Disclaimer: Masashi Kishimoto

Genre: Romance/Comedy

Rating: T

Pairing: SasuSaku

Warning: AU, Non Uchiha Massacre, OOC tingkat tinggi, Comedy garing, sedikit adegan Shonen Ai SasuNaru di chapter ini.


Wonderful Life

Story by: Akina Takahashi

Chapter 1: Tetangga

Suasana bar malam ini tidak terlalu ramai. Dari kejauhan terlihat seorang pria tampan berambut hitam yang model rambutnya terlihat seperti… buntut ayam? Entahlah mungkin itu adalah model Harajuku yang terbaru?

"Brengsek! Sebenarnya apa sih maunya si waria itu?!" gerutu Sasuke. Ia menenggak botol Sakenya yang ke lima. "Padahal wajahnya saja mirip dengan banci yang kulihat di perempatan kemarin."

Yah, hari ini benar-benar hari yang menyebalkan bagi si tampan berambut hitam ini. Laporan penelitiannya ditolak hanya karena alasan yang tidak masuk akal. Laporannya ditolak hanya karena ia tidak mau menemani dosennya, Orochimaru, pergi ke salon. Huf, benar-benar alasan yang tidak masuk akal bukan?

"Cih, untuk apa aku menemaninya? Muka seram seperti mak lampir begitu mau diapakan juga tetap saja jelek." Umpat Sasuke. Wajahnya memerah karena mabuk. Ia mengambil tasnya kemudian bangkit dari tempat duduknya. Dengan sempoyongan Sasuke berjalan keluar bar menuju ke apartemennya.

.

.

.

Sasuke berjalan menaiki tangga kemudian membuka kenop pintu apartemennya yang bernomor 401. Tunggu! Pintu yang dibuka Sasuke bernomor 402 bukan 401. Namun sepertinya ia masih terlalu mabuk untuk menyadari hal itu.

.

.

.

Sinar matahari memasuki ruangan, membangunkan Sasuke dari tidur nyenyaknya.

Sasuke membuka matanya perlahan. Lalu warna yang pertama dilihatnya adalah…

Pink?

Sasuke membuka matanya lebar-lebar berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Seorang wanita berambut pink terbaring di sebelahnya. Tangannya memeluk pinggang wanita itu seakan dia adalah sebuah bantal guling. Sasuke segera menarik tangannya kemudian bangkit dari tidurnya, mendudukkan dirinya di sisi ranjang.

"Uhh, apa yang terjadi?" Sasuke memegangi kepalanya yang pusing akibat kebanyakan minum sake semalam. Sasuke semakin pusing ketika menyadari ia hanya mengenakan celana jins saja.

"Tenang Sasuke, ayo ingat kembali kejadian semalam." Ujar Sasuke pada dirinya sendiri. Ia mengerutkan dahinya berusaha mengingat yang terjadi semalam.

"KYAA!" Wanita yang ada di sebelah Sasuke berteriak kaget ketika terbangun dari tidurnya dan menyadari ada seorang pria yang duduk di sebelahnya.

"Siapa kau?" tanya gadis itu. Ia menarik selimut hingga hampir menutupi seluruh tubuhnya, kecuali kepala tentunya.

"Apa yang terjadi?" Sasuke bukannya menjawab pertanyaan gadis itu ia malah balik bertanya.

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya?!" Sakura menatap Sasuke dengan tatapan kesal. Tanpa sadar selimut yang menutupi tubuhnya terjatuh di lantai.

Sasuke mengamati gadis yang ada di hadapannya. Gadis itu mengenakan gaun tidur putih tipis tanpa lengan yang panjangnya hanya mencapai setengah pahanya. Sesaat wajahnya merah, ia membayangkan hal yang tidak-tidak mungkin saja terjadi semalam. Ditambah lagi saat sadar ia hanya mengenakan celana jins saja.

"Hei, semalam tidak terjadi apa-apa kan?" Tanpa sadar pertanyaan itu keluar dari mulut Sasuke.

"Mana aku tahu! Aku tidur lelap sekali. Bisa saja kau melakukan sesuatu padaku saat aku tidur." Sakura menatap Sasuke dengan tatapan kesal.

