My Choice

Chapter 1: Kiss in the street..

Author : aya-kuchiki chan

Disclaimer : punya Ay Kubo. Lho? Sejak kapan Ay sodaraan ma om Tite?

Kaga ko, kalau Ay sodaraan ma om Tite,

udah dari zaman ki benen Ay minta dimasukin ke Bleach wat jadi istrinya Byakun.

*dibakar rame-rama ama Byakun fans*

Sudahlah, lupakan author yang terlalu banyak bermimpi ini.

Sekali lagi, Bleach masih punya Om Tite Kubo.

Pairing : ByaRuki or IchiRuki? Anda yang menentukan..

ByaAy,,whaaa..Ampun2. Ay g jadi rebut abang Byakuya dari mpok Hisana d..

Akhirnya UAS pemeras otakku akhirnya sudah selesai!! Yey..yey

Fic ini Ay persembahkan buat para Byakun fans..(termasuk ..)

Fic ini sebagai ucapan ulang tahun buat Byakun tercinta.(peluk-peluk Byakun)

*dibuang ke Nusakambangan ma Byakun FC*

Oiya, chapter kali ini adalah RUKIA'S POV.

Kalau ada POV lain, akan ada !

Di sini Byakun tercinta akan menjadi OOC,

dan akan ada OC yang tak lain dan tak bukan adalah

*jreng-jreng* Aya Kuchiki..*digaplok rame-rame gara-gara nebeng beken*

Okkkkkk!! R&R ok!

Chapter 1: Kiss in the street

Hari ini adalah tanggal 31 Januari, aku melangkahkan kakiku menyusuri jalan di depanku. Hari ini tepat 2 tahun aku menjalin hubungan dengan Ichigo. Tapi lagi-lagi aku harus menahan kesedihanku. Ya, karena lagi-lagi Ichigo tidak bisa hadir di sampingku. Lagi-lagi aku menghabiskan hari jadi kami seorang diri. Seperti hari ini, aku pulang kuliah sendiri. Aku sudah berharap bahwa Ichigo akan menemaniku. Padahal aku sudah bolos kerja agar bisa ikut kuliah pagi dan menghabiskan waktu bersama Ichigo, tapi nyatanya Ichigo malah sibuk mengurusi pameran kesenian yang akan diadakan sebentar lagi. Huh, memang sudah nasibku menjadi kekasih seorang ketua senat.

Aku berjalan seorang diri. Jalanan yang kulewati memang tergolong cukup sepi. Entah kenapa hawa di sekelilingku berubah menjadi tak enak. Seperti ada yang mengawasiku dari belakang. Aku memberanikan diri untuk menoleh kebelakang. 'Kami sama, tolong berikan aku keberanian,' aku pun menoleh ke belakangku. Aku terkejut melihat apa yang ada di belakangku.

Meeoonggg..

"Fuih, ternyata hanya seekor kucing," aku menarik nafas lega.

Aku melanjutkan perjalananku. Lagi-lagi aku merasakan hawa yang tak enak berasal dari belakangku. Tapi kali ini aku berfikir positif. 'Paling-paling hanya kucing lagi,' batinku. Tapi ternyata pemikiranku kali ini salah. Karena saat ini seorang laki-laki sedang menarik tanganku. Lebih tepatnya menyeret tanganku sehingga aku mengikuti laki-laki itu.

'Kami sama tolong aku,' apa yang akan dilakukan oleh laki-laki ini? Dia menarikku melewati jalan yang sangat sepi. Mulutku ingin sekali berteriak tapi entah kenapa tidak ada suara yang bisa keluar dari mulutku. Dia terus menarikku hingga berakhir di jalan buntu yang sama sekali tak berpenghuni. Sekarang aku benar-benar menyesal tidak berteriak dari tadi. Karena disini, aku yakin sekalipun aku berteriak sekuat tenaga, tidak akan ada orang yang mendengarku. 'Kami sama, lindungi aku,'

Laki-laki itu kini mendorongku hingga tubuhku merapat di dinding jalan. Aku kini bisa melihat dengan jelas wajahnya. Tampan, itu yang pertama kali terlintas di benakku. Rambut hitamnya yang panjang sama sekali tidak membuatnya kehilangan pesona. Itu justru menambah daya tarik laki-laki yang sedang berdiri di hadapanku. Matanya? Mata abu-abu itu membuatku menahan nafas. Karena mata itu sekarang sedang menatapku lekat-lekat. Siapa laki-laki ini?

