Kedua mata sang pemuda itu menatap lurus, tajam, langsung pada sepasang safir sembap sang gadis yang masih terlihat murka di hadapannya, terdiam menunggu reaksi lanjutan sang pemuda. Lengkungan manis masih menggantung pada wajah sang rambut keperakan itu. Tatapannya dingin, namun entah mengapa sang gadis dapat merasakan… sesuatu yang lain. Rasa sakit.

Rasa sakit yang sama dengan yang gadis itu rasakan saat ini.

"…kau pikir bagaimana aku hidup selama ini?"

Kegelapan. Malam. Sunyi.

Kau pikir menghabiskan sebagian besar hidupmu di kegelapan itu tidak membuatmu gila? Kau pikir aku tak pernah memiliki keinginan untuk tinggal di tempat yang penuh cahaya – seperti kau sekarang ini? Jika dibandingkan denganmu yang memiliki kesempatan untuk membangun relasi dan membuat diri berkumpul dengan orang-orang tanpa dosa dan berhati malaikat di desa itu, aku bisa bilang kalau kau ini adalah gadis yang manja, kau tahu itu?

-sayangnya, kata-kata tersebut tak diucapkan lebih lanjut oleh pemuda berambut keperakan itu. Alih-alih menjawab, yang dilakukannya hanya… tetap menyunggingkan senyum misterius, lalu menghela nafas panjang. Skye, Sang Pencuri Bayangan, menahan dirinya untuk tidak melukai perasaan gadis yang baru saja pecah tangisnya. Entah mengapa, tak sampai hati rasanya.

"Yah, bukannya aku tak mau bicara banyak, Mi Amor…" ujar sang pemuda, melangkahkan kaki mendekati sang gadis. Perlahan, sangat perlahan, sang pemuda mendekatkan wajahnya pada sang gadis. Jarak di antara mereka, bisa dibilang hanya terpaut beberapa centimeter—bahkan mungkin kurang. Kemudian, jemari sang pemuda membelai helaian rambut pirang sang gadis, menyampirkannya sedikit dan...

Kini sang gadis bisa mendengar helaan nafas tenang sang pemuda tepat di telinga kirinya.

"…tapi hal-hal tentangku kebanyakan adalah ra-ha-si-a," bisiknya perlahan, dengan sengaja menekankan kata 'rahasia' tadi. Dan dengan cepat, Skye mencuri kesempatan dan mengecup leher sang gadis.

Claire, sang gadis yangjadi 'korban'nya , bergidik merinding dan segera menyiapkan tamparan lainnya untuk si pencuri yang telah bersikap kurang ajar barusan.

"S-SKYE!"

Sayangnya, bahkan sebelum tangannya terangkat, pemuda tersebut sudah menghindar dan kini telah berada dalam jarak beberapa langkah dari Claire.

Angin dingin bertiup dalam sunyinya malam, membuat rerumputan bergesek dan menimbulkan suara gemerisik tenang di balik gemericik air sungai yang jernih tertimpa cahaya rembulan. Dua insan itu kini berdiri saling memandang tanpa kata-kata.

Sang pemuda berambut keperakan, hanya tersenyum melihat gadis pirang yang kini hanya bisa menutupi bagian yang dikecup sang pemuda tadi, dengan satu tangannya yang gagal melakukan hanya diterangi cahaya bulan malam itu, keduanya tahu bahwa wajah sang gadis merona – bukan hanya merona lagi, bahkan mungkin tersapu(?) – kemerahan.

"K-kau…" kata-kata Claire memecah kesunyian diantara keduanya. Skye hanya menggumam sedikit dan memiringkan kepalanya empat puluh lima derajat sebagai sahutannya. Lalu dengan tarikan nafas panjang, Claire melanjutkan kata-katanya.

"Kumohon… Jangan pergi dan menghilang lagi,"

Kata-kata tersebut bukanlah hal yang diduga oleh Skye. Jika yang dilontarkan adalah kata-kata makian,ia sudah akan mempersiapkan tawa nya yang paling keras lalu meninggalkan gadis itu dalam kekesalan. Tapi jika yang terjadi adalah sebaliknya seperti ini…

"H-hah? Bukannya yang harusnya kau katakan itu hal sebaliknya, Nona Manis?" balasnya sedikit panik, berusaha untuk tetap tampak , sepertinya sesuatu terasa mulai runtuh dalam dirinya, namun ia bertekad jangan sampai ada yang menyadari hal itu. "Lagipula, apa yang kau harapkan dari seorang Pencuri Bayangan sepertiku, nona? Selanjutnya pun ada banyak hal yang harus kuselesai—"

"Akan kutunggu,"potong Claire dengan suara yang lebih mantap. "Di tempat ini, besok, waktu yang kutunggu."

Skye sang Pencuri Bayangan itu kini seakan terhipnotis oleh kedua safir biru sang gadis, yang berbalik menatapnya tajam, namun entah kenapa bukan tatapan yang menusuk. Sorot matanya mantap, menunjukkan determinasi – yang tentu saja tidak dipahami sang pemuda untuk apa – meski tetap membuatnya sedikit… terpesona?

"Kh…"

Tanpa kata apapun untuk membalas pernyataan Claire barusan, Sang Pencuri Bayangan itu berbalik ke arah kegelapan dan berjalan menghilang.

Meninggalkan sang gadis sendirian terhenyak dalam pikirnya, di bawah sinar rembulan yang perlahan mulai menghilang digantikan semburat kemerahan yang mulai muncul di langit timur...

…akan kutunggu


Author's Note

Halo semua!

Iya, iya, saya terlalu lama pergi. Iya, iya, ini harusnya discontinued kok.

Salam untuk semuanya~ (kalau ada yang masih mengikuti cerita ini, sih, tentunya). Maafkan saya sudah terlalu lama menghilang (beberapa tahun, ya?). Jujur memang semakin bertambahnya umur, terlepas dari masa pendidikan, dimulainya kegiatan yang baru, membuat waktu dan mood tersita untuk banyak hal.

Maafkan saya sudah lama sekali tidak bisa melanjutkan cerita ini, ya (hiks). Makin kemari inspirasi saya makin... tumpul.

Terima kasih banyak untuk semua yang masih mau membaca cerita ini! Kalau ada yang mungkin sadar, cara saya menulis dari chapter ke chapter bisa diamati perkembangan (atau kemunduran?!)nya ya? Saya baru sadar kalau saya sempat menulis dengan gaya bahasa yang... ...alay

OTL

Singkat kata, semoga anda sekalian menyukai updatean pendek ini (yang saya bikin sebagai satu chapter). Mudah-mudahan ke depannya saya masih bisa terus berkarya untuk paling tidak menyelesaikan cerita ini baik-baik. Jangan lupa Review ya (kalau sempat dan tidak keberatan).

Yooosh.

Sampai jumpa lagi!

Best Regards,

Shiramiu