Yup, aku mau cepet-cepet untuk mengerjakan request yang datang. Soalnya kalau gak cepat, aku takut ntar ke sananya malah tambah males. Mana aku lagi terserang 'penyakit' menyebalkan itu (==')

Yah, fic ini hanya threeshot atau paling lama juga fiveshot hehe. Di sini, Sasuke 18 tahun, Sakura 19 tahun, dan Itachi 20 tahun, jangan sampai lupa yaaa. This fic special request by Ka Hime Shiseiten & NAND225

Happy reading~ XD


Disclaimer : Always Masashi Kishimoto..

Warning : OOC, AU, (lemon after)

Pairing : ItaSaku, SasuSaku

Genre : Romance/Angst

Don't like? Don't be a fool flamer, just get outta here!

'

.

FOR MY OTOUTO


CHAPTER 1 : MY LOVE FOR YOU

Sebelumnya, perkenalkan aku Itachi Uchiha. Anak sulung dari keluarga Fugaku Uchiha, ayahku dan Mikoto Uchiha, ibuku. Aku mempunyai adik semata wayang bernama Sasuke Uchiha. Dia.. kuakui saja, dia adalah laki-laki yang tampan dan terkesan cool. Yah, walau masih banyak juga yang bilang kalau tampangku tidak kalah darinya, aku tetap tidak peduli. Entah kenapa, aku tidak pernah merasa ingin menang dari adikku itu. Bagiku, adikku itu selalu yang pertama.

"Kak Itachi, kau dapat surat cinta lagi nih," panggil Sasuke yang baru saja pulang sekolah. Saat ini dia masih duduk di kelas XII SMA Konoha. Sedangkan aku? Aku sudah menjadi direktur muda di perusahaan kami, menggantikan ayahku yang sudah pensiun. Dan seperti biasa, setiap pulang sekolah Sasuke pasti memberiku oleh-oleh surat cinta dari beberapa teman ceweknya.

"Hn, terima kasih," jawabku sambil menerima surat itu dan melemparnya asal di atas meja kerjaku, lalu aku menyeringai menatap Sasuke, "Kau sendiri? Masa' tidak dapat surat cinta juga?" tanyaku bercanda. Sasuke mendengus pelan.

"Huh, hari ini aku dapat 3 dan sudah kubuang semua," jawabnya cuek. Aku hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalaku pelan.

"Dasar, dan kau tidak memberi mereka jawaban?" tanyaku basa-basi, sebenarnya aku sudah tahu jawabannya. Tapi setidaknya ini untuk menghilangkan kebosananku setelah bekerja seharian penuh, yaitu bercanda dengan adikku.

"Hn, ngapain? Merepotkan," jawab Sasuke dingin, lalu dia membanting dirinya sendiri di atas sofa. Aku mendengus kecil. Sebenarnya adikku ini sangat mengkhawatirkan, aku tidak pernah mendengar kabar bahwa dia pacaran atau setidaknya menanggapi cewek barang sekali saja. Yah, aku tahu aku tidak punya hak untuk bicara begitu, karena aku juga sama. Tapi kan.. yah pokoknya adikku yang pertama.

"Sepertinya tidak ada salahnya kalau sesekali kau mencari cewek, Sasuke," usulku akhirnya. Sasuke menatapku dengan tatapan mengejek.

"Lebih baik urus diri sendiri dulu baru orang lain," balas Sasuke sambil menjulurkan lidahnya. Uuuh, aku merasa seperti tertusuk kena sasaran.

"Ya ya deh," cibirku dan aku kembali membuka buku-buku kerjaku. Kudengar Sasuke bangkit dari sofa dan menghampiriku dari belakang, dia memperhatikan kertas-kertas yang berisi tulisan bagai tidak pernah habis.

"Wow, ini semua kau kerjakan sendiri?" tanya Sasuke. Aku mengangguk saja. "Tidak capek?" tanya Sasuke lagi, aku mengangkat bahu lalu berbalik dan menatapnya.

"Menurutmu bagaimana?" tanyaku sambil tersenyum pada Sasuke di hadapanku yang menatapku dari bawah sampai atas.

"Pasti capek," jawab Sasuke menyimpulkan. Aku terkekeh kecil sambil kembali berbalik.

"Apa kau tidak punya orang yang membantumu? Seperti sekretaris misalnya?" tanya Sasuke sambil memegang penyangga tempatku duduk. Aku menggeleng.

"Tidak punya, tapi tousan bilang besok dia akan membawakan sekretaris untukku," jawabku. Sasuke ber'oh' ria.

"Kira-kira seperti apa sekretarisnya? Apa seperti tetangga kita? Ibu-ibu gendut itu? Hahahaha," tawa Sasuke meledak. Sepertinya dia habis membayangkan tetangga kami, ibu-ibu gendut penjual make up. Haaahh, dasar..

