a Naruto Role Play by Chiaki Megumi and Kyou Kionkitchee
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Romance/Drama
Rating: K-T (for save)
Pairing: SasuNaru (main)
Warnings: AU, ShoAi, Yaoi, possible OOC, don't like don't read!


Let the story begin...


[Chapter 1]

The Meeting


_Konoha Gakuen_

Derap langkah terburu-buru menggema di sepanjang koridor diiringi napas terengah-engah. Peluh membasahi wajah si pemilik yang ternyata tersenyum lebar. Rambut pirangnya sedikit kuyup namun tak menutupi betapa bercahayanya warna itu. Mata biru langitnya menyimpan berjuta harapan akan masa depan yang cerah.

Kemudian, dengan satu sapuan, pintu ruangan yang dari tadi ditujunya, terbuka lebar...

"Uzumaki Naruto telah dataaaang!!"

...dan buku absen bersampul biru mendarat telak di kepalanya.

"Berisik," ucap orang yang masih memegang buku absen biru itu, seorang pemuda berambut hitam dengan mata yang berwarna sama. Ditatapnya si pemuda pirang dengan tajam, dan ia melanjutkan, "Kau bukan hanya berisik, tapi juga menghalangi jalan."

Pemuda ini lalu berjalan tanpa mempedulikan orang yang sudah menjadi korban buku absen di tangannya. Ia masuk ke dalam kelas sambil berkata dengan suara yang cukup keras, "Kakashi-sensei terlambat lagi hari ini. Aku diminta mengabsen kalian sampai beliau datang."

"Itte tte..." ringis Naruto sambil memegangi kepalanya yang terkena buku. "Apa-apaan sih!?" gusarnya pada pemuda berambut hitam yang tampaknya telah memulai absennya. Kedutan besar pertanda kesal terpampang di wajahnya.

"Memangnya apa salah kepalaku sampai kau memukulnya, hah?!" raungannya membahana di ruang kelas yang otomatis menarik perhatian nyaris seluruh murid. Bagus sekali. Baru hari pertama pindah sudah membuat keributan. Entah apa yang akan dilakukan walinya nanti kalau tahu.

"Karena di situ letak kebodohanmu, Dobe," balas pemuda ini, Uchiha Sasuke, dengan nada datar, "Aku tidak tahu kalau telingamu juga punya gangguan. Kau bahkan tidak mendengar kata-kataku setelah memukulmu tadi. Sampai kapan kau akan membuat keributan di kelas ini?"

Lagipula buat apa dia terus-terusan berada di sini? Anak kelas mana dia sebenarnya?

"D-dobe?" Naruto kaget dengan sebutan itu. "TEME!!" bentaknya. "Jangan seenaknya kau!! Aku punya nama tahu!!" Walau sering dipanggil 'baka', baru kali ini ada yang memanggilnya 'dobe'.

"Lagipula kau yang pertama kali memulainya! Apa itu cara menyambut murid baru di sini?!"

'Sudah bagus aku pindah ke sekolah ini, kenapa malah bertemu TEME seperti dia!? Sial!' rutuk Naruto dalam hati.

Sejenak, sang pemuda Uchiha terdiam. Wajahnya tetap datar, namun sebuah tanya terukir di pikirannya... Murid baru?

"Hn. Lalu, apa di sekolahmu yang dulu kau diajarkan berteriak-teriak di depan teman-temanmu sebagai perkenalan?" sindir Sasuke pada akhirnya. Tak bisa menahan diri untuk tak membalas kata-kata si murid baru.

Naruto tersentak. Semburat merah menghiasi pipinya. Tapi kemudian, Ia menaruh kedua tangannya di pinggang dan menyengir kuda.

"Itu namanya semangat masa muda tahu!" jawabnya riang bagai bocah. Ya. Langkah pertamanya di 'dunia baru' harus dibarengi dengan energi positif sehingga cita-citanya dapat tercapai. Tidak hanya demi dirinya sendiri tapi juga demi seseorang yang berharga baginya. Meski kini seseorang itu tak pernah terdengar lagi rimbanya, janji itu pasti Ia tepati.

Sasuke terdiam—ah bukan, ia terpana. Cengiran riang itu... rasanya pernah ia lihat, tapi …dimana? Kapan? Dan...
Ah, sudah pernah lihat ataupun belum, tetap saja wajah berwarna kecokelatan dengan tiga garis di masing-masing pipi itu penuh kepolosan yang tiba-tiba saja menarik hatinya... kepolosan yang hampir tak pernah bisa lagi ia temui pada orang-orang seumurannya. Kepolosan yang begitu murni, kuat, dan—hei! Apa-apaan ini?

Sasuke menghentikan semua pikiran anehnya, dan mencoba membalas. "Kemarilah, Dobe," katanya, menunjuk lantai kosong yang berada di sisi meja guru—tempatnya sekarang berada, "Perkenalkan lagi dirimu, kali ini tanpa 'gelombang-suara-berfrekuensi-tinggi'-mu itu, OK?"

