"Pecat dia!" Seorang pemuda berambut emo hitam dengan yukata biru tua melempar sebuah cawan sake kecil kearah seorang laki-laki yang bekerja sebagai pelayan pribadinya. Pelayan itu hanya meringkuk memegang kepalanya tidak berdaya. Dia sangat takut dengan amarah majikannya, bahkan kakinya bergetar dengan hebat meskipun telah tertekuk spontan.

"Tuan muda, apa ada masalah dengan pelayan ini?" Seorang pelayan tua dengan cepat muncul dari balik pintu dan memandang kejadian itu sedikit terkejut.

"Dia masuk saat aku sedang bersenang-senang!" teriak laki-laki itu lagi dengan tatapan tajam bertubi-tubi kearah pelayan barunya yang naas. Seorang gadis berambut merah maroon sedang duduk dipangkuannya dengan manja. Rok super pendeknya mampu mengekspos kaki panjang mulusnya yang sedang bertaut dengan kaki laki-laki itu. Sekali lihat siapapun tahu bahwa gadis itu adalah gadis 'nakal'.

"Ma-maafkan saya tuan! Sa-saya tidak—"

"Cepat bawa dia pergi dari hadapanku!" Laki-laki itu memotong permintaan maaf sang pelayan dengan sebuah perintah yang jelas dan tegas. Segera segerombol bodyguard mengerikan menyeret pelayan itu dari hadapannya dalam sepersekian detik. Hanya terdengar teriakan malang dari sang pelayan yang semakin samar.

"Maafkan atas pilihan saya yang mengecewakan tuan muda Sasuke," kata si pelayan tua membungkukkan badannya.

"Sudahlah. lebih baik kau pergi sekarang!" sahut laki-laki yang ternyata bernama Sasuke sambil mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh pelayan tua itu pergi.

"Baiklah, saya permisi tuan." Pelayan tua itupun berjalan mundur menjangkau pintu kemudian pergi dari hadapan Sasuke yang kini melanjutkan aksinya kembali dengan gadis miliknya.

"Bagaimana tuan Danzo?" Beberapa pelayan menanyai pelayan tua itu ketika dia sudah keluar dari ruangan majikan mudanya. Mereka gusar dan takut dengan kejadian tadi yang sebenarnya hampir setiap hari terjadi. Pelayan tua itu menatap anak buahnya beberapa saat kemudian tersenyum kecil.

"Tenanglah, kita harus mencari pelayan baru untuk menjadi pengurus tuan muda Uchiha Sasuke," kata Danzo kepada anak buahnya yang kini mengeluh mendengar jawaban pria tua itu. "Untuk ke 37 kalinya…"

Servant

By : Akinayuki

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated M

SasuSaku

Warning AU, OC and OOC

"Ohayou Gozaimasu!" Seorang gadis berambut pirang dengan poni menjuntai menutup sebelah matanya melambaikan tangannya ke arah sebuah pohon besar di halaman sekolahnya. Sebenarnya bukan pohon ukuran besar itu yang disapanya, melainkan seorang gadis berambut bubble gum yang berada di atasnya.

Gadis itu memakai pakaian berkebun lengkap dengan topi lebar dan handuk kecil yang melingkar di lehernya. Ditangannya terdapat gunting rumput besar yang digunakannya untuk menggunting ranting-ranting pohon yang mulai menjangkau jendela-jendela sekolah. Gadis itu pun menoleh ke bawah, ke arah gadis pirang yang tadi menyapanya.

"Ohayou Ino-chan!" balas gadis itu dengan sebuah senyuman lebar di wajahnya.

"Kau bekerja lagi Sakura?" tanya gadis yang bernama Ino itu dengan mengerutkan dahinya.

"Umm… ya. Kepala sekolah menawarkan gaji yang lumayan untuk melakukan pekerjaan ini. Hahahaha," jawab Sakura tertawa keras sambil memotong ranting terakhir yang dianggapnya mengganggu. "Yosh, Selesai! Hoi Ino!" Sakura berteriak dengan keras.

"Ya?" tanya Ino balik dengan suara yang tidak kalah kerasnya.

"Minggirlah! Aku mau turun!"

"Oh, Ok!" Dengan cepat Ino mengambil beberapa langkah menjauhi tempat berdirinya semula. Tak beberapa lama Sakura melompat dari atas pohon dan mendarat dengan sempurna di tempat itu.

"Akhirnya selesai juga," gumam Sakura menatap hasil kerjanya dengan puas. Dia melepaskan topi besarnya itu hingga rambut bubble gum-nya terurai dengan indah kemudian mengelap sedikit keringat yang melekat di sekitar jidat lebarnya dengan handuk putih miliknya.

"Sampai kapan kau mau melakukan pekerjaan yang aneh-aneh seperti ini Sakura?"

"Kurasa sampai aku menjadi kaya," jawab Sakura dengan tawa kecil yang sering dikeluarkannya. "Setidaknya aku melakukan pekerjaan yang tidak melawan hukum, betul tidak?"

"Iya sih. Tapi—"

"Oi! Ohayou Gozaimasu!" Sapaan seseorang menghentikan perkataan Ino dengan tiba-tiba. Seorang laki-laki dengan model rambut dan poni yang hampir mirip dengan Ino, tentu saja karena dia adalah kakak kandung Ino.

