindir Jiraiya. Naruto buru-buru mengelap darah dan air liur yang menempel pada wajahnya.

"Hahahay! Ternyata kau sudah dewasa ya, Naruto. Sudah bisa membayangkan hal-hal seperti itu. Siapa gadis yang sedang kau bayangkan tadi?" tanya Jiraiya menggebu-gebu.

"Ti-tidak ada! A-apa sih maksudmu, aku tidak membayangkan siapapun!" bela Naruto.

"Umurku sudah 50 tahun. Dan aku juga pernah muda. Sikapmu yang seperti itu menandakan bahwa kau sudah siap untuk melakukan seks." kata Jiraiya membuat dahi Naruto berkerut.

"Seks?"

"Iya. Tahu tidak?" Naruto menggeleng. Jiraiya menghela nafas.

"Begini ya Naruto. Kalau kau membayangkan tubuh seorang gadis yang kau inginkan, dan ketika kau membayangkan itu kepunyaanmu berdiri itu menandakan bahwa kau seseorang yang cukup bergairah. Mempunyai nafsu seks yang besar dan gairah yang mantap. Tapi, yang membuatku penasaran siapa gadis yang bisa membuat kau bergairah seperti itu? Kalau Sakura, kurasa tidak mungkin. Jadi siapa?" tanya Jiraiya sekali lagi. Naruto menahan malu, kalau dia beritahu pasti diledek habis-habisan oleh Jiraiya. Terlebih lagi kalau diberitahu, nanti dia menjadikan Hinata inspirasi untuk novel mesumnya itu.

"Ah, berisik! Aku mau mandi!" ucap Naruto menyambar handuk lalu masuk ke kamar mandi.

"Hati-hati ya. Nanti punyamu tiba-tiba bisa berdiri sendiri tanpa kau suruh. Hihihi.." tawa Jiraiya menggoda Naruto. Wajah Naruto memerah drastis.

Air panas yang keluar dari pancuran menjadi rintik-rintik hujan itu menghasilkan sedikit uap hangat. Cowok blonde yang tengah berada di bawahnya terlihat menikmati titik-titik air yang menghujam tubuhnya dengan lembut dan segar. Ia memejamkan matanya seperti memikirkan sesuatu yang sedang akan dilakukannya. Tak lama, ia membuka matanya cepat lalu sebuah seringai senyum misterius namun sedikit mesum terpampang di wajahnya.

"Fuaah.. Lelah sekali. Keasyikan latihan sampai tak sadar kalau sudah sore. Sudah mulai gelap. Lebih baik aku mandi." ujar Hinata menyambar handuk putih.

Kaki jenjang Hinata memasuki kamar mandi yang dominan berwarna biru langit dan putih susu. Perlahan, gadis byakugan ini menyalakan keran di bathtub. Lalu, ia menuangkan sabun ke dalam kolam air itu agar berbusa dan bisa untuk membersihkan tubuhnya dari debu dan keringat yang menempel pada kulitnya yang bersih itu. Dilepasnya pakaiannya dan berendam di dalam bathtub. Tanpa sepengtahuan Hinata, seseorang tengah mengintipnya dari atas genting menggunakan teropong. Sesekali orang itu menelan ludah melihat dada Hinata yang besar menjulang di antara busa-busa putih itu.

"Hoo.. Jadi gadis Hyuuga itu yang membuatmu selalu mimisan setiap malam ya, Naruto?" kata Jiraiya tiba-tiba ada di belakang Naruto yang membuat Naruto terjungkal ke belakang saking kagetnya.

"E-e-ero- sennin! K-kau mengikutiku ya?" tanya Naruto kesal. Disembunyikannya teropong jarak jauh sebagai alat bukti.

"Habis aku penasaran dengan wanita yang membuatmu tergila-gila seperti itu. Ternyata, Hyuuga Hinata ya. Hehehehe, wah dia sedang mandi." ujar Jiraiya dengan wajah mesumnya.

"Eeeh? Apa-apaan kau? Pergi! Pergi! Jangan jadikan dia bahan untuk novel mesummu itu!" usir Naruto.