Mendengar pemuda itu mempersilakan dirinya dengan-yah, bisa dibilang sopan, Naruto melangkah riang menuju tempat di sebelah meja guru-tidak peduli dengan julukan 'dobe' yang lagi-lagi terlontar untuknya. Cengiran lebar tetap setia terpampang di wajahnya.

"Namaku Uzumaki Naruto, 16 tahun, kesukaanku ramen ramen dan ramen! Keahlianku adalah makan ramen dengan cepat! Yoroshiku ttebayo!" kenalnya bersemangat. Kemudian, mata biru langitnya menatap pemuda di sampingnya. "Sankyuu, Teme!".

Dan seketika senyum itu hilang, tergantikan oleh ekspresi terkejut yang amat jelas menguasai wajah Naruto. Ingin rasanya ia mengernyitkan dahi melihat ekspresi di wajah pemuda pirang itu, tapi Sasuke mencoba tidak menghiraukannya.

Naruto... Naruto. Nama itu...

Lagi-lagi ia tak menghiraukan pikiran dan perasaan anehnya, kembali menatap absensi yang berada di atas meja. "Aku Uchiha Sasuke, ketua kelas di sini. Kau boleh mencari tempat dudukmu, Nar..." uto. Kata itu terhenti. Sang pemuda Uchiha terpaku. Ia sadar, ini bukan kali pertama nama itu terucap di lidahnya. Bahkan seharusnya ia memanggil Naruto dengan marganya... bukan, bukan dengan nama kecil yang begitu akrab di lidahnya itu. Begitu akrab karena...

Sasuke menoleh, memandang lekat ke wajah pemuda pirang itu. Ia hampir tak bisa menyembunyikan nada tak percayanya saat mengucap nama ini...

"Naruto...?"

U-Uchiha Sasu...ke?

Mata biru itu semakin membulat menghadapi kenyataan di depannya. Bagaimana tidak? Yang ada di depannya sekarang adalah dia. Dia yang tak boleh diingat. Dia yang tak boleh dikenang. Dia yang tak boleh ditemui.

Dia yang sangat disayangi.

Serta merta Naruto memukul kepalanya sendiri, lalu menggelengkan kepala dan menepuk-nepuk pipinya.

"Ba-baiklah, Uchiha-kun! Kalau begitu aku segera mencari kursi saja!" ucapnya sambil terburu-buru berjalan ke kursi kosong paling belakang yang dekat jendela. Tak dihiraukannya bisik-bisik yang mulai memenuhi ruang kelas.

Begitu duduk, Ia langsung menenggelamkan kepala di antara kedua lengannya dan berusaha mengatur napas-yang entah kapan terasa memburu.

Tenang, Naruto! Kau harus tenang! Mustahil 'dia' ada di sini! Dia orang lain!

Dia sudah mati...

Ekspresi kejut telah menguasai sebagian wajah berkulit putih ini. Sasuke hanya bisa menelan ludah sekali, mencoba mengumpulkan kembali ketenangannya.

Dia Naruto. Naruto yang itu. Naruto yang... akh!

"Kita lanjutkan absennya," ucap Sasuke pada akhirnya, meraih buku absensi biru dengan jari-jemarinya yang terasa lemas. Ini pertama kalinya ia berharap sang wali kelas telah berada di sini sekarang.


FLASHBACK

Kaki pendeknya berlari mengejar sosok yang telah jauh di depan. Tangan kecilnya berusaha meraih apa yang menopangnya selama ini. Bibir mungilnya terus memanggil-manggil dia yang tersayang.

"Nii-chan... Nii-chan mau kemana??"

Namun, tak ada jawaban atas pertanyaannya.

"Nii-chan... hiks..."

Air mata kini membanjiri wajahnya yang memerah akibat rasa lelah yang amat sangat. Mata birunya meredup dan memudar.

"Lupakan dia, Naruto! Dia sudah mati!!"

Suara itu menggema di kepalanya; kerap mengingatkannya akan kata-kata yang mengerikan.

"Nggak! Nii-chan nggak mati!! Nii-chan nggak boleh mati!!"

Lututnya melemas seakan menyuruhnya untuk berhenti. Kepalanya terasa berat seakan mengajaknya ke alam mimpi. Tapi tidak. Dia tidak ingin menyerah.

"Nii-chan nggak mati! Naru nggak percaya Nii-chan mati!"

Kemudian, sebelum gelap benar-benar membawanya, raungan serak dari tenggorokannya terasa menyayat lapisan langit terluar.

"SASU-NII-CHAAAAAAAAAANN!!"

END OF FLASHBACK

_To Be Continued_


Okeh… Ini fic roleplay pertama Kyou dan Megu-chan yang dibeta oleh FBSN—regards to Chiba Asuka! XD

Silakeun tinggalkan ripiu supaya kami tau tanggapan readers! X3

But please, don't waste your time in leaving us flames, key?