"Ohayou Deidara-senpai!" balas Sakura disertai senyuman manis.

"Hoi imouto! Kau lupa pakai ikat pinggang!" kata Deidara menjitak dahi Ino kemudian menunjukkan ikat pinggang hitam milik Ino.

"Astaga! Aku lupa! Arigatou ne!" Ino tersenyum senang dan langsung mengambil ikat pinggangnya.

"Kalau ada inspeksi dari komisi displin bagaimana? Kau bisa kena hukum! Baka!"

"Tenang saja Oniichan. Ketuanya kan Sakuraku tersayang! Kau tak mungkin menghukumku kan?" tanya Ino sambil menyenggol-nyenggol bahu Sakura dengan maksud tertentu. Sakura menoleh ke arah Ino kemudian menjitak dahi Ino seperti yang dilakukan Deidara tadi.

"Tidak ada hukum 'pilih kasih' Ino," jawab Sakura menjulurkan lidahnya. Mendengar itu Ino hanya mencibir dan berkacak pinggang kearah Sakura. Kemudian dia langsung menghentikan aksinya ketika sebuah Limosin hitam yang diringi oleh dua buah sedan hitam di depan dan di belakangnya memasuki area sekolah mereka.

"Siapa itu?" tanya Sakura spontan melihat sebuah kejadian asing baginya.

"Apa? Kau tidak mengenalnya?" tanya Ino balik dengan respon yang berlebihan.

"Tidak. Hei! Baru kali ini aku berada di luar sekolah lima menit sebelum bel masuk berbunyi. Wajarlah kalau aku tidak pernah melihat mobil-mobil itu sebelumnya!" jawab Sakura sedikit kesal.

"Itu keluarga Uchiha," sahut Deidara pelan. Diapun ikut memandangi deretan mobil-mobil mewah nan mahal yang kini berhenti tepat di depan pintu masuk gedung sekolah. Pintu depan mobil Limosin itu terbuka dan memunculkan seorang pelayan tua yang dengan segera membukakan pintu belakang tempat majikan mudanya berada.

"Uchiha? Keluarga kelas atas yang terkenal akibat menguasai perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia bukan? Bahkan keluarga mereka begitu berpengaruh terhadap pemerintahan Jepang saat ini. Donatur terbesar untuk fasilitas umum dan tentunya sekolah ini juga," jelas Sakura memegang dagunya. Bola matanya sedikit berputar karena dia benci menjelaskan mengenai orang-orang kaya.

"Woh? Kau tahu itu?" tanya Ino takjub.

"Tentu saja, keluarga tempat aku bekerja menjadi guru les privat sering membicarakan keluarga Uchiha," kata Sakura lagi. Mata jade-nya kini melihat sosok seorang laki-laki dengan muka dingin keluar dari mobil itu bersama seorang gadis berambut merah maroon yang memakai seragam sekolah dengan cara yang 'salah'. "Keluarga Uchiha yang laki-laki apa yang perempuan?"

"Laki-laki," jawab Ino dengan Deidara serempak.

"Oh..." Sakura mengangguk pelan.

"Kenapa? Jangan bilang kau suka dengannya!" sahut Ino memandang Sakura dengan mata Aquamarine-nya yang kini melebar.

"Hah? Bukan! Lihat gadis yang berambut merah itu! Sebagai Ketua komite kedisplinan tidak akan kubiarkan dia memakai seragam seperti itu! Roknya terlalu pendek! Kaus kakinya tidak sesuai aturan! Ikat pinggang apa itu? Dan lihat! dari enam kancing baju cuman tiga yang dikancing! Apa-apan itu!" omel Sakura yang mulai berlari mendekati sepasang manusia yang baru mereka bicarakan.

"Eh SAKURA!" Deidara dan Ino berteriak memanggil Sakura bersamaan dan berusaha mengejar Sakura.

"HEI KAU!" Sakura berteriak dengan keras kearah gadis berambut merah yang sedang menggandeng erat Sasuke. "GADIS BERAMBUT MERAH!" teriak Sakura lagi dengan oktaf yang dapat di acungi empat jempol. Gadis berambut merah itu pun menghentikan langkahnya begitupula dengan Sasuke. Dengan cepat mereka berbalik ke arah Sakura yang sedang menjadi ketua komite kedisplinan yang galak meskipun dengan seragam tukang kebun yang belum dilepasnya.

"Aku?" tanya gadis berambut merah itu menunjuk dirinya.

"Iya kau! Siapa namamu?" tanya Sakura sambil melihat nama dada di seragam gadis itu. "Oh jadi namamu Karin?"

"Iya kenapa?" tanya Karin dengan memandang remeh ke arah Sakura. "Kau tidak suka denganku hah? Gadis berambut pink kolot?"

"Ada apa ini?" tanya Sasuke dengan nada datarnya. Dia melihat Sakura dengan mata onyx-nya yang tajam seperti memandang hal yang dibencinya.

"Apa kau pernah membaca peraturan sekolah nona Karin yang TERHORMAT?" tanya Sakura dengan sebuah senyuman seratus persen paksaan dan tekanan kuat di sebuah kata.

"Ti-dak!" jawab Karin yang tidak mau kalah.

