Akhirnya kita sampai di chap terakhir!

salam perpisahan buat semuanya hiks hiks~ *lambai lambai sapu tangan*

semoga kita bertemu lagi di fic selanjutnya! -halah-

Happy reading :D


Disclaimer: Masashi Kishimoto

Don't like don't flame


Chapter 6: Untuk selamanya

"Kau seharusnya malu, Sasuke!"

"Sakura!" panggil Sasuke berteriak saat Sakura mulai menjauh. Tapi Sakura terus berjalan tanpa memperdulikan Sasuke.

"Sakura! Tunggu! Aku ingin bicara!" teriak Sasuke mengejar Sakura. Tapi, Sakura -dan Justin- sudah hilang dari pandangan mata.

"Egh..." tak tahan, air mata Sasuke mulai menetes.

"Aku hanya ingin bilang..." Sasuke mengeluarkan sebuah kalung berinisial 'S' dari kantungnya.

"Otanjoubi... omedetou, Sakura..." Sasuke menggenggam erat kalung yang ia pegang sambil menunduk. Lalu akhirnya ia berbalik badan dan berjalan cepat menuju sekolah, entah apa yang ia lakukan disana, cowok emo itu hanya berjalan menuju salah satu loker dan menaruh secarik kertas di dalamnya lewat lubang ventilasi yang ada.

-000-

"Teme jahat! Kamu gak nonton pertunjukkan aku kan kemarin?" rengek Naruto saat mereka sudah sampai di sekolah.

"Hn, memangnya kenapa?" tanya Sasuke enteng.

"Wow, oke! Kita putus!" ujar Naruto pada Sasuke.

"Emang pernah jadian?"

"Mukamu sengah banget, ngajak ribut." Balas Naruto sengit.

"Gak ada niat ribut sama kamu, paling tahan 1 menit aja enggak." Sasuke meremehkan.

"Hey, aku tidak takut!" teriak Naruto sok pemberani, padahal mah hatinya ciut.

"Nantangin nih ceritanya?" ucap Sasuke sambil menggulung baju seragam sekolahnya yang sudah pendek itu, sehingga memperlihatkan otot ototnya yang menggoda.

"Eh? Tidak kok, aku kan hanya bercanda." Ucap Naruto lirih setelah melihat Sasuke dengan tampang machonya. Oh ya, ini membuat pikirannya melayang jauh. Menjadikan Sasuke sebagai uke-nya. Percuma. Sampai nenekmu salto pun tidak akan bisa.

"Kenapa? Kau takut?" tanya Sasuke.

"Enggak, cuma..."

"Apa? Kalau pikiranmu kau akan menjadikanku uke-mu, lupakan saja, dobe. Aku normal," potong Sasuke cepat sembari kembali duduk di kursinya. Naruto cengok.

"Hey aku juga normal, bodoh!" balas Naruto tak terima.

"Oh ya?" tanya Sasuke dengan seringainya. Ia mulai mendekati telinga Naruto dan membisikkan sesuatu.

"Bagaimana kalau ini...? Apa kau yakin masih menyukai... perempuan?" bisik Sasuke sangaaaat menggoda di telinga Naruto. Naruto merinding geli.

"HUAAAAH! TERNYATA SASUKE YAOI!" teriak Naruto histeris. Seluruh murid mengarahkan matanya pada Sasuke.

"BAKAAAA!" jerit Sasuke di telinga Naruto.

"Yaoi itu apa?" tanya Justin tiba tiba dengan tampang innocent. Spontan, semua murid cewek langsung menjawab tidak karuan, bahkan mungkin yang cowok juga ada.

"Yaoi itu..."

"Ih, aku aja yang jelasin!"

"Masa kamu gak tahu sih, Justin-kun?"

"Kalau gay kamu tahu?"

"Ih, Justin-kun lucu deh!" (?)

"Kamu gak perlu tau! Nanti ketularan Sasuke lagi!"

"Tapi kamu normal kan, Justin-kun?"

"Kamu mau gitu yaoi-an sama aku?"

Dan masih ada lebih dari 30 tanggapan lagi, dari anak anak di kelas 10.B hanya untuk 3 kata 'Yaoi itu apa?'

"BAKA DOBE! KUBUNUH KAU!" geram Sasuke seraya mengejar Naruto yang sudah ngibrit entah kemana.

"Eh, Sasuke kenapa tuh?" tanya Sakura pada Ino. Ino hanya menggelengkan kepala.

"Gak tau, lagi berkomunikasi dengan neraka kali." Jawab Ino enteng.

"Kalau kedengeran Sasuke, mati kau." Balas Sakura.

"Ahaha, aku kan hanya bercanda."

"Oh iya, Sakura..." panggil Ino.

"Apa?"

"Bagaimana dengan Justin kemarin?" tanya Ino. Sakura menunduk.