"Dasar pelit. Pantas saja kau tidak bisa tidur berhari-hari. Rupanya yang mengkhayal tentang Hinata. Tidak usah heran. Gadis yang mempunyai tubuh ideal impian semua wanita ada pada dirinya. Dadanya yang padat dan menjulang besar, kulitnya yang putih nan mulus, pahanya yang empuk nan ranum, daaan.."

"Stop! Stop! Kenapa kau bisa tahu detail tentang Hinata?" potong Naruto sebelum Jiraiya melanjutkan perkataannya.

"Karena, setiap kali dia mandi aku selalu berada di sini. Hehehehe.." cengir Jiraiya tanpa dosa.

"Apa? Jadi, selama ini kau suka mengintip Hinata ya? Dasar curang!" bentak Naruto dengan suara gaduh. Hinata yang tengah mengusap lengannya dengan busa terkejut.

"Suara apa itu?" gumam Hinata menatap langit-langit kamar mandi. Tak peduli, ia melanjutkan mandinya. Sesaat kemudian, 2 orang mesum yang berada di atap kamar Hinata mengintip kembali.

"Jangan berisik! Hampir saja kita ketahuan! Apa kamu mau menjadi daging cincang oleh Hyuuga Hiashi?" kata Jiraiya melepaskan Naruto yang ia bekap mulutnya.

"Kau menyebalkan. Sudah ah, aku mau pulang." ujar Naruto beranjak pergi. Karena ada Jiraiya merusak acaranya, dia tidak mau mengintip bersama Jiraiya karena pasti Jiraiya akan pingsan dengan hidung penuh darah.

"Fuuuh.. Segar sekali mandi sesudah latihan." ucap Hinata membalut rambut birunya yang masih basah itu, lalu membalut tubuh indahnya dengan handuk.

Melangkah keluar dari kamar mandi dan menuju lemari pakaian. Sebelum mengambil salah satu pakaian yang akan dikenakannya, mata Hinata tertuju pada sebuah bingkai foto yang terpampang sebuah gambar pria berambut kuning jabrik sedang tersenyum 3 jari dengan semangat. Wajah Hinata sedikit memerah saat melihatnya, karena mata Naruto seperti tertuju padanya mengetahui bahwa dirinya hanya memakai sehelai handuk.

"Naruto-kun.. Kau tetap manis dalam foto seperti itu." kata Hinata tertawa kecil malu sendiri.

0o0o0o0o0o0o0

"Hinata.. Kau benar-benar membuatku gila! Aku tak menyangka kau mempunyai tubuh sebagus itu. Wajahmu manis, tubuhmu indah, matamu anggun, senyumanmu menyenangkan, hatimu baik luar biasa. Kenapa tidak dari dulu saja ya aku menyukaimu? Dasar bodoh.." kata Naruto ngedumal sendiri menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Hari sudah mulai gelap. Matahari pun sudah berhenti dari pekerjaannya yang selalu menyinari bumi.

Naruto masih tidak beranjak dari posisinya. Gadis bernama Hyuuga Hinata itu benar-benar menghipnotisnya. Padahal, dulu Naruto menganggap Hinata itu biasa saja. Tak ada yang special. Dan Hinata berusaha mati-matian untuk mencari perhatian Naruto. Baru sekarang, Naruto terpana dengan kecantikan Hinata yang alami tanpa ada polesan apapun.

"Hinata.. Mungkinkah aku menginginkanmu? Aku ingin kamu.. Hinata.. Aku ingin sentuhanmu.. Belaianmu yang lembut.. Kecupanmu yang hangat.. Kau benar-benar sudah membuatku gila. Arrrgghhh! Hinata!" raung Naruto menyembunyikan wajahnya di bawah bantal karena malu.

"Eh? Eh? Arrgh, ini kan belum malam! Kenapa sudah berdiri sih?" omel Naruto saat merasakan 'rudalnya' berdiri tegak membuat sempit celana yang dikenakannya.

"Hhh.. Ini pasti gara-gara Hinata. Gadis itu sudah membuatku bereaksi dari awalnya. Padahal ini belum malam. Dasar.." gumam Naruto tersenyum-senyum sendiri sambil membuka celananya dan bersiap melakukan 'ritual' malamnya.

