Marianne vessalius : Horeee, akhirnya chapter 4!
Anzu : (menatap heran) Hoi, Author. Nggak apa-apa tuh tugas akhir lo ditinggalin?
Marianne vessalius: (cuek) Berisik! Aku mau santai dulu tauk! Stress nih!
Otogi : Lagian maen melulu sih lo!
Marianne vessalius : (sewot mode : on) CEREWET! Gue lagi pusing tauk buat seminar, Ujian, dan bla-bla-bla lainnya! Lo nggak usah ngomong macem-macem , TIKUS!
Otogi : (langsung pundung di pojokan)
Marianne vessalius : (sigh) Yaaah, karena aku nganggur aku lanjutin aja deh chapter berikutnya. (nangis dalam hati) And, sebelumnya ...
Otogi dan Anzu : (berteriak pas di kuping author) PLEASE READ AND REVIEW!!
Marianne vessalius : (pusing + budeg mendadak)
------------------------------------------%%%$$------------------------------------------
Chapter 4
Disclaimer : Yu-Gi-Oh dan Alice in Wonderland bukan punya saya, melainkan punya Kazuki Takahashi dan Lewis Carol, oh satu lagi sekarang Alice In Wonderland juga milik Tim Burton dari Disney.
------------------------------------------%%%$$------------------------------------------
Setibanya di Istana Crims, Salazen Grum, Anzu turun dari bahu Mako dan melihat gerbang istana sang Ratu Merah berdiri dengan gagah di hadapannya. Mako meletakkan topi milik Atem yang digigitnya dan berujar pada Anzu.
"Mulai dari sini, Nona harus pergi sendiri. Berusahalah dan jangan gentar, Nona Anzu!"
"Baiklah," kata Anzu. Ia melangkah ke arah tepian sungai dan bersiap menyeberangi jembatan yang dilihatnya dari jauh tadi. Namun begitu ia tahu 'sesuatu' yang ia sebut 'jembatan' di hadapannya, Anzu menelan ludah.
"Bagus, nampaknya sekarang aku kehilangan pesonaku ..." keluhnya.
Tentu saja, karena jembatan menuju ke istana Crims berupa kepala-kepala manusia yang telah dipenggal oleh Red Queen 'Chouno'. Jumlahnya ada puluhan. Tidak, mungkin saat ini menjadi ratusan karena dalam sehari wanita sinting itu meneriakkan 'Penggal kepalanya!' lebih dari 30 kali.
Anzu jadi tambah bergidik dibuatnya, tapi ia tak punya pilihan lain selain maju. 'Bila Anda mundur Anda akan menjadi tua. Bila Anda ragu-ragu, Anda akan mati' kata-kata Atem selalu terngiang-ngiang di benak Anzu, itulah yang menyemangatinya dan membuatnya nekat masuk ke 'lubang neraka' milik Ratu Chouno. Kini ia tak mempedulikan lagi rasa takutnya dan bergegas melompati kepala-kepala manusia yang telah berwarna pucat seputih kapur. Meski kakinya tersangkut di mulut kepala mayat itu, Anzu tidak menyerah dan akhirnya berhasil melalui jembatan super menjijikkan itu serta tiba di ujung.
Anzu mengintip ke dalam halaman istana melalui lubang di pagar tembok sebentar, sebelum berbalik ke arah Mako dan berteriak. "Mako! Topinya!"
Anak muda berkostum anjing itu mengambil ancang-ancang dan melemparkan topi milik Atem sekuat-kuatnya ke dalam halaman istana Crims. Topi sutra milik Atem mendarat dengan selamat di rumput taman dalam istana Ratu Chouno. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, Anzu memberikan isyarat pada Mako untuk segera meninggalkan Salazen Grum dan menemui White Queen 'Shizuka' di Marmoreal.
Anzu segera masuk ke dalam lingkungan taman istana begitu melihat Mako sudah jauh dari tempat itu. Gadis berambut coklat sebahu itu menyusuri taman dalam istana dan melihat kalau Ratu biadab itu sedang bermain golf dengan menggunakan landak sebagai bolanya dan kepala flamingo sebagai stick-nya (permainan ini disebut croquet di dalam dongengnya). Anzu semakin gemas saat si landak dengan pasrahnya dipukul oleh Ratu Chouno dengan kepala flamingo dan meluncur cepat ke arah tempat persembunyiannya, lalu berakhir dengan mendarat di rumput yang tak jauh dari tempat Anzu berdiri.
