Sapphire09: Oke... untuk para reader indonesia, saya persembahkan sebuah cerita yang berjudul 'Dua Sisi Cermin'!!

Chariot330: Nii versi indonesianya 'Two Sides of A Mirror', kan?

Sapphire09: Yup! aku mutusin untuk bikin versi indonesianya. Habiis... Cerita indonesiaku sepi banget siih... Mau dikemanain mukaku ini sebagai anak indonesia!!? APA KATA DUNIA!!?

Chariot330: *dalam hati* Duh, lebay banget siih nih anak? *ngeloyor pergi*

DISCLAIMER: I do not own Naruto.

WARNING!! Mentions of rape, ooc-ness


~|Dua Sisi Cermin|~
by Sapphire09

See who I am,
Break through the surface.
Reach for my hand,
Let's show them that we can
Free our minds and find a way.
The world is in our hands,
This is not the end.

-- See Who I Am by Within Temptation


Suara derap langkah kaki yang terburu-buru menggema di dalam lorong yang dikelilingi oleh tembok beton aspal, juga sampah yang menyebar tidak karuan, menyebabkan lorong tersebut terlihat kumuh dan mengerikan. Entah mengapa, suara langkah kaki itu terdengar seperti suara kematian di telingaku. Nafasku yang pendek mulai tersengal, dan aku juga merasakan rasa sakit yang membakar lengan atasku dan kakiku.

Saat mataku menoleh ke arah sumber rasa sakitku, kusadari ada garis memanjang yang mengeluarkan darah yang mulai kering perlahan.

'Pantas saja…sakit…' pikirku. Aku tersadar aku tidak punya waktu untuk memperhatikan lukaku dan kemudian aku berlari menjauhi suara langkah kaki yang semakin mendekatiku itu.

Sepanjang aku berlari, yang bisa kulihat hanyalah jalanan kotor beraspal dengan genangan air di sekitarnya. Aku kemudian merasakan rasa sakit yang menusuk dari kakiku lagi. Ku dapat melihat, lututku yang lecet dan membiru, juga luka-luka yang masih mengeluarkan darah segar, sembari aku berlari. Aku dapat merasakan air mata mulai berkumpul di pelupuk mataku juga sambil mendengarkan suara-suara langkah kaki itu semakin mendekatiku. Dari suaranya, aku tahu kalau orang yang mengejarku itu bukan hanya satu atau dua saja, tetapi ada banyak.

Meskipun rasanya sakit, kakiku terus berlari tanpa ku komando. Kenapa aku berlari? Kenapa aku dikejar? Apakah seperti insting…akan adanya bahaya…?

Tanpa ku perintah, tiba-tiba saja kepalaku berbalik lagi ke belakang. Rasanya… aneh. Seolah-olah, ada orang lain yang mengontrol tubuhku, dan yang bisa kulakukan hanyalah mencari dan merasakannya.

Dan kakiku terus berlari tanpa perintah otakku.

Namun tidak lama, jalan yang ada di depanku hanyalah jalan buntu. Tembok bata yang tinggi menjadi akhir dari lorong yang selama ini aku telusuri.

Kami-sama, jantungku serasa berhenti.

Aku sudah terjebak.

Suara langkah kaki tersebut semakin mendekat, dan akhirnya orang-orang yang ku takuti itu mendapatkanku. Leherku berputar lagi kebelakang, untuk memastukan, dan aku dapat melihat sekelompok orang, membawa barang-barang yang dapat digunakan sebagai senjata. Dari botol bekas hingga batangan kayu, dari pisau hingga alat-alat dapur. Mereka semua membawa senjata masing-masing sambil menghampiriku.

Tanganku serasa mati rasa. Jantungku seperti ingin berhenti. Gemetar di tubuhku sudah tidak bisa dihentikan lagi.

"I-Iie…," kudengar suara yang bukan milikku keluar namun, itu keluar dari mulutku, berbisik penuh rasa takut. Kakiku bergerak kebelakang, sementara mereka terus berjalan pelan ke arahku hingga punggungku menempel ke tembok bata yang menghalangi jalanku.

