Halo lagi….

FiiFii nggak tega ngeliat review yang pengen cerita ini diterusin….

Okelah kalo begitu (lagu kalee?)

FiiFii akan mempersembahkan chapter terakhir dari From My Heart untuk para Author dan readers yang suka sama cerita FiiFii ini.

Okee, selamat membaca aja ya… ^^


From My Heart

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Story by: FiiFii Swe-Cho

Chapter 3: The Ending of This Story


Sakura POV

Sakit. Sakit banget hati ini mengungkapkan kenyataan ini pada Naruto-kun dan Sasuke-kun. Ah, aku merasa bersalah banget. Terutama ke Sasuke-kun. Bagaimana bisa ia mencintaiku? Kenapa baru sekarang aku mengetahui kenyataan bahwa ia mencintaiku? Argh, Sakura! Kau baka. Benar-benar baka! Padahal dulu aku bertekad menunggu Sasuke-kun. Menunggu ia kembali. Menunggu cintaku berbalas. Kenapa saat aku tahu cinta itu terbalas, aku menerima orang lain yang tidak kucintai sama sekali? Kenapa aku harus membohongi semuanya, termasuk diriku sendiri? Kami-sama, tolonglah aku….

End of Sakura POV


Sasuke POV

Sakura kenapa? Kenapa kau memilih penguasa yang tidak kau cintai itu daripada aku? Aku tahu kau terus menungguku. Menunggu cinta dariku. Tapi kenapa yang terjadi akhirnya seperti ini? Mungkinkah ini ujian Tuhan karena aku telah menyakiti hatimu? Mungkinkah ini pilihanmu karena aku selama ini hanya memberikan harapan kosong padamu? Mungkinkah ini terjadi agar aku dapat merasakan sakitnya hatimu karena cintamu yang dulu padaku tak berbalas? Kami-sama, kumohon hentikan ini. Aku sekarang mengerti perasaannya. Aku tidak ingin kehilangan dia. Aku benar-benar menyesal telah menyakitinya. Kami-sama, izinkan aku melindunginya. Aku ingin berada terus disampingnya. Aku ingin selamanya bersamanya. Aku tidak ingin menyakiti lagi hati lembutnya. Argh, Sasuke! Kau harus melakukan sesuatu!

End of Sasuke POV


Sasuke mengendap-endap masuk ke kapal mewah yang sedang berlabuh di pelabuhan Konoha. Dia menyamar menjadi pegawai kapal dan membantu pegawai-pegawai lain membereskan Hall Room kapal tersebut untuk acara resepsi pernikahan Sakura yang akan dilangsukan pada esok hari. Sasuke berusaha mencari tahu siapa yang akan menjadi pendamping Sakura. Dia ingin menggagalkan pernikahan ini.

"Maaf, bolehkah saya bertanya?" tanya Sasuke pelan kepada pegawai di sebelahnya. Pegawai itu menoleh pelan dan menyunggingkan senyum ramah kepada Sasuke.

"Ya, silahkan saja."

"Karena saya pegawai baru disini, saya belum begitu mengetahui siapa yang akan melaksanakan resepsi pernikahan disini. Apakah Anda mengetahuinya?"

"Oh tentu saja. Di Hall Room kapal ini akan diadakan resepsi pernikahan Nona Haruno-san, seorang kunoichi terpandang di Konoha dengan seorang penguasa baru di Negeri Merah…."

"Yaitu itu aku."

Sasuke membalikkan badannya. Dia terkejut. Inilah calon suami Sakura. Seorang penguasa baru di Negeri Merah (FiiFii mau buat penasaran dulu ah… *digebugin readers*).

"Kau…."

"Lama tak jumpa Sasuke."

Sasuke diam. Dirinya marah bukan main. Iris onyx-nya terus melancarkan death glare yang amat mengerikan.

"Jadi kau calon suami Sakura?"

"Sebentar lagi aku akan menjadi suaminya."

"Kau tak pantas bersanding dengannya!" ujar Sasuke dingin.

"Salah kau sendiri yang menyia-nyiakan dirinya dan cintanya. Tetapi akan lebih tak pantas bila lelaki sepertimu yang mendampingi dirinya."

Sasuke tak dapat membalas perkataannya. Mungkin benar ia tak pantas berada di sisi Sakura. Mungkin benar ia tak pantas mendapatkan cinta Sakura. Mungkin benar ia tak pantas berada di hati putih Sakura. Mungkin benar ia tak seharusnya ada untuk Sakura. Tapi ia tak bisa menerima bila itu kenyataan yang harus ia dapat. Ia tak bisa menerima bila itulah takdir untuk dirinya. Dia kesal.