"Ya nggaklah," jawabku sambil terkekeh, "Akan lebih baik kalau mempunyai sekretaris yang seksi bukan?" candaku, tawa Sasuke meledak.

"Hahahaha sudahlah, kau bukan tipe yang menyukai cewek seksi. Aku tahu kau itu penyuka cewek tipe baik-baik," ejek Sasuke. Aku memutar bola mataku bosan, mulai deh. Sasuke memang paling tahu kalau aku kaku dalam membicarakan masalah perempuan idaman. Dasar, sendirinya juga sama saja kok.

Kami terus bercanda. Dan gara-gara itu, aku jadi tidak bisa menyelesaikan tugas kerjaku. Ah sial, gara-gara Sasuke aku harus kerja lembur lagi...

.

.

.

Keesokan harinya..

Aku terus berkutat dengan komputer dan map kerja milikku. Jari-jari tanganku bergerak lincah, menari di atas keyboard seolah tidak bisa berhenti. Aku benar-benar sibuk hari ini, karena akan ada klien besar yang datang. Dan kali ini aku benar-benar berharap tousan menepati janji secepatnya membawa sekretaris baru untukku.

TOK TOK

"Masuk," ujarku mendengar pintu ruang kerjaku diketuk. Kulihat tousan masuk, tapi bukan itu yang menarik perhatianku. Melainkan seorang gadis berambut merah muda yang berjalan gugup di belakang tousan. Aku menatap mata hijau emeraldnya dalam-dalam, dan dari gerakannya aku bisa tahu dia menelan ludah karena bertatapan denganku.

"Itachi, ini sekretaris baru yang kujanjikan padamu," gumam tousan padaku. Tapi aku hanya mendengar suaranya saja, pandanganku sibuk mengamati gadis itu.

"Dia Sakura Haruno, dia bilang ini adalah pekerjaan pertamanya. Tapi melihat prestasinya aku yakin dia pasti bisa membantumu," lanjut tousan lagi. Aku hanya ber'hn' ria menanggapinya. Lalu gadis yang kudengar bernama Sakura itu maju satu langkah dan membungkuk di depanku.

"Sa.. Saya Sakura Haruno, saya akan berusaha keras karena ini pekerjaan pertama saya, saya tidak akan mengecewakan anda, saya akan menjalankah perintah anda dengan baik, saya—"

"Sudah cukup, Sakura," potong tousanku pada saat penjelasannya tapi..

"...Saya tahu saya bukan orang berpengalaman dan biasa saja, tapi saya akan tetap berusaha. Karena saya yakin orang berusaha—"

"Sakura, sudah cukup!" potong tousanku lagi dengan geram. Aku menunduk, menahan tawa melihat tingkah gadis bernama Sakura itu. Dia lucu juga, sepertinya dia akan menjadi sekretaris yang tidak membosankan.

"Go.. Gomen, saya—"

"Yak, sudah cukup! Tidak usah diteruskan, aku terima permintaan maafmu. Tapi tolong bantu anakku dengan rajin ya," seru tousan yang terlihat kewalahan menghadapi Sakura. Aku tidak bisa menahan tawa lagi, aku pun tertawa kecil sambil menunduk. Hebat juga, sekretaris baru tanpa pengalaman langsung membuat tousan kewalahan seketika.

Beberapa saat kemudian, tousan pun keluar dari ruanganku. Sakura kini berdiri kaku di hadapanku. Entah kebetulan atau tidak, aku sempat melihat keringat dingin mengalir di pelipisnya. Segitu tegangkah jika berhadapan denganku? Aku mengamatinya dari bawah ke atas, lalu berdehem. Sepertinya itu membuatnya semakin grogi.

"Kau bisa duduk Sakura," gumamku mempersilahkannya. Sakura mengangguk canggung, lalu dia menarik kursi untuk duduk di depanku.

Aku mengamatinya dalam diam. Awalnya dia menatapku dengan mata hijau emerald miliknya tapi dia langsung menunduk saat aku menatapnya kembali dengan mata onyxku. Entah kenapa, gadis ini sangat menarik perhatianku. Rambut merah mudanya yang jatuh di samping wajahnya, mata hijau emerald miliknya, wajahnya yang bersih, tubuh proporsional, begitu pula kulit cerah berwarna putih bersih miliknya. Dan tentu saja, tingkah polosnya tadi cukup menambah nilai untukku. Sebab, kuakui saja ini pertama kalinya aku bisa tertawa karena seorang perempuan selain kaasanku. Aku tersenyum menatapnya. Aku.. ingin mengenalnya lebih jauh.