"Sebagai komite se—"

"AH! Maafkan teman kami ini! Dia fans berat Sasuke, makanya dia marah-marah kepadamu!" kata Deidara yang sedang membekap mulut Sakura. Mata jade Sakura nyaris keluar saat Deidara berkata bahwa dia adalah fans berat Sasuke.

"APA EN-"

"Iya-iya… Maaf ya!" sahut Ino yang ikut membekap mulut Sakura.

"Sudah kuduga. Kau hanya iri melihatku bisa bermesraan dengan Sasuke-kun kan?" tanya Karin yang semakin sok sambil bergelayut manja di tangan Sasuke.

'AMIT-AMIT' batin Sakura yang merasa perutnya bergejolak dan akan mengeluarkan isi perut bila Karin berbicara sekali lagi.

"Hahahahaha... kalau begitu kami pergi" kata Deidara yang tertawa hambar dan segera menyeret Sakura pergi dari situ seperti menyeret tahanan rumah sakit jiwa yang kabur.

"Ah, semakin banyak fansmu yang cemburu padaku Sasuke-kun. Sepertinya aku harus berhati-hati," kata Karin manja yang kemudian merangkul pundak Sasuke.

"Jangan pedulikan mereka," kata Sasuke dengan seringai kecil yang kemudian mencumbu bibir merah Karin yang lembap akibat olesan lipgloss rose. Mereka tidak peduli dimana mereka sekarang. Murid-murid yang melewati mereka atau hanya melongo di tempat tidak berani berbuat apa-apa. Bahkan guru sekolah itu pun hanya bisa pasrah menikmati suguhan pagi hari yang ekstrim.

(===)

"Kalian ini bagaimana sih!" teriak Sakura kesal dari dalam ruang ganti. Dia sedang mengganti baju ala tukang kebunnya dengan seragam sekolah mengingat sebentar lagi pelajaran akan dimulai. Mulutnya mulai bergerak tidak beraturan dan mengeluarkan gerutuan yang ditujukan spesial kepada Deidara dan Ino yang sedang menunggunya di depan pintu ruang ganti. "Dan kenapa kalian berkata aku adalah fans berat Sasuke!" teriak Sakura lagi.

"Apa boleh buat… Kami tidak ingin kau terlibat masalah," sahut Deidara menghela nafas panjang. Di pagi hari ini dia sudah mengelurkan energi yang cukup besar.

"Meskipun Karin itu bukan Uchiha, tetap saja berurusan dengannya itu sama dengan berurusan dengan Uchiha! Dari dulu dia itu gadisnya Sasuke! Huh, apa sih bagusnya si nenek lampir merah itu! Cantikan juga aku!" kata Ino sebal. Deidara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan adik perempuannya itu.

"Pokoknya—" Pintu ruang ganti itu terbuka. Memunculkan Sakura yang tubuhnya kini dibalut dengan seragam sekolah yang lengkap dengan dasi tertata rapi dan jas coklat tua yang dikancing sempurna. Rambut bubble gum panjangnya kini diikat ala ekor kuda dengan poni menututupi jidat lebarnya. "—Aku sebal dengan kalian!" kata Sakura menjulurkan lidahnya ke arah Deidara dan Ino kemudian melewati mereka berdua.

"Sakura, maafkan kami!" bujuk Ino yang berjalan cepat menyejajarkan dirinya dengan Sakura.

"Ti—dak!" Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya dan memasukan kedua tangannya ke dalam saku jasnya.

"Ayolah.." Ino membuat wajahnya menjadi sememelas mungkin agar Sakura merasa tak tega kepadanya. "Hei Oniichan! Bujuk Sakura juga dong!" perintah Ino yang memandang kakaknya sedang berjalan dengan santai di belakang mereka.

"Sia-sia Imouto, Sakura itu keras kepala," sahut Deidara sambil tersenyum mohon memaklumi.

"Ah, ketemu juga kau Sakura!" kata seorang guru berambut hitam dengan potongan pendek ketika Sakura, Ino dan Deidara melewati ruang guru. Guru itu langsung melambaikan tangannya menyuruh Sakura untuk mendekatinya.

"Ada apa Shizune-sensei?"

"Aku harus menemani Tsunade-sama untuk rapat kepala sekolah di SMA Tokyo. Padahal aku ada jam di kelas 2-A. Mana Anko-sensei sedang sibuk mengajar di kelas lain, jadi aku mohon gantikan aku. Bisa?" tanya Shizune penuh harap kepada Sakura.

"Tapi…"

"Aku sudah mengijinkanmu di jam Ibiki-sensei dan aku akan membayarmu. Mau?" bujuk Shizune.

"Oke! Serahkan padaku!" Sakura langsung menyetujuinya ketika dia mengetahui bahwa dia akan dibayar untuk menggantikan gurunya yang satu ini.

"Ini materinya, berkisar tentang sistem Indera! Kalau begitu aku pergi dulu ya" Shizune menyerahkan tumpukan buku miliknya yang dari tadi dibawanya dan langsung bergegas menuju ruang kepala sekolah.

"Karena kau mau menggantikan Shizune-sensei, kami pergi duluan ya," kata Ino yang tanpa menunggu jawaban dari Sakura langsung pergi ke kelasnya begitu pula dengan Deidara. Sakura hanya menghela nafas pasrah dan berjalan berlawanan arah dengan kelasnya.