"Cih, aku tidak berminat pada wanita berambut aneh sepertimu. Warna rambutmu itu benar-benar membuat mataku sakit." Sasuke bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju pintu keluar.

Wajah Sasuke berubah pucat ketika ia melihat tulisan 402 di pintu. Yah, akhirnya dia sadar kalau dia salah masuk apartemen.

"JURUS MACAN MENGAMUK!"

Sasuke melihat ke sumber suara, Apa itu? Atraksi sirkus? Pikirnya ketika ia melihat Sakura melakukan salto beberapa kali sebelum akhirnya—

"AAKH" sebuah pukulan mendarat dengan mulus di hidung Sasuke. Sasuke jatuh terjengkang kemudian memegangi hidungnya yang berdarah.

"Hahaha! Mati kau raja iblis!" Sakura tertawa penuh kemenangan.

Kenapa dengan gadis ini?

"Bagaimana jurusku tadi? Hebat kan? Aku mempelajarinya dari film yang aku tonton beberapa hari yang lalu." Jelas Sakura penuh kebanggaan.

"Memangnya film apa yang kau tonton?" Sasuke bangkit dari jatuhnya sementara tangannya masih memegang hidungnya yang telah menjadi korban percobaan jurus anehnya Sakura.

"Misteri Gunung Merapi eh bukan, maksudku Misteri Gunung Fuji." Jelas Sakura bangga.

Astaga, aku menjadi korban dari jurus yang dipelajari dari film norak seperti itu?

"Cih, di zaman seperti ini, ternyata masih ada orang yang menonton film silat norak seperti itu." Gumam Sasuke. "Heh aneh, aku duluan!" Sasuke melangkah menjauhi Sakura.

"Siapa yang aneh hah? Orang yang salah masuk apartemen itu baru aneh!" Sakura mengumpat. Sasuke tidak menghiraukannya, Ia menuju ke apartemennya yang terletak di sebelah apartemen Sakura.

"CKLEK" Sasuke membuka pintu. Ia memasuki apartemennya kemudian mengambil beberapa es batu dan sebuah kain untuk mengompres hidungnya yang berdarah.

"Akhir-akhir ini aku benar-benar sial!" Sasuke menempelkan es batu yang dibalut kain untuk mengompres hidungnya yang bengkak.

Sasuke menyenderkan kepalanya di sofa. Ia menutup matanya sesaat. Rasanya ada yang ketinggalan… apa ya?

"Ya, ampun bajuku tertinggal di apartemen si aneh itu!" Akhirnya dia mengingat apa yang tertinggal. "Sudahlah, lain kali saja kuambil."

"Hhh." Sasuke menghela napas panjang. "Sejak kapan aku mempunyai tetangga aneh seperti itu? Sepertinya aku terlalu sibuk mengurusi urusan kampus, sampai-sampai tidak menyadarinya."

"Sudahlah, anggap saja aku sedang sial."

.

.


Wonderful Life


.

.

Suasana di kampus hari ini cukup ramai, banyak mahasiswa yang berlalu lalang beberapa diantara mereka terlihat seperti orang stres bahkan ada pula yang menangis dan tertawa tanpa alasan. Apa penyebabnya? Oh, ternyata hasil UTS telah diumumkan di papan pengumuman yang ada di setiap sisi kampus. Tentu saja bagi mereka yang gagal, mereka harus mengulang di semester depan dan tentu saja hal itu membuat mereka stres.

"Oi, teme kenapa mukamu kusut begitu?" Naruto berlari ke arah Sasuke. "Kau tidak lulus UTS?"

"Tentu saja aku lulus dobe! Aku kan bukan kau yang sudah mengulang dua semester." Sindir Sasuke.

"Lalu, apa yang membuatmu kusut seperti itu?" Naruto sedikit penasaran melihat sahabatnya. Ia memperhatikan Sasuke, hidungnya bengkak, bajunya kusut, matanya merah akibat kurang tidur (bukan karena sharingannya sedang aktif.), wajah tampannya terlihat sayu. "Kau benar-benar terlihat mengerikan. Apa ada kuntilanak yang menyatakan cintanya padamu ya? Hahaha." Naruto tertawa mengejek.