"Sudahlah Sasuke. Buang saja impianmu untuk menjadi pendamping Sakura. Kau tidak bisa mengelak jika inilah takdir untukmu. Ucapkan selamat tinggal pada mimpimu."

Sasuke membiarkan calon suami Sakura tersebut meninggalkan dirinya. Tetapi Sasuke tidak mengetahui apa yang disembunyikan oleh lelaki itu.

'Gagalkanlah pernikahanku Sasuke….'


Sakura duduk di depan meja riasnya. Wajahnya memang tersenyum, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia menangis. Ayahnya menemani putri tercintanya. Meski tidak tahu apa yang dirasakan oleh putrinya, sang ayah mempunyai feeling bahwa Sakura tampaknya terpaksa melaksanakan pernikahan ini.

"Sakura, kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa kok, Tou-san. Memangnya ada apa?"

"Yah, Tou-san berharap kau mau cerita sedikit saja tentang masalahmu. Apa yang sedang mengganjal dihatimu, Nak? Tampaknya kau tidak begitu senang dengan pernikahanmu ini."

Sakura diam. Dia bimbang. Apakah ia harus bercerita pada ayahnya atau tidak. Sakura memang tidak ingin membuat ayahnya kecewa. Tapi ia juga ingin membuat ayahnya mengerti bahwa cinta kepada seseorang tak bisa dipaksakan.

"Tou-san. Aku ingin cerita."

"Cerita apa?"

"Tou-san. Ini tentang hatiku."

Ayahnya terkejut. Dugaannya mungkin benar.

"Ceritakan saja." Mereka berdua terdiam sebentar.

"Tou-san. Aku tidak bisa menikahi dia."

"Kenapa?"

"Karena aku… aku… mencintai orang lain," ucap Sakura sambil menunduk. Ayahnya terlihat kecewa. Sakura sudah menduga ayahnya akan kecewa. Tapi apa daya? Sudah terlanjur dikata.

"Kau tidak bisa membatalkannya Sakura."

"Tapi Tou-san aku…."

"Tidak Sakura. Sekeras apa pun kau mencoba mendesakku untuk membatalkan pernikahanmu, itu tidak akan berhasil."

"Tou-san aku tidak pernah mencintai penguasa baru Negeri Merah itu! Aku tidak mungkin bisa mencintai dia. Yang aku cintai hanya seorang pemuda Uchiha yang tersisa saat ini, Tou-san. Dia adalah Uchiha Sasuke. Orang yang selalu ada dihatiku hanyalah Sasuke."

"Kau akan menyesal mengatakan itu nona Haruno," ancam sang ayah. Ayah Sakura langsung keluar dari ruangan itu dengan geram. Sakura sadar. Ia tidak mungkin berharap ayahnya akan membatalkan pernikahannya. Itu hanya harapan yang sia-sia belaka.


Di kediaman Haruno jam 23:00 pm.

Sakura tidak bisa tidur malam ini. Dia berguling kesana-kemari di kasurnya. Tiba-tiba jendela kamarnya terbuka dan seseorang memasuki kamarnya pelan-pelan. Sakura yang belum terlelap langsung duduk di atas tempat tidurnya.

"Siapa itu?" tanya Sakura menyelidik.

Orang itu diam saja. Dia mendekati Sakura perlahan, tetapi Sakura yang agak takut itu mundur.

"Tenang Sakura. Ini aku."

"Sa… Sasuke?" tanyanya perlahan.

"Ya, Sakura. Ini aku. Sasuke."

"Kenapa kau kemari?"

"Aku akan membawamu pergi."

Sakura terdiam. Dia bingung.

"Apa maksudmu, Sasuke? Pergi kemana?"

"Tentu saja pergi membawamu dari pernikahanmu."

Lagi-lagi Sakura hanya terdiam. Mata emeraldnya melihat lantai kamarnya dengan sayu. Dia bingung. Ia ingin ikut dengan Sasuke tapi ia juga tidak ingin membuat ayahnya kecewa. Sakura dirundungi rasa bersalah yang besar.

"Aku… aku tidak tahu."

"Jika kau lebih ingin membahagiakan Tou-sanmu, aku akan mengalah. Sayonara," kata Sasuke sambil berlalu.

"Tunggu! Tungggu dulu, Sasuke."

Sasuke menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya.

"Apa keputusanmu?"

"Aku… ikut denganmu," ucap Sakura mantap. Sasuke tersenyum senang dan berjalan perlahan menghampiri Sakura.


Jam 09:00 am

"Kemana dia pergi?" tanya ayah Sakura. Ia terus-terusan mondar-mandir di sepanjang ruang yang didominasi warna soft-cream itu. Sedangkan sang penguasa rambut merah itu hanya duduk diam di kursinya. Sekali-kali ia tersenyum kecil agar tidak terlihat oleh ayah gadis Haruno itu.