"Aku tidak tahu, rencananya aku akan menjawab seminggu lagi. Tapi apa tidak terlalu lama ya?"

Duk!

Sebuah jitakan sukses melayang dengan indahnya di atas kepala Sakura.

"Bodoh, itu terlalu lama tahu!" protes Ino cepat. Sakura meringis.

"Aw... sakit! Aku juga tahu!" jawab Sakura tak mau kalah.

"Sudah, sekarang kau bicara pada Justin, bilang bahwa kau akan menjawabnya hari ini juga, sepulang sekolah!"

"Nani? Kau gila! Aku belum siap!" ujar Sakura setengah berbisik.

"Pokoknya sekarang bicara!" bentak Ino.

"Tapi..."

"SEKARANG!"

"Oke, oke! Egh..." akhirnya Sakura menurut juga. Ia pun melangkahkan kakinya ke arah Justin dengan agak lunglai, diikuti Ino dibelakangnya, sekedar mengawasi.

"Justin..." panggil Sakura. Semua fans Justin yang ada disekitarnya pun menoleh dengan deathglare.

"Oh, hai Sakura! What's up?" jawab Justin, membuat seluruh wanita disitu meleleh, minus Sakura tentunya.

"Sky," balas Sakura enteng, yang langsung mendapat tarikan maut ke belakang dari Ino.

"Sakura bodoh! Maksudnya 'What's up?' itu 'ada apa?' bukan 'diatas apa?', baka!" desis Ino jengah, Sakura tertawa kecil.

"Iya aku tahu kok, cuma bercanda tadi."

"Yasudah sana samperin Justin!" perintah Ino. Sakura pun mulai melangkah maju lagi.

"Justin, aku ingin bicara." Ujar Sakura pelan, Justin menaikkan sebelah alisnya.

"Any problem, Sakura?"

"Justin, aku tidak ingin berbasa basi lagi..." ucap Sakura sembari menelan ludah. Ino yang memperhatikannya hanya bisa menggumam gemas.

"Hey, rambutmu lucu, aku baru tahu!" kata Sakura.

"Jidat!" teriak Ino dari belakang.

"Oh, haha, thanks Sakura. You're so..."

"Aku akan menjawab pernyataanmu sepulang sekolah nanti," potong Sakura cepat. Justin melongo.

"Wow, that's... awkward..." gumam Justin pelan.

"Ya, aku akan menunggumu di atap sekolah saat pulang." Lanjutnya, Justin mengangguk.

"Anything for you, sweetie..." ujar Justin sembari ingin menggapai tangan Sakura.

"Oke, aku pergi dulu!" tepis Sakura cepat dan mulai berbalik badan meninggalkan Justin dan gerombolannya.

"Justin-kun, jangan datang nanti!" kata salah satu anggota JFC berbisik.

"Huh? Why?" tanya Justin bingung.

"Bisa saja ia ingin membunuhmu!" ujarnya. Justin tertawa.

"Hahaha, impossible..."

"Hey, kalau dia tidak ingin membunuhmu, kenapa ia mengajakmu ke atap sekolah? Seperti tidak ada tempat lain saja!"

"Iya ya!" tiba tiba salah satu temannya ikut join bareng. Dan tak lama kemudian, seluruh JFC pun mulai menggumam tentang Sakura yang aneh aneh, yang hanya ditanggapi Justin dengan tawaan.

.

"Sakura, tunggu!" teriak Ino sambil terus mengejar Sakura yang berjalan muter muter di tengah lapangan.

"Huah, Ino! Aku bingung mau jawab apa nanti! Kamu sih!"

"Hah... hah... berhenti dulu!" teriak Ino berusaha menghentikkan langkah kaki Sakura, tapi gadis merah muda itu tetap tak berhenti.

"Sakura! Berhenti sekarang juga atau aku akan merebut keperawananmu!"

Deg!

Perkataan Ino itu sontak membuat Sakura berhenti menegang dan juga ilfeel tentunya.

"Apa maksudmu? Sejak kapan kau jadi yuri?" ujar Sakura sembari menoleh ke arah Ino yang sudah tepar di tanah.

"Hah... tidak! Aku hanya ingin membuatmu berhenti saja. Hah... hah..." ucap Ino terengah engah.

"Memangnya kalau aku sudah berhenti, kau mau apa?"

"Hah... ikut aku!" ajak Ino sembari berdiri dan menarik tangan Sakura.

"Hey! Mau apa kau? Kau tidak serius dengan perkataanmu tadi, kan?"

"Akan serius jika kau berani macam macam."

Sakura kembali menegang, peluh bercucuran dan akhirnya ia hanya bisa pasrah mengikuti kemana Ino pergi. Di tengah perjalanan -halah- tiba tiba ia melihat cowok berambut raven yang sedang mengejar cowok bermata biru safir.