"Cih." Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Heee! Berarti tebakanku benar ya?" Naruto sedikit kaget.

"Anggap saja kemarin ada seorang kuntilanak yang menonjok hidungku." Sasuke bicara dengan nada datarnya yang biasa, ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

"Astaga! Seperti apa kuntilanak itu? Pasti seram ya? Hiii…" Naruto bergidik.

"Rambutnya panjang, dia pakai gaun putih, lalu suara teriakannya bisa membuat telingamu sakit." Jelas Sasuke.

"Hiiii… hentikan Sasuke! Aku takut sekali sama yang namanya hantu!" Naruto bergidik ngeri kemudian memeluk Sasuke. Entah kenapa yang terbayang di kepalanya adalah hantu wanita menyeramkan yang memakai baju putih penuh lubang dengan darah mengotori baju putihnya yang memang sudah kusam. Rambutnya berantakan dan dia duduk di atas batang pohon pisang sambil terkikik-kikik.

"Heh dobe lepaskan aku!" Sasuke mendorong Naruto sekuat tenaga. Naruto hampir saja terjatuh.

"Eh, Sasuke lihat! Lihat!" sepertinya Naruto sudah melupakan masalah kuntilanak tadi. Matanya tertuju ke arah seorang gadis cantik berambut pink yang sedang berjalan sendirian. Ia menunjuk ke arah gadis itu.

Sepertinya Naruto tidak tahu 'kuntilanak' yang dimaksud Sasuke adalah gadis cantik yang sedang dilihatnya.

"Apa?" Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Naruto. Seketika matanya menatap sesosok gadis cantik berambut pink yang memukulnya kemarin. Itu… si aneh yang kemarin.

Sakura berjalan dengan anggun. Ia mengenakan kemeja berwarna biru langit tanpa lengan, rok rampel putih sepanjang lutut dan sepatu fantofel putih. Sesekali angin berhembus mengibarkan rambut pink panjangnya. Entah kenapa ia terlihat mencolok diantara mahasiswa-mahasiswa yang lain. Seperti seorang bidadari yang baru saja turun dari langit.

Sakura berjalan mendekati Naruto dan Sasuke.

"Maaf senpai, aku mau bertanya. Laboratorium biologi disebelah mana ya?" tanya Sakura. Sesaat mata hijaunya melebar ketika melihat Sasuke, namun ia berusaha untuk tidak terlihat kaget.

"Di sebelah gedung rektorat, ikuti saja jalan ini. Nanti pasti ketemu!" Naruto tersenyum lebar. Ia sangat senang bisa bicara dengan gadis secantik ini.

"Ah, terima kasih senpai." Sakura menundukkan kepalanya.

"Siapa namamu?" tanya Naruto. Sasuke hanya diam mengamati Sakura, sesaat ia melihat Sakura membalas tatapannya dengan tatapan mengejek. Tentu saja tanpa diketahui Naruto.

"Haruno Sakura, Mahasiswa tingkat satu. Fakultas kedokteran. Salam kenal" Sakura mengulurkan tangannya pada Naruto. Naruto segera membalas jabatan tangan Sakura.

"Wah, kita sefakultas! Aku Uzumaki Naruto mahasiswa tingkat empat. Dan ini temanku, Uchiha Sasuke. Ia sekelas denganku." Naruto mengenalkan Sasuke pada Sakura.

"Salam kenal senpai, aku Haruno Sakura." Sakura tersenyum dipaksakan. Tangannya menjabat tangan Sasuke dengan kekuatan penuh, sesaat Sasuke berjengit. Hampir saja ia menjerit kesakitan bila ia tidak segera menutup mulutnya.

Cih, gadis ini meremehkanku.

Sasuke membalas jabatan tangan Sakura berusaha menyaingi kekuatan Sakura seakan mereka sedang mengikuti lomba panco antar RW.

"Uchiha Sasuke." Sasuke tersenyum paksa.

Bila dilihat baik-baik ada kilat yang menyambar-nyambar di antara mereka.

