_Keep Loving_

Desclaimer: Masashi Kishim0t0

Rating: T

Pairing: Sasuke x Sakura x Naruko

By: Kinoshita no Shoujo

Genre : Romance but Gaje

To : Nacchi-senpai, baca ya... ^__^

SMA 3 KONOHA GAKUEN, 17 Juli 2008

Upacara.. Sial! Hari ini panas banget! Padahal baru pagi hari.. Ya.. Di hari pertama Sakura memasuki SMA yang baru.. Mulai hari ini dia berjanji akan berjuang dalam lingkungan sekolah lanjutan tingkat atas. Dalam 3 hari kedepan Sakura harus menikmati perjuangan di lingkup penyiksaan saat-saat MOS. Di sekolah bergedung gress tahun lalu ini, terpampang kalimat "Selamat Datang Siswa Baru SMA 3 Konoha Gakuen" tercetak di spanduk gerbang masuk.

"Hhh.." keluhnya mengusap keringat yang mengalir bening di garis dagu dengan punggung tangan. "Pagi-pagi kok panas buanget..". Lapangan upacara di sekolah manapun selalu seperti ini. Tak ada cuaca lain yang mendampingi. Gurun Sahara udah pindah dari posisi asalnya di Timur Tengah sana. Apalagi baris di tengah-tengahnya kayak gini. PANASSS..

Sakura mencopot topi biru-putih kebesaran SMA. Berniat mengibaskan angin ke leher yang gerahnya udah nggak karuan. Tubuhnya udah pingin nungging aja. Tidak betah di jemur di bawah sinyal kanker kulit dari matahari yang udah nggak ketutup ozon.

"Hei! Tidak boleh melepas topi!" dari arah belakang terdengar teriak sangar kakak kelas tiba-tiba. Sakura tersentak kaget. Sakura menengok asal suara. Tapi ternyata, yang digertak bukan dia. Tapi seorang murid baru lain. Begitu tahu bukan dia yang dimaksud, Sakura dalam hati bersyukur dan langsung memasang kembali topinya. Yang di panggil ternyata sesosok cowok pirang. Tampilan loyal, baju seragam abu-abu baru yang mencuat keluar dari sabuk menambah tidak karuan untuk dipandang. Jembek Sakura ngeliatnya.

Kakak PJ (anggota penanggung jawab MOS) yang tadi teriak menghampiri si cowok pirang. "Hei Dek! Pakai kembali topinya!". Buru-buru cowok berkulit coklat manis itu memakai kembali topi yang dari tadi terkibas cepat beberapa kali di leher.

"Iya, maaf Mas.." kata cowok itu tanpa cang-cing-cong. Ada sedikit nyengir kesal tersirat di raut wajahnya.

Kakak PJ tersebut terakhir diketahui bernama Sasori Keigumi. Dia melihat dari bawah hingga ke atas rupa cowok bugal tersebut. "Karnalnya kok tidak dipakek, Dek??" tambah kakak PJ yang makin garang aja.

Cowok itu menelusuri dadanya dengan kedua tangan. Keringat dingin mulai meluncur keluar. Lalu menatap Kakak PJ berambut wax mungil itu dengan tampang ciut. "Tadi lupa bawa, Kak.. Maaf.."

"Push up sana!" Kakak PJ yang berkarnal 'Uchiha Itachi' di belakangnya.

Kakak PJ yang tadinya mau marahin si pirang tadi jadi masang muka kasian. "Jangan Itachi, kasihan dia," kedua tangan Sasori memegang lengan baju Itachi lemas.

PJ Itachi tersenyum. "Ya udah, nggak usah."

Cowok pirang itu sekilas bernafas lega. Penuh syukur di tengah panas begini tidak jadi di suruh push up. Bisa mati tegang urat syarafnya. Sakura yang sedari tadi mengamati tak tahu kenapa juga ikut bersyukur. Mungkin karena satu angkatan yang 3 hari kedepan bakal mati-matian mempertahankan diri dari gejolak perjuangan MOS yang makin memberatkan. Tak sanggup rasanya hidup di bayang kehancuran. *Lebay

#

'Eh? Aku di kelas yang sama dengan dia? Orangnya kayak gimana, ya?' batin Sakura terus berulang demikian semenjak masuk ke kelasnya. Pandangannya sedari tadi mencuri lirik ke arah cowok pirang yang dilihatnya saat upacara. Bangku kosong kini tinggal bangku sebelah cowok itu. Mau tidak mau, Sakura harus melangkah mendekat dan duduk dengannya. Sedikit ilpil, sih sebenarnya dengan seragam yang dikenakan cowok pirang ini. Yang namanya seragam baru tu pasti bagus, baru, disayang-sayang, masih cling. Eh, ini malah sudah tidak karu-karuan.

Cowok pirang itu melihat Sakura yang meletakkan tas di dudukan bangku sebelahnya. "Selamat pagi.." sapanya penuh senyum hangat memancarkan aura kedekatan yang luar biasa.

Terpaksa juga, Sakura mengeluarkan senyuman termanisnya, "Selamat pagi.."

Cowok pirang itu menawarkan tangan kanan. Sakura menerima tangan itu dalam sebuah jabatan pertemanan.

"Naruto Uzumaki."

"Sakura Haruno."