Anzu segera sadar bahwa ia tak boleh terpaku terus dan memutuskan untuk segera melepas tali yang mengikat keempat kaki landak itu. Sang Ratu yang menyadari bahwa bolanya tak kunjung kembali, menyuruh Yugi untuk memeriksa apa yang terjadi dengan si 'bola'. Yugi yang kini diberi nama baru 'Paige' oleh si Ratu sinting terpaksa menuruti kemauannya, dan menerobos semak-semak tempat Anzu bersembunyi. Anzu yang telah melepas tali landak yang malang itu kini berhadapan dengan Yugi yang memasang wajah agak kesal padanya.
"Untuk apa Anda ke mari Nona Anzu?! Apakah Anda tidak cukup puas dengan membuat kami tertangkap seperti ini?" hardik Yugi pada Anzu yang masih termangu di tempatnya.
"Aku datang ke mari untuk menyelamatkan Tuan Atem dan juga kalian semua dari istana terkutuk ini. Karena itu aku minta sekerat kue untuk mengembalikan tubuhku ke ukuran semula!" jawab Anzu tegas.
Yugi tersenyum lega. Ia menghela nafas dan wajahnya kembali ceria. "Upelkuchen? Tunggu sebentar, sepertinya saya punya sepotong lagi di saku saya," kata Yugi seraya merogoh-rogoh sakunya. "Di mana ya? Ah—ini dia! Nona Anzu, cepat makan! Nanti Ratu Chouno keburu ke sini dan menemukan Nona! Cepat!" pinta Yugi panik.
Anzu menerima Upelkuchen itu dan menggigitnya dua kali sebelum mengunyahnya dan menelannya sekaligus. Tatapannya dipenuhi dendam yang membara. Sementara Yugi berteriak panik karena Anzu memakan kue itu terlalu banyak. Tubuh Anzu seketika membesar melebihi ukuran normalnya dan tentu saja membuat pakaian yang dikenakannya sobek dan rusak seluruhnya. Kejadian ini untungnya tidak disadari oleh ratu jahat itu, hanya saja ... sekarang Anzu ketangkap basah oleh Red Queen 'Chouno'.
"Apa ini, Paige?" tanya Sang Ratu.
"Yang mulia, seharusnya Anda menyebutnya 'siapa'. Bukannya 'apa'." kata salah satu pelayannya yang bernama Tsugita.
"Terserah. Aku tak mau mendengar selaan darimu, Tsugita! Paige, katakan siapa gadis ini?!" tanya Ratu Chouno pada Yugi dengan garangnya.
"Ng, dia Ur ..." jawab Yugi gugup. Bingung hendak mengatakan apa pada ratu super kejam itu. Namun kebingungan Yugi dianggap oleh Sang Ratu sebagai bagian dari nama gadis yang ada di hadapannya sekarang. Sebelum Sang Ratu menanyai Yugi lebih lanjut, Anzu segera menyelanya.
"Dari Urqiolla Shîfa, Yang Mulia." Sang Ratu kini menatap Anzu dengan penuh minat. "Saya lari dari kota Shîfa karena tubuh besar saya, penduduk Shîfa tidak menyukai saya dan selalu menjadikan saya bulan-bulanan mereka. Karena itu saya lari ke sini karena mendengar kebaikan hati Yang Mulia," lanjut Anzu berpura-pura dan menampakkan wajah sedih.
Yugi melongo dibuatnya. Hebat juga Nona Anzu! Dia bisa mengecoh Red Queen! Kemampuan akting yang hebat! Yugi memuji Anzu dalam hati.
Ratu bengis nan sadis berwajah menor itu amat kasihan dengan gadis itu, maka dia pun mengajaknya untuk masuk ke istananya.
"Kemarilah, Ur! Aku suka dengan segala sesuatu yang besar-besar! Apalagi wajahmu cukup lumayan! Ayo, ikut aku!" kata Sang Ratu dengan senyum sumringah.