Tapi yang dilihat oleh Naruto bukannya adu panco tapi malah jabatan tangan penuh cinta. Naruto benar-benar salah paham. Salah sekali. Mereka bisa saling bunuh jika dibiarkan beberapa saat lagi.

"Hei, jangan mesra-mesraan disini dong." Naruto benar-benar salah paham.

Sasuke melepaskan tangannya dan menatap Sakura dengan tatapan yang seolah-olah berkata 'kita-lanjutkan-pertarungan-lain-kali'

Sakura membalas tatapan Sasuke 'aku-pasti-mengalahkanmu!'. (Sejak kapan mereka bisa telepati?)

"Eh, Sasuke kau tahu tidak?" Naruto menyenggol Sasuke yang ada di sebelahnya.

"Hn?" Sasuke masih sibuk menulis draft laporan penelitiannya di kertas HVS.

Suasana di kelas hari ini cukup ramai, ada beberapa anak yang sibuk mengerjakan tugas, ada pula yang sibuk bergosip ria di belakang kelas. Sasuke duduk di kursi yang terletak di dekat jendela, kedua dari belakang sementara di sebelahnya terdapat Naruto yang sedang memainkan Handphonenya.

"Gadis yang kita temui tadi pagi itu adalah putri tunggal dari pemilik Haruno corp lho!" Naruto sedikit histeris.

"Lalu?" Sasuke kembali memfokuskan perhatiannya pada kertas yang ada di atas mejanya. "Tidak ada urusannya denganku." Lanjutnya dingin.

"Heh teme, sebenarnya kau tertarik pada wanita tidak sih? Jangan-jangan kau ini benar-benar gay ya?"

"BRUKK" sebuah buku kedokteran yang tebalnya nyaris 2000 halaman mendarat di dahi Naruto. Menyebabkannya jatuh terjengkang.

"Hei bodoh! Aku bisa mati tahu!" Naruto memegangi benjol besar yang ada di dahinya. Sedikit bersyukur ia masih hidup setelah serangan mendadak tadi.

"Cih." Sasuke masih terlihat kesal, ia memalingkan wajahnya dari Naruto.

"KYAAAAA" Suara jeritan-jeritan nyaring menggema di seluruh ruangan. "Sasuke-sama! Lihat kesini!"

"Huh mulai lagi…" Sasuke mendengus kesal. Ia memalingkan wajahnya ke arah sumber suara-suara cempreng itu. Memberi mereka hadiah berupa deathglare.

Deathglare!

Mata Sasuke yang asalnya berwarna obsidian tiba-tiba saja berubah merah. Tiga titik hitam yang ada di korneanya berputar cepat. Tatapannya mengerikan, persis seperti tatapan Enma Ai yang hendak mengirim korbannya ke neraka.

"Gyaa!" gadis-gadis itu berhamburan begitu menerima deathglare dari Sasuke.

"Cih." Umpat Sasuke. Dia tahu, jurusnya itu takkan bertahan lama. Besok pasti mereka sudah kembali mengejar-ngejarnya lagi. Entah kenapa semakin ia bersikap dingin pada mereka, semakin giat juga mereka mengejarnya.

"Sudahlah Sasuke. Terima saja salah satu dari mereka." Naruto masih merasa geli melihat sahabatnya itu.

"Apa maksudmu?" Sasuke terlihat kesal. "Apa kau tidak ingat kejadian yang menimpaku di kafe beberapa hari yang lalu?"

Naruto terkikik geli ketika ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

.

.

.

Flashback

Sasuke berjalan menuju mejanya dengan wajah yang terlihat bosan. Ia sedikit kesal ketika mengetahui bahwa dosen kimianya tidak akan datang hari ini. Dengan sedikit menggerutu ia mendudukkan dirinya di kursinya.

"Grrrok." Naruto yang tertidur di kursinya mendengkur hebat. Sasuke menutup telinganya karena merasa terganggu dengan dengkuran sahabatnya itu yang terdengar... merdu?

Tiba-tiba selembar kertas berwarna merah muda berhasil menyita perhatiannya. Ia mengambil kertas itu lalu membacanya.