'Kau gagalkan pernikahanku, Sasuke. Bagus. Arigatou.'

Senyum mengembang diwajah tampannya. Sekali-kali ia mencuri pandang kepada calon mertuanya agar tak melihat senyumnya.

"Gomen, Tuan Sabaku. Saya tidak mengetahui kemana putri saya pergi."

"Tak apa. Kelihatannya ada yang disembunyikan?" tanya Tuan Sabaku penuh selidik.

Ayah Sakura terdiam. Keringat bercucuran di pelipisnya.

"A… a… ak…."

"Mau cerita?" tawar pemuda itu. Sang Haruno itu mengangguk dan mulai bercerita.


"Sasuke."

"Hn?"

"Aku khawatir akan ayahku. Apakah ia menyuruh orang untuk mencariku atau bagaimana?" nada kebingungan terdengar dari suaranya. Sasuke melihat Sakura dengan lembut. Kemudian ia memeluk Sakura.

"Tenanglah. Bagaimanapun keadaannya, aku akan selalu bersamamu."

"Arigatou Sasuke-kun."

"Hn."

Kriingg….

Suara telepon terdengar di mansion Uchiha yang megah itu. Sasuke langsung berjalan menuju telepon rumahnya dan mengangkatnya.

"Halo?"


"Jadi, menurut Anda bagaimana baiknya sekarang ini?"

"Mendengar cerita Anda, lebih baik gagalkan saja pernikahan ini."

"Ta… tapi."

"Lebih baik Anda mendengar cerita saya juga."


Sasuke mondar-mandir di ruang tamu Uchiha Mansion. Kegelisahan tersirat di wajahnya.

"Sasuke, ada apa denganmu?"

"Aku hanya bingung Sakura."

"Bingung kenapa?"

Sasuke diam. Seakan mendapatkan sebuah ilham, Sakura mencoba menebaknya.

"Telepon yang tadi, kan?"

Sasuke menghentikan kegiatan mondar-mandirnya. Sakura menghembuskan nafas keras.

"Betul 'kan?"

"…."

"Sasuke?"

"Hn."

"Aku anggap jawabanmu adalah iya. Lalu, siapa yang tadi menelfonmu?" tanya Sakura.

"Sudahlah, kau ikut aku dulu."

Sasuke pergi dari ruangan itu diikuti Sakura di belakangnya. Mereka menuju sebuah ruangan. Sasuke memperlihatkan sebuah lemari dan membukanya. Sakura begitu takjub.

"Sasuke ini…."

"Pilihlah salah satu gaun yang ingin kau pakai. Aku akan menunggumu."

"Kita mau kemana Sasuke?"

"Sudahlah, pilih dulu gaunnya. Kau ikuti saja kataku."

Sasuke meninggalkan Sakura menuju ruang kamarnya untuk berganti baju.


"Ja… jadi Anda juga..," sang Haruno itu tak dapat melanjutkan perkataannya.

"Ya, Tuan. Maaf, saya tinggal sebentar untuk mengumumkan batalnya pernikahan ini."

"Tuan Sabaku no Gaara, sungguh Anda yakin mengumumkannya sekarang?" tanya salah seorang pengawalnya.

Gaara mengangguk pelan.

"Ya. Ayo kita temui undangan kita Tuan Haruno."


Sakura menuju ruang tamu Uchiha Mansion dengan penampilan berbeda. Gaun yang dipilihnya sunguh menambah kesan anggun terhadap dirinya. Sasuke tesenyum melihat Sakura yang sungguh cantik.

"Ayo, kita pergi tuan putri."

"Ah, bisa saja kau Sasuke. Mm, sekarang tujuan kita?"

"Tempat pernikahanmu."

"Ap…."

Sasuke langsung menarik tangan Sakura dan membawanya pergi.


Gaara bolak-balik melihat jam tangannya. Ia sedang gelisah tentang sesuatu hal.

"Ada apa senpai?" tanya satu suara lembut yang tiba-tiba ada di belakangnya.

"Oh, kau Matsuri. Aku tidak apa-apa."

"Senpai yakin mau membatalkan penikahan senpai ini?"

Matsuri menatap senpainya dengan tatapan tak percaya. Gaara menatap Matsuri dengan lembut. Dia lalu menepuk kepala Matsuri pelan.

"Menurutmu?" tanyanya sambil berlalu.


Sasuke dan Sakura akhirnya sampai di pelabuhan Konoha. Sakura sebenarnya masih takut untuk masuk ke Hall Room. Tetapi Sasuke meyakinkannya tidak akan terjadi apa-apa. Akhirnya mereka berdua memasuki Hall Room kapal tersebut.