Kini Sakura tahu nama cowok bugal ini. Dalam hati 'Sekarang harus bagaimana?.. Lho?? Bagaimana apanya? Aduuhh.. Sakura bodoh! Tenang sedikit kenapa, sih?'. Sakura sedikit mengacak rambut pinknya karena saking salting yang nggak tertahan. Akhirnya kegelisahan itu berada di garis tepi dalam keheningan diantara kegaduhan kelas tanpa adanya cang-cing-cong dari kedua belah pihak.

"Kenapa Sakura?"

Jomblak langsung Si Sakura. Suara bernada rendah berhasil mengagetkan gadis cantik ini.

Senyum memaksa, "Ee.. Tidak apa-apa kok Naruto..".

"Hmm.." Naruto mengangguk pelan. Tangannya menggerayangi kantong saku kemejanya seperti mencari sesuatu.

Satu stik permen mentos ditawarkan kepada Sakura. "Mau?"

Sakura mengangguk. "Boleh, terima kasih.."

Naruto tersenyum dengan mata mengejap. Dari senyumannya, Sakura merasa itu adalah senyum paling tulus dari seorang Naruto. Sakura berfikir, apa seperti ini seorang Naruto itu?

Waktu berlalu. MOS pun berjalan seperti apa yang telah dibayangkan Sakura. Teman-teman yang heboh saling berkenalan, menceritakan kehidupan di SMP masing-masing dan saling mengenal. Tetapi ada yang diluar dugaan. Yaitu pertemuannya dengan Naruto. Walau pun dia telah tau jika MOS pasti dia bertemu dengan banyak teman, tapi entah mengapa bayang diri Naruto kini selalu menghiasi mimpi-mimpi disetiap hari Sakura.

Entah apa yang terjadi. Tapi perubahan-perubahan sikapnya setiap bertemu Naruto selalu jadi kendala untuk Sakura yang pertama menegur sapa. Selalu Naruto yang menyapa duluan. Ini membuat Sakura tidak enak hati pada Naruto. Untung saja, Naruto selalu care padanya. Dan tentu saja saperti biasa, makin dekat, selalu makin sayang. Makin bibit diberi pupuk, semakin banyak diberi air, kita pasti sudah menduga sesubur apa cinta itu sekarang. Mata Sakura memancarkan sinyal cinta yang seharusnya tertangkap radar Naruto. Tapi entah kenapa, Sakura merasa yang tertangkap oleh Naruto bukanlah radar 'cinta', tetapi malah radar 'teman sejati'. Sakura kecewa perasaannya terabaikan begitu saja oleh Naruto. Tapi Sakura tak berhenti berharap bahwa cintanya akan terbalas suatu saat nanti.

#

Tanpa terasa 6 bulan berlalu. Keadaan tetap sama seperti sebelumnya. Cinta tak terbalas. Tetapi, mulai sekarang mungkin keadaan yang stabil itu akan berubah. Tak disangka, pagi itu sebatang hidung mancung berkulit pucat hadir di tengah-tengah kerapatan teman sekelas. Tak meminta izin sama sekali. Seorang cowok emo duduk di bangku Sakura sambil diam bertopang dagu.

Sakura masuk kelas. Sedikit terkejut dia melihat cowok ganteng bertengger di bangkunya dan Naruto. Sakura mendekat dan berkata dengan sopan, "Permisi, ini tempat dudukku.."

Walau menatap Sakura, tapi tampang cowok itu terlihat tak merasa bersalah sama sekali telah menduduki bangku gadis berambut panjang ini. Dia malah cepat berpaling muka dengan mengibaskan rambut waxnya yang mencuat ke belakang. "Cari bangku yang lain.." katanya datar tanpa memandang.

Sakura langsung panas di ubun-ubun. 'Apa-apaan nih cowok? Nyasar ke kelas ini apa, ya??'. Kemudian Sakura menarik nafas mencoba menenangkan diri.

"Kamu anak baru, ya?"

Tanpa menoleh, cowok itu dengan PD bilang, "Aku baru datang hari ini. Aku juga ditempatkan di kelas ini. Karena nggak ada bangku lain, aku duduk di bangku ini aja. Lagian, kamu juga terlambat datang. Jadi, wajar dong kalau aku nempatin tempat kamu?"

Meletuslah gunung merapi yang dari tadi meluap-luap nggak tertahankan. Sebelum mencapai batasnya, untunglah Naruto datang.

"Lho? Siapa nih?"

Sakura mengadu, "Ini, lho anak baru belagu banget! Masa' bangkuku didudukin tanpa pakai permisi!"

Naruto mengamati si anak baru yang masih duduk dengan cueknya. "Heh! Culun kamu, enak aja dudukin tempatnya Sakura!"

Si cowok emo hanya mendengus malas dan menjawab dengan santainya, "Salah sendiri waktu gue dateng bangkunya kosong. Makanya kalau punya barang jangan ditinggal-tinggal!"

Naruto merasa kana tampar dengan jawaban si anak sableng ini, "Hweh! Yakin, kamu belagu banget! Kalau ngaku cowok, jangan cuma berani sama Sakura! Lawan aku juga!" Nada bicara Naruto langsung meninggi, sontak saja dia mencengkeram kerah baju si anak baru.

"Lepasin!"bentak si anak baru merasa disepelekan.

"Nggak akan sampai kau kulempar ke neraka!"ancam Naruto lebay mampus.

"Usuratonkaschi...."desis si anak baru. Matanya menala-nyala memandang Naruto, kemudian berpaling juga memandang Sakura yang masih tersudut diantara pertengkaran mereka.

To Be Continued...