Dear Uchiha Sasuke-sama tersayang.

"Hih." Sasuke benar-benar ingin muntah saat membaca baris pertama surat itu. Kini ia tahu siapa pengirimnya. Pastilah para fangirlsnya. Namun baru saja ia hendak membuangnya tiba-tiba saja tangannya dihentikan oleh Naruto yang entah sejak kapan terbangun dari tidurnya.

"Sejak kapan kau bangun?" Sasuke heran melihat Naruto tiba-tiba saja mengambil surat yang baru saja hendak dibuangnya.

"Sejak kau membaca surat ini." Naruto nyengir. Ia lalu membaca surat yang kini telah berada di tangannya.

Datanglah ke kafe yang ada di depan kampus siang ini, aku menunggumu.

"Waah Sasuke! Ini sih ajakan kencan!" Naruto terlihat senang.

"Buang saja!" Sasuke berkata dingin. Ia sama sekali tidak tertarik.

"Eh tunggu, suratnya belum selesai." Naruto kembali melanjutkan membaca.

Jika kau mau menemaniku selama 1 jam saja, aku dan anggota-anggota fangirlsmu yang lain tidak akan mengganggumu lagi. Ini penawaran terakhir dariku.

Tertanda,

Ketua Sasuke's Fangirl Club.

Karin.

Mata onyx Sasuke melebar saat mendengar Naruto membacakan bagian terakhir surat itu. Ini kesempatan yang sangat bagus bukan? Dengan hanya meluangkan waktu 1 jam saja dia akan terbebas dari gangguan para wanita berisik itu selamanya!

"Wah! Bagus! Terima saja Sasuke! Kau akan terbebas dari gangguan mereka selamanya!" Naruto melompat kegirangan.

"Tentu saja. Aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini." Sasuke menyeringai.

Wah, wah. Ia benar-benar tidak tahu apa yang akan menimpanya nanti.

...

Poor Sasuke.

...

Sasuke membuka pintu kafe yang ada di depannya. Ia melihat seorang gadis berambut merah melambaikan tangan padanya.

"Sasuke-sama! Sebelah sini!" gadis itu benar-benar terlihat senang.

"Hn..." Sasuke melangkah mendekati gadis itu, lalu duduk di sebelahnya. "Hei, tepati janjimu."

"Tentu saja, aku akan menepati janjiku." Gadis itu tersenyum lalu menaikkan kacamatanya. "Kau mau pesan apa, Sasuke-sama?" Karin melingkarkan tangannya di lengan kiri Sasuke.

Sasuke berjengit. Ia benar-benar merasa risih. "Jus tomat." Ucapnya sembari melepaskan tangannya.

"Hm... kalau begitu aku juga sama." Gadis itu lalu memanggil pelayan dan menyerahkan daftar pesanannya.

"Menjauhlah dariku." Desis Sasuke, ketika ia merasakan Karin berusaha memeluknya dari samping.

"Apa kau ingat perjanjian kita? Kau harus menemaniku berkencan selama 1 jam." Karin berbisik di telinga Sasuke. "Ini bahkan belum sampai 5 menit loh, Sasuke-sama."

Astaga! Benar-benar gawat! Baru 5 menit saja Karin sudah memeluk-meluknya seperti ini. Bagaimana jika 1 jam? Memikirkannya saja Sasuke bergidik ngeri.

"Sasuke-sama..." desah Karin. Ia menatap Sasuke penuh nafsu. Berusaha terlihat seksi di hadapan Sasuke. Sayang usahanya malah membuat Sasuke merasa ingin muntah di wajahnya saat itu juga.

"Uh..." Sasuke memundurkan tubuhnya ke dinding ketika melihat Karin berusaha untuk bisa saja jika ia mendorong Karin, tapi jika ia melakukan hal itu. Mungkin saja para fanfirls gilanya itu akan membalasnya berkali lipat.

Sabarlah Sasuke, sabarlah. Hanya 1 jam saja dan kau akan terbebas dari semuanya.

Tapi mungkin dalam 1 jam ini kesuciannya akan terampas. (?)

Tidak! Oh kami-sama! Selamatkan aku!