"Oh, maafkan saya Yang Mulia. Saat ini saya tidak mengenakan apapun sebagai pakaian saya. Pakaian saya rusak dan saya harap Yang Mulia mau memahami keadaan saya sekarang," ujar Anzu dengan suara dibuat memelas. Sebenarnya itu tidak terlalu melenceng, karena pakaiannya telah hancur ketika tubuhnya membesar akibat Upelkuchen yang dia lahap tanpa mengindahkan peringatan Yugi.
Ratu kejam itu berjengit kaget mendengar penuturan Anzu. Dia menatap gadis bertubuh besar yang menyembunyikan tubuhnya di balik semak itu selama semenit penuh tanpa berbicara apa-apa. Sejurus kemudian, ia menghela nafas dan mengeluarkan perintahnya pada para pelayannya.
"Hei, kalian! Cepat cari gaun yang cocok untuk gadis ini! Berikan yang terbaik untuknya! Aku tak mau sampai ada yang cacat pada penampilannya!"
"Baik Yang Mulia," kata para pelayannya patuh.
Dan setelah Anzu mengenakan gaun baru yang disediakan untuknya. Red Queen mengajaknya masuk ke istananya. Anzu pun sadar bahwa mulai detik ini dia menjadi bagian dari Ratu kejam itu. Meski ia tahu bahwa tak selamanya Sang Ratu akan menganggapnya istimewa.
**************************--#$%&DDD&%$#--****************************
"Ur, duduklah di sampingku! Aku tak mau menempatkan kau bersama makhluk-makhluk yang tidak sepadan denganmu!" ujar Sang Ratu pada Anzu dengan wajah yang super duper menyebalkan.
Anzu yang kini dipanggil 'Ur' hanya menatap ke arah tempat duduk yang disediakan untuknya dengan gelisah. Bagaimana tidak, ia harus duduk di atas kursi yang dibawakan oleh empat ekor monyet sementara kursi itu harus tetap dalam keadaan disangga oleh monyet-monyet itu. Yang benar saja? Nuraninya membuatnya tidak ingin menuruti perintah Ratu gila itu.
"Ur?! Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk duduk?! Duduklah!" hardik Sang Ratu Merah pada Anzu yang masih memandangi 'kursi untuknya' dengan tatapan iba.
"Tapi ..."
"DUDUK! Kalau aku harus menyuruhmu duduk sekali lagi, aku tak menjamin keselamatan jiwamu!" potong Ratu Chouno murka.
Anzu terpaksa menuruti perintah Ratu sinting itu dan duduk di kursi yang disediakan untuknya itu. Perasaannya mulai gelisah sekarang. Bukankah ia datang ke tempat ini untuk menyelamatkan Atem? Tapi kenapa dia sekarang mau saja jadi bawahan Ratu sinting itu?
"Oh, my dear! Kau tak perlu gelisah begitu, aku akan menyayangimu selalu seperti peliharaan-peliharaanku yang lainnya!" kata Ratu Chouno dengan wajah dimanis-maniskan. Anzu melotot horror saat Sang Ratu dengan seenak jidatnya nyebut dia sebagai peliharaan. Kurang ajar! Aku bukan peliharaanmu, Ratu sarap! bantah Anzu dalam hati ditambah marahnya bukan main.
"Kalau begitu aku akan memanggilkan tukang lawak untukmu. Mereka suka sekali berkata hal-hal yang tidak jelas. Biar kupanggil mereka. Hei, keluarlah kalian! White hairs!" seru Ratu Chouno.
Anzu bertanya-tanya siapa gerangan yang disebut sebagai 'White Hairs' itu, tapi yang terbayang olehnya adalah sepasang anak muda yang pernah ia temui di rumah Atem waktu itu. Tapi, masa sih?
Tak lama kemudian muncullah dua orang yang disebut oleh si Red Queen sebagai 'White Hairs' yang kontan membuat mata Anzu terbelalak. Kenapa? Karena yang ada di hadapannya itu adalah sosok Bakura dan Ryo yang memakai baju yang lebih terlihat seperti pakaian badut dan tatanan rambut putih mereka yang dikuncir ponytail. Mengacuhkan Urqiolla alias Anzu yang masih terbelalak kaget, Ratu edan itu menyuruh kedua anak kembar berraut wajah beda itu untuk melontarkan lelucon konyol.