"Kelas 2-A, 2-C, 2-B… Ah, Ini dia!" gumam Sakura saat dia melihat papan kecil di atas pintu yang bertuliskan 2-A. "Duh, di kelas ini ada Naruto baka." Sakura mendengus kesal mengingat salah satu temannya yang usil berada di kelas itu. Bocah berambut pirang jiprak yang berasal dari keluarga kaya tempat dirinya menjadi les privat. Bodoh, ceroboh tapi mempunyai semangat membara.

Dengan pelan Sakura menggeser pintu kelas itu dan melangkahkan kaki kirinya masuk ke dalam. Semua anak yang tadinya ramai dan berbicara secara 'random' tiba-tiba termangu melihat kaki jenjang mulus milik Sakura mucul di balik pintu kelas mereka. Biasanya Shizune-sensei selalu memakai rok hitam panjang yang membuatnya tidak menarik untuk dipandang.

"Er- Minna-san...Ohayou gozaimasu!" sapa Sakura canggung dengan sebuah senyuman paksaan. Selama beberapa detik tidak ada yang membalas sapaannya, mereka hanya memandang terpaku kearah Sakura.

"Sakura-sensei!" teriak Naruto heboh sambil menunjuk Sakura.

"Dia kan Ketua komisi kedisplinan," kata seorang laki-laki berambut panjang dari keluarga Hyuuga.

"Ke-ketua?" sahut seorang gadis lagi yang mempunyai mata seperti laki-laki dari keluarga Hyuuga tadi.

"Ah diam kau Naruto! Hai Neji-san dan Hinata-chan." Sakura melemparkan penghapus papan ke arah Naruto dan tersenyum manis ke arah Neji dan Hinata.

"AWW! Sakit Sakura-chan!" teriak Naruto memegangi kepalanya yang berbenturan dengan penghapus papan ukuran jumbo.

"Diam Naruto! Baiklah semua, mungkin kalian jarang melihatku karena kelasku di gedung yang berbeda. Namaku Haruno Sakura dan kalian bisa bertemu denganku kalau komite kedisplinan sedang mengadakan inspeksi. Dan—" Sakura menahan nafasnya sejenak mengamati seluruh murid yang kini memperhatikannya. "—Hari ini aku akan menggantikan Shizune-sensei karena beliau sedang sibuk."

"APA? Seorang murid seperti kami mau mengajar? Hoi hoi.. jangan sok deh," sahut seorang perempuan dengan dandanan nyentrik. Sakura memicingkan matanya menatap tajam dan teliti ke gadis itu.

"Hei Ruu, jangan mengejek Sakura-chan! Dia itu guru lesku dan dia sangat pintar," bela Naruto yang mempersembahkan kedua jempolnya untuk Sakura.

"Ya-yang dikatakan Naruto-kun itu benar," kata Hinata yang ikut membela Sakura.

"Ah, Hinata-chan juga setuju!" Naruto menoleh ke arah Hinata dan memberikan sebuah senyuman lebar andalannya yang membuat wajah Hinata langsung memerah.

"Sudahlah! Aku akan membagikan hasil ulangan minggu lalu!" Sakura memukul-mukul kayu rotan milik Shizune-sensei yang terselip satu paket dengan buku-buku yang diserahkan. Awalnya Sakura bingung untuk apa ada rotan kayu untuk mengajar biologi, secara dia tidak pernah diajar guru yang memukul-mukul kayu rotan di atas meja karena kelasnya merupakan kelas unggulan.

"Uzumaki Naruto," panggil Sakura ketika dia memegang ulangan biologi Naruto. Dengan cepat Naruto berlari ke depan dengan sebuah senyuman lebar di wajahnya.

"Kau ini bagaimana! Masa ulangan biologi saja dapat jelek! Bukannya kemarin aku sudah mengajarkan materi ini? Makanya kalau aku menerangkan didengarkan! Mulai besok aku akan meminta setiap hasil ulanganmu," omel Sakura sambil memukul-mukul pelan rotan kayu itu di atas meja guru. Naruto hanya mencibir dan menyambar kertas ulangannya secepat mungkin.

"Sama mengerikannya dengan Nenek Tsunade..." gumam Naruto pelan sambil berjalan kembali ke bangkunya.

"Hyuuga Hinata!" panggil Sakura lagi. Siswi yang dipanggilpun maju dengan wajah menunduk.

"Ma-maafkan aku ketua, aku—"

"Selamat, nilaimu sembilan puluh lima!" kata Sakura dengan sebuah senyuman senang. Anak buahnya yang satu ini memang dapat diandalkan.

"A-arigatou..." Hinata membalas senyuman Sakura dan kembali ke bangkunya dengan wajah senang.

"Uchiha Sasuke."

'Hah? Uchiha Sasuke?' Sakura membaca kembali nama di kertas ulangan itu dengan teliti. Memang benar tulisannya membentuk huruf yang dibaca 'Uchiha Sasuke'. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa di kelas ini ada siswa bernama Uchiha Sasuke dan kini laki-laki itu telah berdiri di depan meja Sakura dengan wajah sinisnya.

"Er- kau mendapatkan nilai sempurna..." kata Sakura pelan dan menyerahkan kertas ulangan milik Sasuke.