Aku tidak bisa mundur lagi.

"Onegai… Y-Yamete...," kudengar diriku berkata lagi tanpa ku perintah.

Apa yang sebenarnya terjadi sekarang? Seolah… aku sedang melihat dari dalam diri orang lain.

Salah satu orang dari kelompok yang mengejarku itu kemudian mengangkat sebuah botol kosong dan dilemparkan ke arahku. Botol tersebut kemudian pecah di kepalaku, melukaiku. Darah keluar dengan derasnya dari luka yang menganga tersebut. Namun, hal itu nampaknya tidak memuaskan mereka, karena kemudian barang-barang lain mulai menghujaniku.

Sakit, perih, takut, semuanya bercampur menjadi satu dalam diriku.

Pada akhirnya, aku merasa kasihan kepada diriku ini, diriku yang mengalami semua penyiksaan ini. Aku kemudian dapat merasakan air mata turun ke pipiku, padahal aku sama sekali tidak merasa ingin menangis.

Aku bahkan tidak bisa mengontrol tubuhku sekarang. Seperti ada orang lain dalam tubuhku… Aku benar-benar hanya menjadi penonton.

Lambat laun, kelompok itu mulai bubar, hingga yang tersisa hanyalah beberapa pria. Aku kemudian dapat melihat sebuah seringai di wajah salah satu pria tersebut dan tatapan aneh di mata mereka. Tiba-tiba, mereka membawaku pergi.

"K-Kemana kalian akan membawaku?" kudengar diriku bertanya penuh ketakutan. Aku tidak suka cara mereka melihatku.

Dan saat mereka membawaku ke sebuah rumah reyot dan kosong, aku baru sadar apa yang mereka rencanakan.

Salah satu dari pria-pria tersebut mulai melepaskan sabuknya. Dapat kurasakan mataku melebar ketakutan.

"I-Ie…! IIE! IIE!! YAMETE!!!"

Semua teriakan yang keluar jatuh ke telinga-telinga yang tidak mau mendengar.

Saat segalanya berakhir, aku terus berbaring di lantai kotor dan dingin itu. Yang menutupiku hanyalah selembar kain tipis putih, kain gorden yang ditarik oleh tanganku di saat-saat penuh siksa dan penghinaan itu. Pakaian-pakaian yang tadinya kukenakan tersebar dan tersobek-sobek. Aku dapat merasakan air mata yang terus mengalir di pipiku. Mataku terus melihat kearah langit-langit yang penuh sarang laba-laba, yang telah menjadi saksi sebuah penghinaan yang terjadi.

Perlahan-lahan, leherku berputar kearah kanan. Aku melihat pecahan-pecahan botol berserakan. Sebuah pecahan botol yang ada di depanku memperlihatkan bayangan seseorang dengan rambut pendek berwarna pirang dengan mata berwarna biru safir. Orang ini… orang ini sangat mirip denganku, hanya saja dengan mata yang nampak kosong, tidak ada bedanya dengan mata orang yang mati. Bekas-bekas air mata yang mengering, yang tercampur dengan bulir-bulir air mata yang terus jatuh dari mataku, juga bukan bagaimana kuingat wajahku.

Tapi, mana aku tahu tampakku jika menangis.

Secara fisik pasti, yang berbeda antara orang ini dengan diriku adalah tiga pasang garis horizontal yang menghiasi masing-masing pipinya. Aku cukup yakin karena terakhir kali aku bercermin, aku yakin aku tidak memilikinya.

Dan aku juga sangat yakin bahwa aku bukan perempuan.


Sapphire09: hmm... bingung gak sama nii cerita? Pastinya. Tapi, harap diingat kalo ini masih prolog, jadi tolong sabar sampai Chapter I keluar, ya ^^

Bagi yang penasaran dan dapat berbahasa inggris, dapat langsung membaca Chapter I-nya di cerita saya yang berjudul 'Two Sides of A Mirror'. Di situ, chapternya dah nyampe Chapter VII + prologue.

Please R&R ^o^

Addition: Arigatou, Chary-chan~!!