Bakura tadinya ingin menyapa Anzu, tapi Anzu memberikan death glare padanya agar cowok itu tidak keceplosan nyebut nama yang bisa menyeret Anzu ke tiang gantungan. Ryo juga bernasib sama dengan Bakura, karena itu mau tidak mau mereka terpaksa bersandiwara dengan memainkan kata-kata aneh.
"Hei Tweedle Dee 'Ryo', kau yakin itu dia?" tanya Bakura.
"Masa sih? Aku nggak tahu juga, Tweedle Dum 'Bakura'." Ryo malah berbalik tanya.
"Tapi, nggak mungkin dia, ah! Dia kan semut (baca : cebol)!" kata Bakura lagi.
"Bukan, ah! Belalang kali (baca : kurus, tinggi, langsing)!" sahut Ryo.
Anzu terheran sendiri mendengar percakapan konyol Ryo dan Bakura yang sebenarnya menyinggung dirinya itu. Sementara Red Queen 'Chouno' tertawa terkekeh-kekeh mendengar lawakan tak jelas dari kedua anak kembar itu. Setelah Sang Ratu memberikan izin untuk meninggalkan tempat itu bagi mereka (Bakura dan Ryo), wanita keji berwajah menor itu menoleh ke arah Anzu dan berujar.
"Aku suka dengan 'White Hairs'-ku!"
Anzu tak berkomentar apapun. Beberapa saat kemudian ksatria Red Queen, Keith Howard, memasuki ruangan itu dan menyalami Ratunya. Ia bercakap-cakap sebentar dengan Ratunya sebelum ia melihat ada makhluk cantik bergaun rumbai-rumbai yang duduk di sebelah Red Queen 'Chouno'. Ia terpesona dengan kecantikan Anzu dan bertanya pada Ratunya.
"Yang Mulia, siapa makhluk cantik ini?"
Ratu Chouno menoleh sebentar ke arah Anzu. "Dia Ur, kesayangan baruku!"
"Maksud saya nama aslinya, Baginda," kata Keith dengan senyum menjijikkan.
"Sudah kubilang namanya 'Ur'! Kau tuli?!" bentak Sang Ratu marah.
"Oh, Yang Mulia pasti lupa namamu. Siapa namamu, anak manis?" Keith tetap nekat menanyai Anzu.
"Sudah kubilang namanya Ur, IDIOT!" bentak Ratu Chouno kesal. Keith tak bisa bilang apa-apa lagi.
"Dari Urqiolla Shîfa ..." bisik Anzu dibarengi senyum tipisnya.
"Apa ada laporan yang bisa kau sampaikan padaku, Keith? Cepatlah! Aku tak mau membuang waktuku percuma!" tanya Sang Ratu tak sabar.
Keith tersenyum menyebalkan dan membisiki Sang Ratu suatu hal. Ratu edan itu tersenyum penuh arti. Anzu mengernyitkan dahi, penasaran akan apa yang akan dilakukan dua makhluk itu selanjutnya.
"Pengawal, bawa orang itu ke mari!" titah Sang Ratu.
Beberapa ekor monyet membukakan pintu istana dan masuklah kira-kira 10 tentara kartu yang membawa serta Atem yang kedua tangan dan kakinya dalam keadaan diborgol dan terikat rantai. Anzu dapat melihat kalau saat ini wajah pria yang membuatnya tertarik kini terlihat lesu dan tak bergairah. Pandangan matanya juga terlihat sedikit kosong. Padahal yang Anzu tahu, pemuda pembuat topi itu orang yang sangat 'bersemangat' dan ... yah—agak gila. Tapi hal itu tidak terlihat pada diri Atem yang sekarang.
Prajurit-prajurit kartu itu menyeret Atem sampai ke depan singgasana Red Queen 'Chouno' dan memaksa pemuda bermata crimson keunguan itu untuk berlutut. Sang Ratu menatap penuh minat pada pemuda berambut jigrak yang ada di hadapannya sekarang.
"Kau tahu kan' untuk apa kau kubawa ke mari? Aku ingin menanyakan satu hal saja," Ratu berdehem sebelum melanjutkan ucapannya. "Bisakah kau beritahu aku di mana gadis yang bernama Anzu ...?" kata Ratu dengan suara setengah berbisik.