"Hn." Sasuke mengambilnya tanpa banyak kata dan kembali ke tempat duduknya yang ternyata terletak di paling pojok.

'Pantas saja aku tidak melihatnya' batin Sakura sambil menghela nafas. Untung saja Sasuke tidak menyinggung-nyinggung soal kejadian tadi pagi. Apalagi si Ino pig dan Deidara berkata bahwa dia adalah Fans BERAT Uchiha Sasuke.

"Baiklah, aku akan menerangkan soal sistem Indera. Kemarin materi Shizune-sensei sampai mana?" tanya Sakura yang bangkit dari duduknya dan bertanya kepada murid-murid di depannya.

"Sampai cara membuat anak yang baik!" teriak seorang siswa yang usil.

"Itu bukan sistem indera! Yang lain?" Sakura berjalan maju mendekati murid-murid itu dan berjalan di sela-sela deretan kursi. Dan tanpa sadar dia merasa seseorang memegang pahanya. "Oh, apa kalian tahu? Bahwa respon manusia itu bisa sangat berbahaya tergantung dari seberapa sensitive sistem saraf. Contohnya saja seperti ini..."

BRUAAAAAK!

Tiba-tiba saja Sakura mengeluarkan jurus Judo andalannya kepada seorang siswa mesum yang daritadi memegang pahanya dan mulai merambat keatas. Dengan Hitungan detik dia membanting tubuh laki-laki itu ke lantai kelas.

"Berbahaya bukan?" Sakura tersenyum manis kepada laki-laki yang sudah tergeletak di lantai sambil meringis kesakitan.

"WOAH! Sakura-chan memang hebat!" teriak Naruto kagum dan menepuk-nepuk tangannya. Yang lain hanya termangu melihat kehebatan Sakura yang sebenarnya hanya secuil dari daftar keahlian yang dikuasi oleh gadis pink itu.

"Kalau kau mengulanginya lagi, aku akan melaporkanmu ke Tsunade-sama. Mengerti?" Laki-laki itu mengangguk ketakutan dan berdiri perlahan kemudian kembali duduk di bangkunya. Sakura tersenyum puas dan kembali menuju meja guru.

"Nah nah... aku akan terangkan mulai dari mata saja ya?" Sakura melemparkan senyuman ke semua murid dan mulai menuliskan materi-materi yang akan diterangkannya di papan tulis. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa Sasuke tengah melihatnya dengan sebuah seringai licik di wajahnya.

(===)

"Itadakimasu!" Sakura memegang sumpit berwarna putihnya dan mulai memakan perlahan apa yang ada di dalam bento miliknya.

"Makanan apa itu forehad?" tanya Ino yang sedang melirik ke arah kotak makan siang milik Sakura. Terdapat makanan dengan bentuk-bentuk yang tak lazim baginya.

"Ini? Sebenarnya cuman omelet, onigiri, ebi furai dan sayuran!"

"Tapi, kenapa bentuknya aneh begitu?"

"Bentuk tak penting yang utama itu rasanya!" sahut Sakura mengayunkan sumpitnya di depan wajah Ino.

"Salah! Penampilan nomor satu, kalau penampilannya sudah hancur begitu siapapun tidak akan tertarik mencicipi," balas Ino tidak mau kalah.

"Yang penting itu adalah seni, seni itu adalah... BANG!" sela seseorang yang tiba-tiba meledakan kantong plastik yang sebelumnya telah ditiup. Tanpa melihat wajahnya Sakura dan Ino sudah tahu pasti siapa pelakunya.

"Deidara…" kata Ino dan Sakura serempak sambil memandang sinis ke arah laki-laki berambut unik itu.

"Apa? Aku kan hanya mengutarakan pendapatku juga. Ah, kalian tidak asik!"

"Kau itu yang tidak asik Oniichan!" seru Ino memasukan sebuah onigiri utuh ke mulut Deidara hingga mulut Deidara penuh dengan onigiri.

"Auuu gyababu ammmou haahmmaa..." Deidara menguyah onigiri-nya sambi mengucapkan kalimat yang tidak jelas.

"Ngomong apa dia?" tanya Sakura yang menunjuk Deidara dengan sumpitnya.

"Gak tahu, oi Oniichan! Telan dulu!" Ino menepuk-nepuk pundak Deidara dengan keras.

"Kau mau membunuhku Imouto?" tanya Deidara menatap tajam kearah Ino. Tepukan tangan Ino yang keras di pundaknya hampir membuat onigiri itu tersangkut di tenggorokannya bahkan gerakan peristaltik tenggorokannya tidak dapat membuat onigiri itu turun ke bawah.

"Aku akan membunuhmu dari dulu kalau aku bisa oniichan," jawab Ino sarkastik.

"Sudah! Tadi kau mau bicara apa Dei-senpai?" tanya Sakura yang mulai jengkel melihat pertengkaran kakak-beradik pirang yang tidak pernah akur itu.

"Aku cuman mau tanya, bagaimana tadi kelas 2-A? Aku ingat kalau Uchiha berada di kelas itu," kata Deidara sambil menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal.

"Aku juga baru menyadarinya saat membagikan ulangan biologi. Sedikit menjengkelkan sih, tapi dia sama sekali tidak menyinggung kejadian tadi pagi."