Di dalam Hall Room tersebut Gaara sedari tadi melihat jam tangannya dan mondar-mandir tidak jelas di belakang podium. Tiba-tiba mata jadenya menangkap dua sosok yang sedari tadi ditunggu olehnya. Sasuke pun mendatangi Gaara yang kelihatannya sedang menunggunya.

"Uchiha Sasuke. Datang juga kau akhirnya," ucap Gaara ketika Sasuke menghampirinya bersama Sakura.

Sakura melihat Sasuke sekilas lalu menatap Gaara. Sebelum Sakura membuka mulutnya, Gaara sudah menarik tangannya. Menggandengnya menuju podium.

"Mohon perhatian semuanya," ucap Gaara. Para undangan yang berada di ruangan itu langsung melihat ke arah Gaara.

"Pada saat ini, dipodium ini, saya Sabaku no Gaara bersama Haruno Sakura akan mengumumkan sesuatu yang sangat penting."

Keadaan di ruangan tersebut menjadi hening. Jantung Sakura berdegup sangat kencang. Dia tidak tahu apa yang direncanakan oleh Gaara dan mungkin juga dengan Sasuke.

"Kau mau apa?" bisik Sakura pelan.

"Tenanglah. Kau diam saja," ujar Gaara pelan. Sakura melengos pelan dan menundukkan kepalanya dalam.

"Baiklah, pertama-tama saya mengucapkan terimakasih banyak kepada para tamu undangan yang sudah menyempatkan waktunya untuk datang kemari. Memang, tempat ini sudah disewa untuk menjadi saksi pernikahan saya dengan Nona Haruno. Tetapi, karena suatu peristiwa yang tidak terduga terjadi, saya dan Nona Haruno mengumkan…."

Sepertinya Gaara sengaja menggantung ucapannya. Suasana saat itu benar-benar hening. Semua orang sudah tak sabar untuk mendengar kata-kata lanjutan dari Tuan Sabaku no Gaara itu. Sakura, Sasuke, ayah Sakura, dan juga Matsuri sangat berdebar-debar ingin mendengar kata-kata lanjutan sang penguasa baru tersebut.

"Saya, Sabaku no Gaara dengan Nona Haruno Sakura mengumumkan bahwa… bahwa pernikahan kami dibatalkan. Mohon maaf bila ada yang kecewa. Sekarang kami mempersilahkan Anda untuk memuaskan diri dengan makanan yang sudah kami sajikan. Anggap saja ini sebuah pesta tanpa persiapan. Terimakasih."

Sontak ruangan tersebut riuh. Sakura yang terdiam di tempat amat begitu terkejut. Begitupun dengan Sasuke. Sakura berdiri mematung di depan podium. Tubuhnya bergetar. Gaara kembali menggandeng Sakura turun dari podium dan mengantarnya menuju Sasuke.

"Ke… kenapa, Gaara? Kenapa tiba-tiba kau…."

"Aku melakukan ini karena mengetahui kau tidak ada perasaan apapun padaku. Jika kita menikah tanpa ada perasaan cinta sedikit pun, aku yakin itu akan sia-sia. Lagipula akupun harus jujur padamu Sakura, bahwa aku tidak mencintaimu. Sama seperti kau yang hanya punya satu cinta untuk Sasuke di dalam hati. Ada seorang gadis dihatiku yang tak akan terganti. Jadi inilah alasan kuatku untuk memutuskan gagalnya pernikahan ini. Terima kasih banyak untukmu, Sasuke. Tanpa rencanamu menculik Sakura, acara pernikahan ini pasti terus berlangsung."

"Yah, aku juga berterimakasih padamu Gaara."

"Arigatou Gaara. Kau berhasil membuat ayahku mau membatalkan pernikahan kita."

"Sama-sama. Selanjutnya terserah kalian. Berbahagialah," ujar Gaara.

"Ya, kau juga," ucap sakura sambil tersenyum tulus.

Seulas senyum mengembang di bibirnya. Gaara mengangguk lalu pergi berlalu meninggalkan dua sejoli itu.


FIN


Okee, tamat juga fic ini.. *ngelap keringat*

Tapiii, pas FiiFii baca lagi, kok kaya'nya jadi cengeng yahh?

Ahaha, biarlah…

Oia, FiiFii mau ngucapin makasih yang sebesar-besarnya kepada:

Sabaku No Rinko, Anko Kakashi, Megumi Kisai, Thepoetry, Hello!( yg gak pake account ), Rika UchiHAruno YaOi, Kuroneko Hikari-Chan, HarUchi SaRa, Hikari Uchiha, May Kazami, dan para readers yang udah nyempetin baca fic FiiFii ini. Arigatou Gozaimasu!

Mau review?

Pleaseeeeee….