"Kau tidak akan bisa lari dariku, Rukia," ucapan laki-laki itu benar-benar membuatku terkejut.

Darimana dia tahu namaku? Belum sempat aku menanyakan hal itu, laki-laki di hadapanku ini langsung menutup ruang gerak bibirku. Mengunci bibirku dengan bibirnya. Sial, apa yang dilakukan orang ini?! Aku berusaha melepaskan ciumannya. Tapi aku tidak bisa. Ciumannya walau sangat lembut tetapi begitu kuat dan mantap tanpa sedikitpun ragu melekat di bibirku. Aku merasakan lidahnya mulai menerobos pertahanan yang ku buat di dalam mulutku. Akhirnya pertahananku jebol, sekarang aku bisa merasakan lidahnya menari dengan bebas di dalam rongga mulutku. Menikmati segala yang ada di dalamnya. Sial, aku tidak bisa melawannya. Setelah puas menjelajahi seluruh bibir dan isi mulutku, laki-laki itu melepaskan ciumannya.

"Brengsek! Siapa kau?!" aku meluapkan kemarahanku pada laki-laki kurang ngajar ini.

"Aku Byakuya Kuchiki. Ingatlah nama itu Rukia. Karena itu adalah nama pria yang akan membuatmu jatuh cinta," laki-laki itu lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

"Gila!! Dasar orang gila!!" aku meneriaki laki-laki itu. Laki-laki itu tidak berbalik untuk menjawabku. Dia tetap meneruskan jalannya. Meninggalkanku dengan ribuan tanya di otakku. Aku baru saja dicium, ciuman pertamaku direbut secara paksa oleh seseorang yang sama sakali tidak ku kenal. Ciuman yang selama ini ku jaga untuk Ichigo malah direbut oleh orang gila itu.

"Arghhhh… Kau gila Byakuya Kuchiki!!!!!"

Sementara itu di kediaman keluarga Kuchiki.

Byakuya's POV

Hari ini aku bertemu dengan Rukia. Akhirnya aku menemukannya juga. Padahal sudah sebulan ini aku hanya mengetahui wajahnya dari foto milik Aya. Ternyata wajah aslinya jauh lebih cantik dan menarik dibanding dengan fotonya. Aku mengingat kejadian tadi. Ah, sepertinya aku memang menyukainya. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka. Dan seseorang yang kukenal sebagai adikku yang cerewet pun muncul menampakkan wajahnya.

"Hei nii sama. Terima kasih ya sudah memberiku tontonan gratis. Hehehe...," ucap Aya. Aku mengerutkan alisku, tontonan?

"Apa yang kau bicarakan Aya?"

"Ah nii sama, jangan berpura-pura seperti itu. Aku tadi melihat kau mencium Rukia kan?" ucapan Aya membuatku mengingat kembali kejadian tadi.

"Diam anak kecil,"

"Anak kecil?? Aku sudah dewasa tau! Umurku kan sudah 17 tahun! Lagipula kan aku yang membuatmu mengetahui tentang Rukia," ucap Aya.

Memang benar yang diucapkannya. Aku mengetahui tentang Rukia dari foto yang diambil Aya saat pulang ke Jepang bulan lalu. Sebelumnya aku dan Aya memang tinggal di Inggris. Aya sedang menyelesaikan studynya di jurusan fotografi semester awal Oxford University dan aku sendiri adalah mahasiswa semester 5 arsitektur di Shefield University. Aku tidak ingin kuliah di tempat yang sama dengan Aya karena bisa-bisa aku dijadikan objek fotonya terus menerus.

"Lalu memangnya kenapa kalau aku mengetahui Rukia dari fotomu?"

"Itu berarti aku harus tahu perkembangan hubungan kalian selanjutnya. Hehe..,"

"Sudah jangan berisik,"

"Nii sama, kau benar-benar serius menyukai Rukia?" ucapan Aya sedikit membuatku terperangah. Apa aku serius menyukai Rukia?