"Sasuke-kun memang seperti itu, dia kan hemat kata. Biasanya cuman bilang 'Hn Hn Hn' kalaupun bicara paling kurang dari lima kata," sahut Ino yang mencicipi secuil onigiri buatannya.

"Yang penting kau tidak bermasalah dengannya," Deidara tersenyum kearah Sakura dan duduk di sebelah Ino.

"Kalian itu yang membawa masalah! Hhh…" Sakura menghela nafas dan mulai memasukan sepotong ebi furai di mulutnya. Namun tiba-tiba dari pintu kantin terdengar teriakan-teriakan para siswi yang sangat nyaring hingga mampu memecahkan jendela kantin. Tapi untungnya itu tidak terjadi karena kaca jendela kantin sekolah Sakura sangat tebal bahkan bisa dibilang dapat meredam suara petir sekalipun. Sekolah orang kaya memang hebat.

"Kyaaaa! Sasuke-san!" teriakan para siswi itu mulai menjadi-jadi ketika orang yang diteriaki memasuki area kantin. Dan bahkan siswi-siswi yang tadinya tengah makan dengan damai dan tentram menjadi ricuh melihat sosok laki-laki itu masuk.

'Norak sekali...' batin Sakura memandang sinis kejadian itu. Untuk apa mengidolakan seseorang yang kelihatannya kejam, dingin, agak parlente dan sombong seperti itu? Masih banyak orang yang lebih baik dari Sasuke yang pantas untuk diidolakan.

"Kyaaaaaa... Neji-san!"

'Nah... kalau itu masuk akal' batin Sakura lagi melihat para siswi itu berteriak histeris melihat Neji yang berjalan di belakang Sasuke. Ketua Osis satu itu memang pantas untuk diidolakan. Sakura memanggumi cara kerjanya selama ini yang patut diacungi jempol.

"Kyaaaaa Naruto-kun!"

'Dunia ini semakin hancur...' Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya menghetahui laki-laki berambut kuning itu adalah salah satu idola sekolah. Tapi, meskipun Naruto itu orang yang ceroboh dan konyol setidaknya dia baik hati dan setia kawan. Mungkin itu bisa membuatnya masuk dalam kategori orang-orang yang dapat dikagumi.

"Kericuhan di kantin dimulai..." sahut Deidara mengangkat kedua bahunya dan tertawa kecil.

"Yeah." Ino menghela nafasnya menyetujui ucapan kakaknya. Sebenarnya kakak-beradik pirang ini juga mempunyai fans tersendiri. Meskipun tidak sebanyak yang dimiliki oleh Sasuke, Neji dan Naruto. Loker mereka berdua tidak akan pernah kosong dari surat ataupun hadiah-hadiah yang dikirimi oleh para fans mereka tiap harinya. Siapa sih yang tidak mengidolakan anak dari pengusaha berlian seperti mereka?

"Hei kalian," sahut Sakura memanggil Deidara dan Ino. "Apa ada lowongan pekerjaan yang baru?"

"Sepertinya belum ada, kenapa dengan pekerjaanmu sebagai guru privat? Kau dipecat?" tanya Ino penasaran.

"Ah, tidak. Akhir-akhir ini kebutuhanku makin banyak. Kau tahulah kita akan study tour akhir bulan ini, pasti biayanya sangat mahal mengingat ini sekolah seperti apa."

"Lalu? Kau mau mencari pekerjaan baru?" tanya Ino lagi.

"Yup." Sakura menganggukkan kepalanya perlahan. "Yang gajinya lumayan besar."

"Aku tahu keahlianmu itu segudang, tapi susah mencari pekerjaan untuk anak SMU yang belum tamat. Apalagi yang gajinya besar..." sahut Deidara mengayunkan-ayunkan jari telunjuknya di depan wajah Sakura.

"Eh tunggu, aku tahu! Aku dengar ada keluarga kaya yang mencari pelayan pribadi baru. Gajinya besar asal kau tahan mental. Tuan muda keluarga itu sangat mengerikan, kata pelayanku dia sudah tiga puluh tuju kali memecat pelayannya dalam waktu dua bulan."

"Eh itu kan—AWWW!" Belum sempat Deidara melanjutkan kalimatnya, Ino menginjak kakinya dengan keras.

"Kau kenapa Dei-senpai?" tanya Sakura sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ti-tidak ada apa-apa," jawab Deidara sambil tersenyum dipaksakan.

"Jadi kau mau?" Ino menatap Sakura dengan penuh semangat.

"Yeah.. boleh dicoba."

"Bagus!" Ino menyerahkan selembar kertas note kecil kepada Sakura. "Kau bisa menghubungi nomor ini nanti," kata Ino lagi sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ok. Arigatou!" Sakura menerima kertas itu dengan sebuah senyuman lebar di wajahnya dan memasukan kertas itu di dalam saku jasnya. "Aku mau ke toilet sebentar," kata Sakura bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kantin.

"Hei gadis pink!" Tiba-tiba seseorang memanggil Sakura dengan lantang. Dengan cepat Sakura berbalik menoleh ke arah sumber suara itu. Seorang gadis berambut merah berkacamata yang Sakura kenal dengan nama—

"Karin," sahut Sakura pelan dengan malas. Kenapa dia bertemu dengan gadis menyebalkan itu lagi, benar-benar merepotkan.