"Maaf nona, ini pesanan..." Pelayan itu tak dapat melanjutkan kata-katanya ketika melihat sosok Karin yang sedang berusaha me"rape" Sasuke di dinding. "Sepertinya saya mengganggu." Pelayan itu segera berlari setelah meletakkan pesanan di atas meja.

"Tunggu! Jangan pergi!" teriak Sasuke desperate. Ia kehilangan image coolnya sama sekali.

"Ayo kita lanjutkan yang tadi. Sasuke-sama." Karin kembali mendekatkan tubuhnya pada Sasuke. Berusaha mencium bibirnya.

"Ugh..." Sasuke berusaha menghindari Karin yang sudah semakin dekat. Astaga, terkadang ia berpikir lebih baik melakukannya dengan Naruto daripada dengan Karin.

Hei Sasuke apa kau homo?

Ehem. Sudahlah. Ayo kita kembali ke cerita.

"Sasuke..." Karin masih dalam posisinya. Ia menghimpit tubuh Sasuke di dinding. Tangannya melingkar di leher Sasuke. Memajukan bibirnya untuk mencium Sasuke.

Oh Tuhan, kalau saja Sasuke bisa muntah di wajahnya. Saat itu juga ia pasti melakukannya. Tapi sekarang, ia bahkan tak bisa berpikir apapun.

Tubuhnya seakan beku. Tak bisa digerakkan sama sekali. Wajar saja tubuhnya bereaksi berlebihan seperti itu, seumur hidupnya Sasuke tidak pernah disentuh oleh seorang wanita kecuali ibunya yang over protective itu.

Kami-sama tolong aku!

Sepertinya doa Sasuke dikabulkan, beberapa saat sebelum bibir karin menyentuh bibirnya. Tiba-tiba saja ada suara yang menghentikan gerakan agresif Karin.

"KARIN-SAN!" terdengar suara jeritan nyaring dari hadapannya.

"Huh." Karin mendengus kesal karena aktivitasnya terganggu.

"Yokatta." Sasuke sedikit bersyukur masih belum terjadi apa-apa pada dirinya. Namun, ketika ia mengangkat kepalanya untuk mencari tahu siapa dewa penolongnya. Ia kembali bergidik ngeri. Ia melihat segerombolan gadis yang seumuran dengannya berdiri berjejer di hadapannya. Menatapnya dengan tatapan... apa itu? Mungkin jika ini adalah sebuah anime, mata gadis-gadis itu sudah berbentuk hati.

Oh tidak. Ini yang namanya keluar dari mulut harimau lalu masuk ke mulut buaya.

Kau benar-benar sial Sasuke.

Belum lagi jumlah mereka yang banyak. 20? Eh bukan, 30? Astaga mereka benar-benar banyak!

(Sasuke panic mode: ON)

Sasuke masih berusaha untuk terlihat tenang, menyembunyikan perasaannya. Padahal innernya sudah menjerit-jerit ingin pulang.

"Apa maksudmu, mengajak Sasuke-sama berkencan diam-diam?" seru seorang gadis berambut pirang, marah.

"Minggir kalian, Sasuke adalah milikku!" Karin memeluk Sasuke erat.

Wajah Sasuke membiru. Kami-sama! Tolong aku!

"Enak saja!" Seorang gadis berambut hitam menarik Sasuke ke arahnya.

"Milikku!" gadis-gadis yang lain tiba-tiba saja menyeruak diantara mereka. Kini Sasuke benar-benar terlihat seperti rusa yang sedang dimangsa gerombolan buaya.

"Milikku!" tarik-menarik pun tak terelakkan lagi. Beberapa kancing kemeja putih yang dikenakan Sasuke lepas akibat tarikan yang sangat kuat.

Astaga, Sasuke lebih memilih untuk berhadapan dengan gerombolan yakuza daripada gerombolan fangirls gilanya. Setidaknya jika ia berhadapan dengan yakuza ia bisa menghajar mereka, meninjunya, menendangnya. Dan ia pasti menang karena ia sangat jago berkelahi. Tapi jika berhadapan dengan gerombolan gadis seperti ini, ia mana bisa menghajar dan mengeluarkan jurus karatenya pada mereka. Bagaimanapun juga ia tidak bisa memukul wanita. Ya kan?