"Jadi.. berapa umurmu?" tanyaku langsung sambil membereskan tumpukan kertas di sampingku. Sakura menjawabnya dengan gelagapan.

"Se.. Sembilan belas, Itachi-sama!" jawabnya cepat. He? Setahun lebih muda dariku rupanya.

"Begitu, kau kuliah?" tanyaku lagi. Sakura terdiam, lalu mengangguk.

"Tapi.. agak tersendat, karena uangku tidak mencukupi membayar biayanya," jawabnya sambil menggaruk pipinya. Aku mengangguk mengerti, memang rata-rata yang kerja di perusahaan kami juga orang seperti dia.

"Ngg, anu.. apa saya bisa mulai kerja sekarang? Apa yang harus saya lakukan?" tanya Sakura tiba-tiba. Aku terbengong melihatnya, aneh. Biasanya bos yang memberi kerjaan pada anak buahnya kan? Tapi kenapa ini anak buah yang meminta kerjaan dari bos?

"Kau.. semangat sekali," gumamku. Sakura tersenyum manis dan mengangguk.

"Iya, Fugaku-sama bilang kalau aku rajin dan bersemangat dalam kerja, kedudukanku bisa saja dinaikkan atau paling tidak gajiku dinaikkan," jelas Sakura dengan semangat. Sial, aku tidak tahan lagi. Aku tertawa sejadinya.

"Eh eh? Apa yang lucu Itachi-sama?" tanya Sakura. Wajahnya sudah semerah tomat sekarang.

"Hahahahaha, ti.. tidak. Hanya saja kau lucu sekali, kedudukan dinaikkan atau gaji dinaikkan itu sama saja tahu!" jawabku blak-blakan. Hei, ini pertama kalinya aku bicara blak-blakan selain dengan keluargaku. Sedangkan Sakura langsung blushing melihatku.

"A.. A, maa.. maaf. Saya terlalu bersemangat," jawab Sakura sambil membungkuk hormat padaku. Aku mengangguk setelah tawaku mulai mereda.

"Hnn, ya sudah. Hm, aku haus jadi bisa tolong ambilkan segelas kopi panas di dapur?" pintaku. Sakura mengangguk cepat, dan baru saja Sakura berbalik, seseorang membuka pintu ruang kerjaku tanpa permisi.

"Kak Itachi, aku—siapa kamu?" tanya Sasuke yang tiba-tiba muncul di depan Sakura, sepertinya dia baru pulang sekolah. Dia mengamati Sakura dari bawah sampai atas, sama seperti yang aku lakukan sebelumnya.

"Dia sekretaris baruku itu Sasuke, namanya Sakura Haruno," jawabku sambil berdiri di samping Sakura. Tapi Sasuke tidak menanggapiku, entahlah sepertinya dia sibuk memperhatikan Sakura dalam diam.

"A.. Maaf, saya permisi dulu mau mengambil kopi panas," izin Sakura. Aku mengangguk, dan dia langsung berlari ke luar. Aku mendengus menahan tawa melihatnya, sedangkan Sasuke masih saja terpaku di tempatnya berdiri.

"Sasuke? Kau kenapa?" tanyaku sambil mendekatinya. Seperti tersadar dari lamunannya, Sasuke tersentak kaget dan menatapku seperti orang bingung.

"Tidak.. aku tidak apa, hei kak Itachi apa hari ini kau lembur lagi?" pernyataan Sasuke langsung membuatku teringat kembali. Aaaargh, pekerjaanku yang kemaren kan belum selesaaai!

"Waduuuh, mati aku! Ini harus selesai besok, sedangkan kertasnya masih banyak! Sasuke, maaf sepertinya aku tidak bisa janji kalau aku tidak akan lembur hari ini," jelasku pada Sasuke. Aku langsung kembali mengutak-ngatik komputer dan map kerja yang tadi terlupakan. Saat itulah, Sakura kembali datang membawa kopi panas.

"Itachi-sama, ini—"

"Nah, kebetulan! Sakura, tolong bantu aku mengecap kertas ini dan isi kolom ini seperti ini," gumamku cepat. Sakura mengangguk mengerti dan langsung bekerja. Kami berdua sibuk dalam pekerjaan masing-masing. Sedangkan Sasuke terlihat menunggu di pojok.

.

.

.

Malamnya..

"Huuf, untung keburu ya," gumamku sambil membereskan meja kerjaku dibantu Sakura. Keadaan kami benar-benar berantakan saking terburu-burunya. Apalagi aku yang sudah sangat stress, hingga beberapa rambutku ada yang mencuat ke samping.