"Sayang sekali ya kau tidak bisa berdekatan dengan Sasuke-kun! Dasar gadis kolot jelek yang malang," ejek Karin dengan sikap lebay-nya.

'Apa dia bilang? Gadis kolot jelek yang malang?'

"Hei hei nenek lampir, kau bilang apa tadi?" tanya Sakura yang mulai merasa tersinggung.

"Gadis kolot jelek yang malang, ah! Bagaimana kalau ku tambah lagi menjadi gadis kolot jelek miskin dan jidat lebar yang malang? Terdengar lebih bagus bukan? Hahahahaha.." Karin tertawa dengan keras diikuti beberapa temannya yang tidak kalah nyentrik dengannya.

"Dengar ya nenek lampir!" Sakura berjalan mendekati Karin dengan emosi yang berapi-api. Bahkan di jidatnya yang lebar itu terdapat kerutan bertumpuk akibat menahan kekesalan yang besar. "Asal kau tahu saja, aku bukan salah satu fans dari laki-laki PANTAT AYAM itu!" teriak Sakura sambil menunjuk Sasuke yang berada tidak jauh dari Karin.

"Dan meskipun aku ini kolot, jelek, miskin, jidat ledar, malang atau apalah itu aku tidak akan pernah merasa IRI akibat kemesraanmu dengan PANTAT AYAM itu! Camkan itu!" Sakura menggebrak meja Karin dan berlalu dari hadapannya.

"A—APA-APAAN ITU! Kurang ajar sekali dia menyebut Sasuke-kun dengan sebutan pantat ayam!" teriak Karin kesal. "Sasuke-kun, lakukan sesuatu! Gadis itu telah lancang padamu!" Karin memadang Sasuke yang hanya diam di tempat dengan wajah dinginnya.

"Imouto! Lihat itu! Di sekolah saja Sakura sudah bersikap seperti itu. Kenapa kau malah menawarkan pekerjaan di rumah keluarga Uchiha!" kata Deidara menunjuk ke arah Karin dan Sasuke.

"Justru itu. Sasuke membutuhkan pelayan yang tidak takut kepadanya, mau bertaruh? Sakura tidak akan dipecat seperti pembantu lainnya." Ino tersenyum penuh arti kearah kakak laki-lakinya.

"Yah, semoga saja.."

(===)

"Berani sekali dia menyebutku kolot, jelek, miskin, jidat lebar dan malang! Dia kira dirinya siapa? Teman aja bukan!" gumam Sakura kesal dan berjalan dengan penuh emosi. Dalam setiap langkahnya dia menghentakkan kaki cukup keras. "Arrghhhhh! Menyebalkan!" Sakura berteriak dengan kencang saat dia berhenti di depan jendela lorong sekolah. "Ini semua gara-gara pantat ayam itu!"

"Berisik.."

"Eh?" Sakura terkejut mendengar suara seorang laki-laki yang tidak jelas berasal darimana.

"Kau mengganggu tidur siangku, gadis aneh.." Suara itu terdengar lagi. Sakura mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru hingga dia menemukan sesosok laki-laki berambut merah dengan mata karamelnya yang bening sedang terduduk di dahan pohon besar di depannya. Laki-laki itu mempunyai wajah baby face dan memiliki senyuman semanis permen yang dapat dilihat Sakura.

"Ka-kau?" Sakura terbata-bata menunjuk laki-laki itu. Di wajahnya terlihat rona merah yang jarang terlihat menghiasi wajah cantik Sakura.

"Kau Haruno Sakura bukan?" tanya laki-laki itu memandang lekat Sakura.

"I-iya.."

"Memang secantik namanya..." sahut laki-laki itu dengan memberikan senyuman manisnya sekali lagi. Wajah Sakura kini semakin memerah, dia sendiri tidak tahu mengapa bisa menjadi selemah ini terhadap seorang laki-laki.

Huup~

Laki-laki itu meloncat masuk ke dalam gedung sekolah melalui jendela yang di dekat Sakura. "Aku Sasori, siswa dari 3-A. salam kenal" kata laki-laki yang bernama Sasori itu memperkenalkan dirinya kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura dan mengecup pipi merah Sakura sekilas. "Anggap itu hadiah perkenalan dariku." Sasori mengedipkan sebelah matanya dan berlalu meninggalkan Sakura.

Sakura terdiam selama beberapa menit. Oke, dia sedang membeku sambil memegang bekas kecupan Sasori di pipinya. Setelah itu dia menggeleng cepat menyadarkan dirinya dari lamunan itu.

"Sasori-senpai. Pangeranku!" Sakura tersenyum senang dan kembali berjalan menelusuri lorong sekolah. Tidak dengan wajah seperti benang kusut seperti tadi, melainkan dengan wajah berseri-seri bagai menerima uang satu milyar. Baru kali ini dia merasa tertarik dengan seorang laki-laki, jantungnya bisa berdetak lebih cepat seperti saat dia menerima gaji di awal bulan. Mungkin saat ini dia dalam kondisi yang disebut jatuh cinta.

Buuuukkk!

Di saat dia berjalan dengan senyuman bahagianya, dia menabrak seseorang yang tidak dilihatnya.