.

.

.

Naruto melihat jam tangannya. "Wah, baru 15 menit sejak Sasuke datang kesana. Kira-kira mereka sedang apa ya? Aku penasaran." Gumam Naruto. Ia berjalan menuju kafe yang didatangi Sasuke tadi.

Suasana kafe lumayan sepi. Meja-meja selain tempat Sasuke dan Karin tadi telah kosong. Kafe hanya dipenuhi oleh para fangirl Sasuke dan Sasuke tentunya.

Naruto berjalan mengendap-endap. Berusaha mencari tahu apa yang terjadi. Naruto mengintip dari balik jendela. Mata birunya tak dapat menemukan Sasuke. Ia hanya bisa melihat gerombolan gadis-gadis yang terlihat sibuk memperebutkan sesuatu. Ia tidak tahu kalau sesuatu yang direbutkan gadis-gadis itu adalah Sasuke.

"Apa yang terjadi? Ini kan kafe, bukannya tempat baju obralan. Kenapa mereka seperti sedang berebut untuk membeli baju obralan?" pikir Naruto heran.

Naruto masuk ke dalam kafe. Sedikit penasaran, ia berjalan mendekati gerombolan gadis itu. Ia berjingkat berusaha melihat apa yang direbutkan gadis itu.

Mata ceruleannya melebar saat ia menemukan sosok Sasuke diperebutkan di tengah-tengah gerombolan gadis. Mungkin kalau Jiraiya yang berada di posisi Sasuke ia akan sangat senang.

"SASUKE!" jerit Naruto panik. Ketika melihat sahabatnya seperti itu.

Kondisi Sasuke benar-benar mengkhawatirkan. Kemeja yang dikenakannya kini terlepas entah dimana. Wajah putihnya dipenuhi cap bibir. Rambutnya berantakan. Penampilannya ini malah membuatnya terlihat semakin 'hot'

"Gyaa!" para fangirlnya kembali meleleh ketika melihatnya.

Sesaat sebelum gadis-gadis gila itu kembali menyerang, Naruto berlari ke sisi Sasuke. Membantunya berdiri. Sasuke masih terlihat shock akibat kejadian tadi.

"Sasuke, kau tidak apa-apa?" tanya Naruto khawatir. Mata birunya menatap mata onyx Sasuke.

Tiba-tiba saja ada ide yang melintas di kepalanya. "Naruto, bantu aku." Bisiknya.

"Ha?" Naruto tak mengerti apa yang dikatakan Sasuke.

"Sudahlah kau diam saja."

"CUP"

"KYAAA!" para fangirls Sasuke menjerit histeris. Bahkan ada beberapa yang pingsan termasuk Karin. Sedangkan yang lainnya nosebleed.

Naruto hanya terdiam, mata ceruleannya melebar ketika menyadari bibir Sasuke menempel pada bibirnya. "Teme, apa yang kau..." bagaimanapun juga ia merasa tidak nyaman seperti ini. Yah, walaupun dia laki-laki tapi bila sesosok Sasuke Uchiha yang tampan, berdada bidang (Naruto bisa melihatnya karena Sasuke tidak mengenakan kemejanya), dan super seksi ini menciumnya tetap saja ia merasa... ah, sudahlah jangan dibahas lagi.

"Mulai saat ini, jangan ganggu aku lagi." Sasuke menatap tajam para fangirlsnya yang tersisa (tidak temasuk yang pingsan dan nosebleed sampe kehabisan darah.) tangannya melingkar di pinggang Naruto.

"GYAA!" seketika juga gadis-gadis itu langsung berhamburan meninggalkan tempat itu.

Sementara itu, Naruto hampir saja kehilangan kesadarannya.

"Oi, dobe! " Sasuke melepaskan pelukannya dari Naruto. Naruto terlihat bengong. "Cih! Aku Cuma pura-pura!" gerutu Sasuke kesal. Ia berjalan ke mejanya tadi, berusaha mencari kemejanya yang terlepas.