Atem yang semula menunduk mulai mendongakkan kepalanya. Mata crimson keunguannya memancarkan perasaan benci yang amat sangat pada Sang Ratu dan bibir tipisnya menyunggingkan senyum hambar.
"Saya selalu memulai segala sesuatu dengan huruf 'M' ..." ujarnya pelan. Suaranya kering seperti tidak minum air bertahun-tahun. Pemuda pembuat topi itu menarik nafas sebelum melanjutkan ucapannya. "Moron, murder, mud-face, malice ..."
"CUKUP!" gertak Ratu Chouno geram. "Bagaimana kalau kau mulai saja dengan huruf 'A', Anzu?!"
"Gadis cebol itu? Entahlah, saya lupa di mana dia sekarang," jawab Atem santai. Ia tampak tak peduli pada apa yang terjadi dirinya sendiri nanti.
"Kau mau kupenggal sekarang? Supaya kau ingat?" ancam Sang Ratu.
"Aku tak pernah keberatan kalau kau mau melakukannya, tapi tak bisakah kau mempekerjakan aku? Setidaknya aku bisa melakukan sesuatu yang berguna untukmu, Yang Mulia," jawab Atem tenang saat melirik ke arah Anzu yang ada di samping Ratu jahanam itu.
"Benarkah? Bagaimana kalau kau melakukan pekerjaanmu sekarang?" Sang Ratu tampak mulai tertarik.
"Oh, saya mau saja. Tapi bagaimana saya bisa melakukan pekerjaan saya bila tangan dan kaki saya diborgol begini?"tanya Atem seraya menunjukkan tangan dan kakinya yang memang dipasangi borgol dan rantai.
"Keith, bebaskan dia!" perintah Sang Ratu. Keith menebas rantai di tangan dan di kaki Atem.
Atem yang kini terbebas, mulai mendekati Sang Ratu dan berkata. "Jadi, kira-kira topi seperti apa untuk Ratu kita yang satu ini? Dulu saya tak ada masalah dengan Ratu Shizuka, karena beliau suka model yang simpel. Nah, apa yang cocok dengan Anda, ya?"
Sementara Atem meneliti Sang Ratu dari ujung rambut sampai ujung kaki, Keith bersiap dengan pedangnya. Takut-takut si pembuat topi yang agak sinting itu berbuat macam-macam dengan Ratunya. Tapi, Atem tak nampak berbuat macam-macam sehingga dia membiarkan anak muda itu untuk membayangkan image topi yang pas untuk Ratunya.
"Humm, topi apa yang sekiranya cocok untuk Yang Mulia?" gumam Atem seraya berjalan mengelilingi Sang Ratu. "Fedora? Pet? Santa hat? Sweet gent? Romantic gent? Biretta? Cap? Feather bonnet? Picnic hat? Western grace? Sombrero? Wedding veil? Crown of ancient queen, ....." Atem menggumam-gumam tidak jelas di akhir dia menyebutkan semua jenis topi yang akan dibuatnya dan yang jelas itu adalah ceracauan yang mengandung bahasa-bahasa kasar.
"Tuan Atem!" seru Anzu menghentikan ceracacauan Atem sebelum Sang Ratu sadar apa yang dimaksud oleh pemuda bermata crimson keunguan itu dan berniat memenggalnya.
Atem menggelengkan kepalanya perlahan dan menggumamkan sebuah kata. "Fez?" dengan suara kering.
Sang Ratu memandang Atem dengan mata berbinar tanda ia menerima Atem untuk bekerja di tempatnya. Atem nyengir kesenangan—karena tidak jadi dipenggal tentunya.
Anzu bernafas lega karena Atem selamat dari hukuman Ratu Chouno. Tapi, ia jadi gelisah sekarang. Teman-temannya ada di sini sekarang, bagaimana kalau salah satu di antara mereka ada yang keceplosan dan menyebut nama aslinya? Tentunya amat sangat gawat sekali karena ia sedang dikejar-kejar oleh tentara kartu dan sekarang ia berada di sarang penjahat yang paling kejam seantero Wonderland. Sampai kapan ia akan bisa menikmati hidupnya sebagai 'Urqiolla Shîfa' di istana ini? Anzu mendesah perlahan. Hatinya agak sedikit lega saat ia melangkahkan kakinya ke taman tempat topi sutra kesayangan Atem berada.