"Gomen Sakura, di hari pertamamu saja kau sudah disuruh lembur begini," ujarku. Memang aku sangat merasa bersalah sekali, mending dia sudah bekerja selama seminggu atau lebih dan disuruh lembur. Lha ini? Baru masuk, baru kenalan, udah disuruh lembur. Mana dia perempuan lagi, aku kan jadi tidak enak.

"Ah, tidak apa Itachi-sama, saya sudah siap bekerja begini kok," jawab Sakura yakin. Aku mendesah pelan.

"Tapi, aku tetap tidak enak. Apalagi sekarang sudah malam, rumahmu di mana Sakura?" tanyaku.

"Saya? Emm, lumayan jauh dari sini sih Itachi-sama," jawab Sakura sambil menggaruk pipinya.

"Hah? Kalau begitu aku harus mengantarmu, tidak baik perempuan berjalan sendirian malam-malam begini," ucapku sambil hendak memakai jaketku. Tapi kuhentikan niatku, aku melirik Sakura. Baru kusadari kalau dia hanya memakai lengan pendek, aku pun melepaskan jaketku.

"Pakailah," gumamku sambil memberikan jaketku padanya. Sakura tertegun bingung melihatnya.

"Hah? Ta.. Tapi.." Sakura berusaha menolak dan mundur. Tapi aku tetap menekannya agar mau memakai jaketku itu. Aku tidak mau dia sampai kedinginan, bagaimana kalau dia sakit? Hanya saja, aku tidak tahu kenapa aku sampai memikirkannya sejauh itu.

"Kalau kau sakit, maka kau tidak bisa masuk kerja dan gajimu akan dikurangi. Kau mau?" ancamku akhirnya. Sakura terkesiap, dia nampak berpikir lalu akhirnya dia menerima jaketku.

"A.. Arigato, Itachi-sama," gumamnya sambil menunduk, wajahnya memerah. Hari ini memang dingin. Jadi aku tidak tahu apakah wajahnya memerah karena dingin atau karena aku?

Kami keluar dari kantor dan sekarang kami berada di tempat parkir menuju mobilku. Lama-lama aku kesal juga, Sakura memang menerima jaket dariku. Tapi dia tidak memakainya sedari tadi. Akhirnya dengan paksa aku merebut jaketku di tangannya dan memakaikannya. Tubuhnya yang kecil dan lebih pendek dariku, memudahkan aku untuk memakaikan jaketku yang besar padanya. Setelah memasangkan resletingnya, kami sempat bertatapan sesaat. Aku tidak bisa berkata apa-apa, kuakui saja ini pertama kalinya aku bertatapan dengan seorang gadis sampai sedekat ini. Bahkan aku bisa merasakan nafasnya yang hangat menyapu wajahku.

"I.. Itachi-sama.." tersadar, aku langsung melepaskan pegangan tanganku pada kerah jaket yang dipakainya. Aku melihat ke sana kemari, mencoba mencari topik bagus untuk mengalihkan keadaan. Tapi sial, tidak ada apa-apa selain malam yang hening.

"Ngg, masuk? Ayo kita pulang," ajakku sambil membukakan pintu mobilku untuknya. Awalnya Sakura terlihat ragu, lalu dia mengangguk dan masuk ke dalam mobil.

Aku menutupkan pintu mobilku untuknya. Untuk sesaat aku terdiam. Pikiranku berkecamuk, aku berantakan sekali. Kenapa? Wajah Sakura terus terngiang-ngiang di kepalaku. Padahal kami baru pertama kali bertemu, tapi kenapa aku jadi begini? Aku tidak bisa menghapus wajahnya barang sedetik saja. Ini.. pertama kalinya aku memikirkan seorang gadis sampai seperti ini. Dan lagi, Sakura ini tidak memberiku surat cinta, menyatakan cinta, atau apapun. Dia justru memberi jasanya untukku yaitu membantuku menyelesaikan pekerjaan. Seandainya dia tidak ada, apa mungkin malam ini kerjaanku bisa selesai?

Aaagh, sebenarnya ada apa denganku?

To Be Continued


...... (=,=)

Heee, aneeeh! DX Kenapa ya? Perasaanku saja, atau Itachi sangat terlihat aneh dan ceria di sini? Tapi ini emang chapter awal sih, jadi menurutku wajar aja. Nah, di next chapter mungkin aku bakal nyiksa (?) Itachi, jadi yaaa sebelumnya aku minta maaf dulu aja hehehe *kabur sebelum dihajar Itachi FG*

Dan kalau seandainya ada Himawari Sakura . 21 di sini, aku mau ngasih tahu kalau aku gak bisa balas PM darimu. Soalnya kamu di disabled messagenya, jadi aku susah bales (==') di enabled dulu messagenya, trus ntar aku bales ya hehe (^^)

Yup, itu aja deh. Boleh minta review? X3