"Ah, ini dia." Gumamnya saat tangannya menemukan kemeja putihnya di bawah meja. Sasuke segera mengenakan kemejanya. "Cih. Kemejaku rusak." Umpatnya saat ia menemukan tiga kancing atas kemejanya terlepas.

"Teme! Kembalikan cepat!" Naruto terlihat kesal.

"Kembalikan apa?" tanya Sasuke tanpa rasa bersalah. Ia masih sibuk mengancingkan kemejanya.

"Ugh! Kembalikan ciuman pertamaku!" jerit Naruto histeris. "Gyah! Kau ini homo ya?"

"Aku bukan homo. Aku melakukannya agar mereka tak menggangguku lagi." Jawab Sasuke tenang.

"Huaa! Akibat ulahmu aku dikira homo juga!" Naruto benar-benar panik. "Bagaimana kalau nanti tidak ada gadis yang suka padaku?"

"Itu urusanmu."

"Tanggung jawab teme!"

"Kau mau aku melakukan apa? Menikahimu?" Sasuke menyeringai. Ia berbisik di telinga Naruto.

Sexy smirk.

Wajah Naruto memucat (siapa sih yang tahan dengan sexy smirknya Sasuke?). Ia mendorong Sasuke hingga Sasuke hampir saja terjatuh.

"Huaa! Sudah kukira! Kau benar-benar homo!" Naruto berjalan mundur ke belakang. Berusaha menjauh dari Sasuke.

"Terserahmulah."

End of Flashback

.

.

.

"Hoi, kau harus berterima kasih padaku." Naruto menepuk bahu Sasuke.

"Iya, terima kasih." Sasuke mengucapkannya dengan suara pelan. Sama sekali tidak punya niat. Yah, walaupun sebenarnya ia merasa sangat berterima kasih pada Naruto tapi sebagai Uchiha mana boleh ia kehilangan image coolnya kan.

"Hih dasar. Kenapa terima kasihnya seperti itu sih?" Naruto sedikit kesal juga dengan ulah Sasuke. Sebenarnya ia sedikit takjub juga sih habisnya kata 'terima kasih' dan 'maaf' itu tabu bagi seorang Uchiha Sasuke.

"Tapi Sasuke, sepertinya idemu itu tidak berhasil." Naruto melempar pandangan pada segerombol gadis-gadis yang mengamati mereka diam-diam dari balik jendela kelas.

"Biar saja. Yang penting mereka tidak akan mendekatiku lagi." Jawab Sasuke cuek.

"Iya, tapi mereka sibuk mem'pairing'kan aku dan kau. Cih. Mereka benar-benar mengira aku homo sekarang."

Naruto dan Sasuke benar-benar tidak beruntung. Ternyata sebagian fangirls Sasuke adalah maniak yaoi. Jadi, setelah kejadian waktu itu mereka malah semakin menjadi-jadi. Yah, untung saja mereka tidak menyergap Sasuke secara langsung seperti dulu lagi, kini mereka sibuk berkhayal yang tidak-tidak.

Sasu-seme dan Naru-uke.

Ah, Sasuke dan Naruto benar-benar pasangan yang cocok. Setidaknya itulah anggapan mereka saat ini.

"Memangnya kau keberatan dengan hal itu?" tanya Sasuke.

"Tentu saja! Kau ini bodoh apa? Aku kan jadi tidak bisa mendapatkan pacar kalau begini terus."

"Hn... yah, itu urusanmu." Jawab Sasuke, ia tidak mau ambil pusing.

-TSUZUKU-


Fanfik apaan nihh?! homo homoan ginii? kyaaa...

Wow tenang tenang semuanya minna-saan! Sasuke sama Naruto itu straight kok! serius! ini cuma bumbu cerita doang... haha

Well sebenernya ini bukan fanfiksi komedi saya yang pertama. Dulu saya sempat membuat fanfiksi komedi berjudul akiramenaide, tapi setelah membaca ulang dan berpikir kembali akhirnya saya menghapus cerita tersebut. Hahaha.

Well,

Review kalian semua selalu saya nantikan!

Love love,

Akina Takahashi