0o0o0o0o0o0o0

Pagi telah datang kembali. Sedangkan Naruto masih saja tertidur pulas di atas kasurnya dengan celana yang sedikit basah. Mengingat bahwa hari ini pun tak ada misi, Naruto melanjutkan tidurnya. Gara-gara Kakashi dan Anko baru menikah sebulan yang lalu, dan sekarang pasutri itu sedang berbulan madu ke Indonesia, jadi Team Kakashi tak ada misi.

Tok.. tok.. tok..

Seseorang mengetuk pintu apartemen Naruto. Membuat sang penghuni rumah merasa terganggu dan kesal.

"Siapa sih? Pagi-pagi sudah mengetuk pintu rumah orang!" gerutu Naruto sambil mengucek matanya. Dipakainya jaket dan celana oranye seperti biasanya. Rambutnya masih acak-acakkan tak sempat ia rapikan..

"O-ohayou gozaimasu, Naruto-kun.." sapa seorang gadis manis yang muncul di ambang pintu begitu Naruto membukakan pintu. Spontan, Naruto langsung membuka matanya lebar-lebar mengetahui siapa yang ada di depannya.

"Hi-Hi-Hinata?" seru Naruto sangat terkejut. Hinata menaikkan alisnya ketika Naruto berbicara gagap seperti dirinya. Apa ia ingin meniru cara bicara Hinata?

"Ehm.. Go-gomen Naruto-kun, sudah menganggumu pagi-pagi. A-aku hanya mau mengantarkan sarapan untukmu.." kata Hinata menyerahkan sekotak bento kepada Naruto dengan wajah menunduk malu.

"Arigatou Hinata! Bagaimana kalau kau masuk dulu?"

"B-bolehkah?" Naruto mengangguk lalu menyengir lebar.

"Tapi, maaf ya. Berantakan. Hehehehehehe.." ucap Naruto mempersilahkan masuk. Naruto menuju dapurnya untuk menaruh bento yang tadi diberikan oleh Hinata.

Hinata melihat seisi apartemen Naruto. Meja yang penuh dengan kulit kacang, sprei tempat tidur yang sangat berantakan, jendela berdebu dimana-mana, lantai kamar Naruto penuh dengan ramen instant. Apa Naruto benar-benar tak punya waktu untuk membereskan semua ini? Hinata hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum kecil melihat rumah orang yang disukainya seperti kapal pecah. Mula-mula, ia rapikan kamar Naruto. Membetulkan sprei, membuang semua ramen instant, menata kembali barang-barang yang tak ada di tempatnya.

"Hinata. Apa kamu mau…" kata-kata Naruto terhenti sejenak saat melihat Hinata sedang sibuk membereskan kamarnya. Matahari pagi yang baru saja bangun menyinari wajah Hinata yang putih. Terlihat sangat menawan dan anggun.

Naruto melihat Hinata dari arah samping. Sehingga, ia bisa melihat dengan jelas bentuk dada Hinata. Begitu padat dan besar. Padahal tubuhnya langsing dan proposional. Naruto menelan ludah. Dengan langkah perlahan, ia masuk ke kamarnya. Pelan-pelan, ia kunci pintu kamarnya agar Hinata tak mendengar.

GLEK….

"Eh, oh.. Na-Naruto-kun.. A-aku hanya membereskan kamarmu saja.. K-karena tadi agak berantakan.. Ti-tidak apa-apa kan?" kata Hinata terkejut saat Naruto berada di depan pintu.

"Hinata.. Aku…" Naruto menelan ludah ragu. Hinata menatapnya dengan heran.

"Ke-kenapa Naruto-kun?"

"Aku.. Ingin kau.." kata Naruto dengan nada yang pelan namun dapat di dengar Hinata.

"M-maksudmu?"

Naruto menyeringai. Hinata bergidik ngeri. Setan dalam diri Naruto pun bangun dan mulai menguasai diri Naruto..

.

.

.

.

TBC...


Gomen ya readers, kalau ini masih short. Kalau chapter pertama Blue emang suka bikin short.. Hehehehe.. Kan, di bilangin Blue ga pandai bikin rate M.. Dan juga, dlihat-lihat ini kok jadi mirip Gomenasai ya? Wahahahahaha, Blue emang ambil sedikit dari sekuel Gomenasai.. Ga apa-apa kan? Review please.. *putus asa*