Greetings! Lama saya tak muncul, hehehe...

Buat yang belum kenal, perkenalkan, Shiramiu authoress gebleg yang nulis seenak moodnya... xD

Fic kali ini benar-benar tak terduga! Inspirasinya datang begitu aja, saia yang sedang nganggur di depan laptop, iseng membuka , dan tahu-tahu jadi fic ini... =_=;

Mohon maklum dengan ketidakjelasan dan segala bentuk kejanggalan dalam fic ini. Dibuatnya dengan keadaan setengah sadar -- bikinnya tengah malam, sih...

Anyway, please read at your own risk! :P

And don't forget to leave some reviews (or flame), I'll be so happy to have some ... :D

Harvest Moon - More Friends of Mineral Town

Rating : T

Disclaimer : I don't own any characters from HM... T^T

Loneliness and Hope

~Prologue~

Sepi...

Entah mengapa perasaan seperti ini muncul di hatiku. Sejak kapan aku merasa kesepian?

Dan yang lebih mengherankan, bagaimana bisa?

Dengan semua penduduk desa yang begitu baik dan menyenangkan; mereka menyayangiku

Ada teman-teman yang seumuran denganku... Apa yang kurang?

Pertanianku sudah berhasil. Ternak, kebun, semua terurus dengan baik. Apa yang kudapatkan disini sudah cukup. Lebih, malah.

Tapi setiap aku menjalani keseharianku, hatiku selalu merasakan hal itu. Perasaan yang membuat dada begitu sesak, seolah ingin menangis.

Aku... kesepian...

Tapi, sejak kapan...?

* * *

Aku melangkah menyusuri jalan setapak menuju Mother's Hill untuk mencari buah anggur liar. Sepanjang perjalanan kulihat banyak pepohonan dan tumbuhan lain yang tampak begitu segar di bawah cahaya mentari sore.

Ya, aku suka berjalan-jalan di sore hari. Cahaya merah yang tak akan membuatmu kepanasan, angin sejuk yang berhembus pelan, suara jangkrik yang mulai berbunyi satu persatu... Membuat perasaanku tenang...

Tapi makin membuatku merasa kesepian.

Karena di sore ini, lagi-lagi, aku sendirian.

Sebelum sinar matahari menghilang sepenuhnya, aku bergegas mengumpulkan anggur-anggur liar yang tadi aku dapatkan dan menyimpannya dalam ransel serba-muatku. Saat aku mulai melangkahkan kakiku untuk kembali ke peternakanku, aku mendengar suara gemerisik di belakangku.

Aku menoleh. Tak terlihat siapapun.

Hanya jalan setapak menuju ke puncak Mother's Hill dengan semak-semak di pinggirannya.

Entah apa yang merasukiku, tiba-tiba saja aku melangkahkan kakiku menuju puncak Mother's Hill...

Dari puncak aku dapat melihat pemandangan luar biasa indah. Di ufuk barat, matahari hanya tinggal segaris, tetapi masih menyisakan gradasi warna dari merahnya senja hingga gelapnya malam, yang tak cukup indah bila hanya dilukiskan dengan kata-kata. Seolah semua warna ada disana.

Sayangnya, pemandangan itu tak berlangsung lama. Semenit kemudian, langit berubah gelap. Bintang-bintang mulai bermunculan menggantikan matahari yang telah beristirahat untuk sementara. Bulan sepertinya sedang malu manampakkan dirinya, membuat berjuta-juta bintang berlomba-lomba memancarkan sinarnya di tengah kegelapan malam itu.

Aku hanya terpana melihat keindahan ini.

Perlahan aku duduk, menatap langit, berusaha menikmati suasana. Angin malam berhembus pelan, membuatku sedikit bergidik karena pakaianku yang berlengan pendek. Aku merapatkan kedua tanganku, mendekap diriku sendiri.

Aku menengadahkan kepala, memandang langit yang penuh bintang bertaburan...

*berkelap -kelip, penuh warna, intan berliaaaan~~~ eh, kok malah nyanyi... =_=;*

Bintang-bintang yang begitu banyak... Sebanyak manusia yang ada di muka bumi ini...

Atau manusia yang lebih banyak?

Adakah yang pernah benar-benar membandingkannya?

Berapa sebenarnya jumlah bintang-bintang di jagat raya ini?

Akh. Entah apa yang kupikirkan ini. Memang apa gunanya menghitung jumlah bintang? Bintang-bintang yang kini terlihat itu pun belum tentu masih ada. Bisa saja sudah lenyap menjadi supernova, atau debu-debu angkasa, menjadi sisa-sisa yang sama sekali tak menarik seperti halnya bintang lain yang masih memancarkan sinarnya.

Kenapa juga pikiranku jadi berputar-putar di sekitar bintang? Aku menyadari kalau hari sudah makin malam. Dan aku teringat fakta bahwa untuk seorang gadis sepertiku, berjalan di tengah kegelapan bukanlah hal yang aman. Dan sebelum hari semakin malam dan berbahaya, kuputuskan untuk kembali ke peternakanku.

Tapi masih ada ruang kosong di hatiku. Dan aku masih merasa kesepian...

"Tak adakah yang bisa mengisi kekosongan di hatiku ini...?" kataku pelan, sambil menatap langit. Sebuah bintang jatuh saat aku mengucapkannya. Kebetulankah?

Aku kembali mengarahkan pandanganku ke jalan dan meneruskan langkahku, turun dari puncak Mother's Hill. Kembali ke peternakanku untuk menjalani hari-hari seperti biasanya... Dengan kekosongan yang masih ada di hatiku, bagai sebuah lubang yang tak kuketahui seberapa dalamnya...

* * *

End of Prologue!!!

Hmm, pendek, memang...

Silahkan dilanjutkan ke Chappie 1! ^^

Kalau berkenan silahkan tinggalkan review~!