"Maaf! Aku tidak sengaja," kata Sakura pelan sambil membungkuk meminta maaf. Kemudian dia melirik sedikit untuk melihat wajah orang yang ditabraknya. "KAU?" teriak Sakura ketika dia mengetahui bahwa orang yang ditabraknya itu adalah Sasuke.

"Ikut aku," perintah Sasuke dengan dingin sambil menarik lengan Sakura dengan paksa untuk ikut dengannya.

"Apa-apaan ini! Aduh, hei!" Sakura memberontak namun ternyata cengkraman Sasuke lebih kuat dari perkiraannya. Mau tidak mau dia hanya bisa pasrah untuk ikut dengan Sasuke sampai di gudang olahraga tempat penyimpanan matras dan bola. "Kenapa kau mengajakku kesini?" tanya Sakura menatap tajam ke arah Sasuke.

Sasuke menutup pintu gudang itu dan menguncinya dari dalam. Kemudian dia mendekati Sakura yang masih memandanginya dengan kesal. Namun Sasuke tetap mendekatinya hingga mereka hanya berjarak beberapa senti saja.

"Ka-kau mau apa?" tanya Sakura yang mulai berhati-hati. Dia menahan dada Sasuke agar tubuh mereka tidak bersentuhan.

"Kau tahu," Sasuke mulai berbicara di dekat kuping Sakura hingga menimbulkan sensasi geli tersendiri bagi gadis berambut pink itu. "Kau sudah membuatku marah," bisik Sasuke lagi dan kali ini lidah Sasuke dengan pelan menelusuri lekuk telinga kecil Sakura.

"Apa yang kau lakukan?" Sakura mendorong tubuh Sasuke menjauhinya karena perbuatan tak terduganya namun Sasuke kembali mendekatinya dan mendorong tubuh Sakura ke tembok gudang yang dingin. Kedua tangannya yang dingin seperti tembok gudang itu mencengkram erat kedua tangan Sakura, menguncinya agar Sakura tidak bisa menggerakkannya lagi. "Lepaskan aku pantat ayam!"

"Berisik," kata Sasuke singkat dan mulai mendekatkan bibirnya dengan bibir mungil milik Sakura. Menekan miliknya dengan milik Sakura kemudian memaksa Sakura membuka bibir mungil itu dengan menggunakan lidahnya. Sakura berusaha melawannya dengan menggerak-gerakkan kepalanya namun perlawanan Sasuke berhasil membuatnya untuk membuka bibirnya agar lidah Sasuke bisa masuk dan menjelajahi isi mulutnya itu.

"Ummhh..." Sakura tetap berusaha untuk melawan gerakan agresif Sasuke. Namun lidah Sasuke bermain dengan sangat lincah dan bahkan mulut itu mampu menghisap apapun yang ada di dalam mulut Sakura hingga Sakura seakan terhanyut dalam hisapan ciuman Sasuke. Bahkan saliva mereka telah mengalir di sela-sela bibir itu.

Sasuke menghentikan ciumannya untuk mengambil nafas agar bisa memulai kembali aksinya.

"Hentikan! Biarkan aku pergi!" kata Sakura berusaha melepaskan cengkraman tangan Sasuke.

"Tsk, kau menikmatinya bukan? Munafik," kata Sasuke dengan nada sarkastiknya dan mulai menjilati leher mulus milik Sakura. Dia bahkan menghisap dan menggigit kecil meninggalkan bekas-bekas memerah di leher Sakura itu. Setelah puas meninggalkan jejaknya di leher itu, tangan kanan Sasuke mulai membuka jas Sakura kemudian kancing kemeja milik Sakura sedangkan tangan kirinya menahan kedua tangan Sakura yang ada di atas kepala gadis itu.

'Ini tidak boleh!'

Dengan sekuat tenaga Sakura menendang titik kelemahan setiap pria dengan kaki kanannya hingga Sasuke dengan spontan melepaskan cengkramannya dan meringis kesakitan.

"Asal kau tahu, aku tidak menikmatinya! Aku benar-benar benci padamu pantat ayam!" teriak Sakura marah dan berlari menuju pintu gudang, membuka kuncinya dan pergi secepatnya dari hadapan Sasuke.

"Sial!" Sasuke hanya duduk di lantai dan menyandarkan punggungnya di tembok gudang. Dia mengacak-acak rambutnya dan mendengus kesal. Baru kali ini ada seorang gadis yang berhasil mengalahkannya dan tidak takluk dengan dirinya. "Kau pasti akan menjadi milikku. Haruno Sakura," gumam Sasuke pelan dan terlihat sebuah seringai licik di wajahnya yang tampan itu.

TBC

a/n : Wkakakaka~ Aki gak tau kenapa bisa kesambet bikin fic rated M yang murni untuk cinta-cinta yang ada lemonnya hahahahaha~ XD

Oh ya.. mungkin ini fic terakhir Ori Aki untuk tahun ini di fandom Naruto. Bila Aki publish fic baru di fandom Naruto, paling-paling itu fic colab ^^"

Aki mau melanjutkan semua fic aki sampai tamat dan pingin nyoba buat fic di fandom-fandom lain selain Naruto. Jadi Aki rem dulu buat yang fic Naruto Hahahaha~

R&R nyo :3