"Entahlah, memangnya kenapa?"

"Tidak, hanya aneh saja. Ku rasa kau akan sulit untuk mendapatkan hatinya,"

"Maksudmu?"

"Mana ada wanita yang akan dengan mudah menyukai bahkan mencintai laki-laki tidak dikenal yang merebut ciumannya secara paksa,"

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan membuat Rukia jatuh cinta padaku,"

"Baiklah. Sebagai adik aku hanya akan menyemangatimu. Kuharap kau tidak melupakan satu hal nii sama," Aya mengucapkannya dengan wajah yang murung. Aku tahu, dia pasti mengingat kejadian saat itu. "Hargailah kesuciannya sebagai wanita. Karena seorang wanita tidak akan pernah memaafkan laki-laki yang menodai kesuciannya," Aku langsung menarik Aya ke dalam pelukanku. Aku masih ingat jelas saat dimana Aya hampir kehilangan kesuciannya oleh bajingan itu. Kalau saja aku datang terlambat, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.

"Aku akan selalu mengingat hal itu," ucapku. Aya lalu melepaskan pelukanku padanya.

"Aku percaya padamu nii sama. Kurasa pertemuanmu dengan Rukia adalah kado ulang tahun yang paling berharga untukmu," ucap Aya sambil tersenyum. Aku baru ingat hari ini adalah hari ulang tahunku. "Selamat ulang tahun ya nii sama, ini kado dariku," Aya lalu mengelurkan sesuatu dari saku sweaternya dan menyerahkannya padaku. Ternyata itu adalah sebuah foto yang dihiasi sebuah pita di ujungnya. Aku terkejut melihat foto ini. Ini…

"Kau..,"

"Hehehe.. disimpan ya nii sama!" Aya mengedipkan sebelah matanya dan keluar dari kamarku.

"Dasar! Terima kasih," aku mengucapkan terima kasihku sebelum Aya menutup pintu kamarku.

"Sama-sama," Aya pun menutup pintu kamarku setelah mengucapkan hal itu.

Aku memandang foto yang baru saja diberikan Aya. Itu adalah foto kejadian hari ini. Foto disaat aku mencium Rukia. Anak itu memang benar-benar. Sempat-sempatnya dia memotret kejadian itu. Aku tersenyum, memandang foto yang kini ada di tanganku. Rukia, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku.

End of Byakuya's POV

To be continue

Akhirnya setelah nangis darah seember bisa juga ngaplod ni fic *lebay mode on*

Gomen yang sedalam-dalamnya buat Byakun fans!*bungkuk-bungkuk*

Maafkan Ay yang sudah membuat Byakun menjadi OOC yang rada mesum.

Tapi Ay janji, Byakun ga kan ngapa-ngapain Rukia ko.. Suer deh..*pasang tanda victory*.

Oya sedikit pemberitahuan, akan banyak karakter yang OOC.

Mohon maaf ya Om Tite, karena Ay membuat tokoh-tokoh buatanmu menjadi seperti itu..

Ini fic pertama Ay dengan rate M.

Mungkin emang ga terlalu mesum, cz Ay ga gitu bakat bikin fic dengan rate ini. Bingung..

Oya, fic ini terinspirasi dari sebuah manga yang pernah Ay baca, tapi Ay lupa apa judulnya *author pikun*. Maklum, bacanya juga boleh minjem dari teman beberapa tahun yang lalu.. Mungkin inti permasalahannya sedikit mirip dengan manga tersebut. Seperti Da Vinci Code yang mirip ama Musuh Dalam Selimut nya Agatha Christie. Atau Heart yang mirip ama Kuch-Kuch Hota Hai. Lah ko Ay malah curhat??

Fic ini aku persembahkan sebagai hadiah untuk ulang tahun Byakun tercinta..

Tapi sebelumnya gomen udah bikin fic rate beginian wat ultahnya Byakun.*bungkuk-bungkuk*

Epy BuilTday Byakun..(peluk-peluk Byakun)*dikebiri ma fans Byakun*

Ok, tolong di baca dan jangan lupa diripiu ya..*mohon dengan sangat*