**************************--#$%&DDD&%$#--****************************
Sementara itu, Mako terus berlari menuju Marmoreal untuk memberitahu pada White Queen 'Shizuka' tentang keadaan Anzu di Salazen Grum. Sang Ratu Putih sendiri saat itu sedang ke taman istananya untuk melihat bunga-bunga sakura yang berguguran bersama dayang-dayangnya.
"Kenapa ya, bunga-bunganya tampak sakit?" tanya Ratu Shizuka pada dayang-dayangnya.
"Mungkin karena pengaruh musim, Yang Mulia," jawab salah satu dayang yang bernama Mai.
"Mereka tampak stres," gumam Sang Ratu Putih. "Mungkin karena sebentar lagi ada peperangan besar, apakah Kakakku akan menebar teror lagi dengan Tiamat-nya?"
Belum sempat dayangnya menjawab, Mako telah menghentikan langkahnya di hadapan Sang Ratu Putih. Ratu Shizuka segera memerintahkan pada para dayangnya untuk meninggalkan mereka berdua.
"Ada apa, Mako?" tanya Ratu Shizuka lembut.
"Anzu, gadis yang diramalkan dalam Oraculum telah datang, " jawab Mako disela nafasnya yang terengah-engah.
"Bagus, di mana dia?" tanya Ratu Shizuka.
"Di Salazen Grum, maafkan saya yang menyalahi ketentuan Oraculum," jawab Mako penuh penyesalan.
Ratu Shizuka memeluk Mako erat dan menjawab. "Tidak apa-apa. Justru kalau ia ada di sana, ia berada dekat dengan pedang Balmung."
Mako menenggelamkan dirinya dipelukan White Queen 'Shizuka', dan tanpa terasa waktu sudah beranjak malam. Malam di Wonderland kali ini sangat berbeda, karena saat ini udaranya diliputi rasa takut yang amat mencekam yang bisa menakutin siapapun yang berada di sana.
**To Be Continued**
Suzaku : Dasar! Jadi gaje lagi deh nih cerita! Nggak nyambung pula sama chapter kemarin!
Atem : (menatap heran) Mana Marianne? Kok kamu yang muncul?
Suzaku : Tuh! (nunjuk ke sudut ruangan) Author tepar gara-gara besok disuruh ngumpulin proposal plus bimbingan. Dasar! Udah mau nyusun skripsi, malah keluyuran mulu!
Atem : (geleng-geleng kepala ngga habis pikir) Emang ngga bertanggung jawab nih Author kita! Btw, kita bales review dulu deh! Setelah itu kita demo sama Author, setuju ga?
All : NGGAK! KITA NGGA MAU CARI MASALAH SAMA AUTHOR!
Atem : (pundung karena ngga ada yang sependapat dengannya)
Yugi : (sweatdrop) Jiah, dia pundung! Oya, reviewnya. Ngg, dari Dika the Reborned Kuriboh, katanya kok Atemnya makin labil ya? Ya iyalah! Kan Mad Hatter di dongeng aslinya mang geto kali! Trus kenapa kemunculan Yugi dikit, ohh, Dika-chan fans gue yach? Makasiiiihhh!! (muka merona, mata jadi candy-candy) kayaknya gue mau minta sama Author supaya kemunculan gue dibanyakin.
Suzaku : Tenang aja, dichapter depan kayaknya lo nongol banyak kok, Yug!
Yugi : (mata berbinar-binar) Yang bener?
Suzaku : Ya iyalah! Tanya aja sama Author!
Yugi : Ohh, Author gue sayang deh sama lo! Gue doain semoga cepet lulus deh!
All : Amin!
Atem : (sigh) Semoga aja si Author cepetan ngelarin fic gaje ini secepatnya. Cape gue dapet apesnya mulu!
All kecuali Anzu : Derita Lu!
Atem : Tega (pundung lagi)
Anzu : Tabah ya, Tem. Mereka kan memang kayak gitu.
Atem : Thanks, An! Lo emang baek banget ama gue!
All : (sweatdrop berjamaah)
Yugi : Ok readers! Sampai jumpa lagi di chapter depan! Nantikan yaaaa!
Ryo : Jangan lupa feedback berupa REVIEW! Tekan kotak hijau di bawah dengan semangat!