"DOBE! KEMARI KAU!" jerit Sasuke sembari terus berlari.

"Eits, gak kena gak kena."

"Egh... DOB—"

"Sasuke? Naruto? Ngapain kalian?" panggil Ino tiba tiba. Sontak, Sasuke dan Naruto langsung berhenti.

"Hah, kalian ini childish sekali..." gumam Ino. Sasuke terdiam melihat Sakura yang sedang membuang muka.

"Sakura..." gumam Sasuke. Ino menoleh ke arah Sakura. Dilihatnya gadis itu sedang memalingkan pandangannya ke arah lain, menolak pancaran sinar dari mata onyx di depannya.

"Sakura, kau menoleh ke arah yang salah." Ujar Ino, Sakura tidak peduli.

"Sakura..." panggil Sasuke lagi. Tapi Sakura pura pura tak mendengar.

"Sakura belagu!" tiba tiba saja kata kata itu terlontar dari mulut Naruto tanpa sadar. Membuat suasana yang tadinya hening menjadi horror.

"Heh, baka amat sih! Ini tuh suasananya lagi dramatis, kenapa malah ngacauin?" ujar Ino sembari maju dan berbisik di telinga Naruto. Naruto hanya nyengir.

"Hehe, gomen. Habis Sakura diem aja dari tadi dipanggil. Kan kasian teme..."

"Terserah kau mau bilang apa, Naruto!" bentak Sakura sambil berlari pergi meninggalkan mereka.

"Sakura, tunggu!" Ino mulai mengejarnya lagi.

"Dobe! Kau bodoh apa baka sih?" bentak Sasuke.

"Teme, yang kau katakan itu dua duanya punya arti sama, pikir dong, pikir..." balas Naruto sambil mengarahkan jari telunjuknya ke kepalanya.

"Egh, yasudah lah, minggir kau!" ujar Sasuke seraya berlari mengejar Sakura dan Ino yang sudah menghilang.

"Oi, teme! Mau kemana kau?"

"Kemana aja boleh~"

.

"Ino, tinggalkan aku sendiri atau kubunuh kau!"

"Sak, aku gak ada maksu—"

"PERGI!"

Setelah mendengar teriakkan terakhir dari mulut Sakura, Ino pun langsung ngibrit terbirit birit. Disini lah Sakura Haruno berada sekarang, koridor sekolah.

"Hm..." gadis itu menggumam, berusaha mencari sesuatu yang mungkin akan menarik perhatiannya, tapi nihil.

"Cih," akhirnya Sakura memutuskan untuk terus berjalan, sampai ia melihat sebuah loker.

"Ada surat dari penggemar gak ya? Hihihi," desis Sakura. Lalu ia pun membuka salah satu loker itu, yang tak bukan adalah lokernya sendiri.

Slep.

Sepucuk surat atau lebih tepatnya secarik kertas jatuh ke lantai keramik yanga da di bawahnya. Yang awal habitatnya adalah di dalam loker Sakura. Sakura pun mengambilnya.

"Tuh kan bener, pasti ada surat. Aku memang banyak penggemar." Gumam Sakura. Hanya mencoba mengusir rasa jenuhnya, tapi matanya terbelalak saat membuka isi surat itu.

Dear Sakura,

Hey! Hari ini ulangtahunmu kan? Otanjoubi omedetou, Sakura!

Aku sudah menyiapkan kado loh untukmu. Nanti aku kasih deh!

Haha aku terkesan cupu ya nulis surat kayak beginian? Tapi gak apa apa lah, demi kamu –ceilah-

Sakura, aku suka kamu.

Terlalu to the point banget ya? Aku juga tahu kamu menyukaiku sebagai sahabat. Tapi aku lebih.

Aku ingin menganggapmu lebih, aku juga ingin kau menganggapku lebih.

Bukan sebagai sahabat, teman atau TTM. Tapi sebagai PACAR.

Aku cinta kamu, I love you, aishiteru :*

Mungkin cuma itu yang ingin aku katakan.

28 Maret 2009

-Sasuke

Tak terasa muka Sakura pun memerah, ia menutupi mulutnya dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya masih menggenggam kertas berharga itu.

"Sasu—"

"Sakura!" tiba tiba terdengar suara seorang laki laki. Sakura menoleh, dan yang dilihatnya adalah Sasuke Uchiha. Sakura pun langsung berlari ke arah Sasuke.

"Sakura! Maafkan aku! Kemarin aku—"

Belum sempat Sasuke selesai bicara, Sakura sudah memberinya sebuah pelukkan hangat.

"Seharusnya aku yang minta maaf. Aku tidak bermaksud membentakmu kemarin." Ujar Sakura ditengah tengah pelukannya. Sasuke terkejut dan membalas pelukan Sakura.

"Sasuke, aku sudah membuat keputusan," ucap Sakura yang membuat Sasuke bingung. Tapi akhirnya Sakura mengacungkan surat yang tadi dipegangnya, Sasuke tersentak.

"Itu kan..."

"Iya, ini surat darimu, aku sudah menerimanya. Arigatou, Sasuke." Kata Sakura yang membuat Sasuke blushing berat.

"Oh, eh, i-iya..."

"Sasuke, apa kau benar benar... err... ya... seperti yang ditulis disini lah!" ujar Sakura yang tak kalah blushingnya dari Sasuke.

"Menurutmu?" Sasuke balik tanya.

"Ih, aku kan nanya!"

"Tentu saja. Buat apa aku repot repot nulis kalau tidak serius?" jawab Sasuke mulai tenang.

"Lagipula, maksudmu membuat keputusan apa?" tanya Sasuke lagi.

"Apa kau tidak ingat yang terjadi kemarin denganku dan Justin? Ya, aku sudah membuat keputusan." Jawab Sakura. Membuat Sasuke deg-degan setengah mati.

"Jadi... apa keputusanmu?" Sasuke mulai harap harap cemas.

Skip time,

"So... what's your answer?" tanya Justin setelah mereka berada di atap sekolah. Mereka, Justin dan Sakura.

"Sasuke," jawab Sakura tegas dan mantap.

"Huh? What do you mean?" tanya Justin yang tentu saja bingung dnegan jawaban Sakura yang gak ada dalam pilihan 'Yes' or 'No' itu.

"Yah, maksudku, aku mencintai Sasuke."

"Sejak kapan? Tapi Sasuke bahkan tidak menyatakan cinta padamu!" protes Justin yang merasakan penolakkan mentah mentah.

"Dia menyatakan kok, hanya agak lebih terlambat darimu."

"Tapi aku kan mencintaimu, Sakura!" ujar Justin berusaha mengubah keputusan Sakura. Tapi Sakura menggeleng.

"Sasuke juga mencintaiku, dan aku mencintainya."

"Tapi... kenapa?" tanya Justin kecewa.

"Kau bahkan tidak ingat ulangtahunku,"

DEG!

Oh ya, Justin benar benar lupa akan hal itu. Yang ada di otaknya hanya 'Aku akan menembaknya, Sakura akan menerimaku dan kita jadian'

"Kenapa diam? Benar 'kan? Bagaimana kita bisa berhubungan jika ulangtahunku saja kau tidak ingat?"

"Hum, oke, jadi sekarang...?"

"Masih belum jelas? Aku cinta Sasuke Uchiha," jelas Sakura lagi dengan nada lantang. Membuat hati Justin rasanya tersayat sayat menjadi begian yang paling kecil.

"Maaf, Justin." Ujar Sakura lagi sambil meninggalkan Justin yang masih berdiri sendirian di tempat tinggi itu.

Flashback

"Jadi... apa keputusanmu?" tanya Sasuke yang menggenggam erat Sakura di pelukannya.

"Kau bodoh? Jadi kau kira tadi aku memelukmu untuk apa?" Sakura balik tanya. Sasuke tersenyum.

"Untuk membuktikan bahwa kau sayang padaku..."

"Salah," ujar Sakura. Sasuke menautkan sebelah alisnya.

"Yang benar, untuk membuktikan bahwa aku cinta padamu..." mendengar itu pun Sasuke mulai mengeratkan pelukannya lagi. Seakan tidak mau Sakura terpisah, ia seperti nyawa bagi Sasuke, jika tidak ada Sakura, hidupnya akan berakhir begitu saja.

"Oh, iya, Sakura..."

"Hn?" tanggap Sakura saat mendengar Sasuke menyebut namanya. Sasuke mengeluarkan sebuah kalung dan mengarahkannya ke leher Sakura dan memasangnya.

"I-ini untukku?" tanya Sakura tidak percaya.

"Tentu saja, sebagai hadiah ulang tahunmu. Gomen, aku terlambat memberikannya..." ucap Sasuke.

"Ini sudah lebih dari cukup, tidak ada kata terlambat. Aku akan tetap menunggu kok walau 1000 tahun lagi," jawab Sakura gombal. Tapi Sasuke tidak mempermasalahkannya.

"Aishiteru, Sakura..."

"Aishiteru too, Sasuke..."

End of Flashback

-OWARI- -THE END- -TAMAT-

Huahahaha *ketawa jahanam*

tadinya saya mau buat JustinSaku. berhubung Justin bukan original chara dari Naruto jadi ga enak deh.

ada yang gak puas sama endingnya? kasih tau lewat review!

ada yang mau protes? kasih lewat review!

ada yang mau flame? kasih lewat PM! *gubrak!*

RnR?