hayyy!!! Saya kembali setelah berhibernasi beberapa minggu. Dan saya terpaksa hiatus dulu, banyak try out, bimbel, dan setumpuk tugas *Loh... kok jadi ajang curhat*

Saya mau terbitin fic saya yang nangkring begitu lama di komputer saya. Dan akhirnya saya dapat menyelesaikannya. Hah.. lega!

Di bawah udah tak kasih warning. Ngeflame and tetep ngeyel baca pula, tak bunuh kamu ya! *becanda-becanda*, becandanya gak lucu ya???

Yw dah, jangan lupa prikitiewnya. Eh ripiyunya.

Tak tunggu

I'm waiting 4 u

Enjoy it...


Kita berbeda dan tak mungkin bersama,

Perbedaan ini mungkin jurang yang tak ada jembatannya.

Bukankah jembatan yang sudah susah payah kita buat sudah rusak sejak kita membuatnya?

Mungkin tidak bagimu, tapi bagiku iya.

Tapi aku berharap kalau kita mempunyai persamaan,

Sedikit saja yang membuatku berani untuk tidak melepasmu begitu saja.

Andai saja...

Andai saja aku dan kau tak pernah ada ikatan.

Ikatan yang membawa kepada kebencian.

Ikatan yang seharusnya tak pernah ada....


Tittle:

4 Gadis keturunan Dewa

Disclaimer: copy right by Masashi Kishimoto dengan tokoh pinjaman

(dengan tanpa izin alias ilegal)

Story: copy right by Olive Hatake

Rate: Perhap T

Pairing: SakuXxxx

Warning: AU, OOC, Gaje

DON'T LIKE DON'T READ!!!


...

...

...

...

Langit masih terlihat suram, padahal hujan baru saja berhenti 1 jam yang lalu. Jalanan terlihat basah dan semua terlihat sembab. Pakaian yang menggantung itu masih basah padahal sudah lama dijemur. Di samping sebuah kolam, seorang cewek duduk terdiam sambil mengaduk-aduk air kolam dengan telunjuknya. Entah apa yang dipikirkannya.

"Hhh... lagi-lagi..." cewek itu berdehem dan melemparkan matanya ke sebuah kejadian yang tak asing baginya.

"kau kan tahu aku itu artis. Kerjaku berat..."

"Alah... omongmu saja yang begitu. Bukankah kau begitu senang dengan kehidupanmu yang seolah-olah hanya menjual diri."

"Kamu bicara apa sih Jiraiya? Aku bekerja demi kita. Demi kau dan Sakura. Tak pantas kau bicara seperti itu, 'seorang suami yang hanya novelis tak laku'!"

"Ooo... jadi aku merepotkanmu. Ya sudah, pergi sana. Tinggalkan saja suami yang tak berguna ini."

"Kau marah, tersinggung? Kenapa baru sadar sekarang. Aku menyesal telah menikah denganmu. Aku pergi..."

"Ya sudah, pergi sana Tsunade! Jangan pernah kau muncul di hadapanku."

Pintu depan tertutup dengan hentakan keras. Sakura meneteskan air matanya. Otousannya mendekatinya dan membelai halus rambutnya.

"Ma'af ya Sakura. Kamu harus melihat itu..."

"..." Sakura masih senggugukan dan menangis di pelukan Otousannya.

n(_ _)n

Jam sudah menunjukkan jam 6 pagi. Sakura sudah bersiap-siap dengan seragam abu-abu putihnya. Dilihatnya Otousannya sedang menyiapkan sarapan. Loh... dimana...

"Tousan.. Kaasan mana?" tanya Sakura seraya mengambil roti dan selai, lalu dia memakannya dengan lahap.

"Kau kan tahu Kaasanmu itu. Dia sudah membeli apartemen baru. Dan dia takkan pernah kembali kesini."

"Kaasan..." ucap Sakura perlahan.

"Sudahlah, cepat kau habiskan! Habis ini Papa mau keluar," Sakura segera menghabiskan sarapannya dan segera berangkat ke sekolah.

Dipikir-pikir selama ini Tsunade dan Jiraiya tak pernah akur. Itu... semenjak Jiraiya di PHK dan menjadi novelis yang sampai saat ini novelnya tak pernah laku. Semenjak itu, Tsunade uring-uringan dan kembali lagi ke profesi awalnya menjadi artis hanya untuk menghidupi anak dan suaminya. Puncak pertengkaran mereka adalah kemarin malam. Dan setiap terjadi pertengkaran, Sakura hanya meringkuk sendirian di tepi kolam dan meratapi nasibnya sebagai anak broken home.

"Hei, non... ngapain nglamun? Ntar kalau ada anak jin mau makan kamu gimana?" sahabat Sakura, Ino menyapanya pagi ini.

"Ngaco kamu. Masa anak jin mau makan aku. Ada-ada aja..."

Sakura kemudian terlihat lesu, dari wajahnya terlihat begitu banyak beban hidupnya. Tidak seperti Sakura dulu, yang ceria dan selau tertawa. Sepanjang perjalanan terasa hening. Sakura hanya diam dan Ino bingung harus bicara apa. Dan akhirnya Ino memulai percakapan itu duluan.

"Emm... gimana basketnya? Katanya minggu depan tanding sama SMA Suna?"

"Aku udah keluar dari ekskul basket, sayang!!!... kemaren kamu kan udah tanya." Sakura mulai sewot.

"Lho... tapi kan aku belum tanya kenapa, Sakura?"

"Lagi capek aja. Masa udah kelas 3 masih aktif ekskul."setelah menjawab, Sakura kembali terdiam dalam keterdiamannya.

"Ooouuu... 'gitchu'? Baiklah! Mari kita songsong pagi ini dengan semangat masa muda," ujar Ino dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Gak usah 'lebay' gitu dah Ino. Kayak Gay sensei aja deh... hahaha."

"Nah, gitu dong tertawa. Jangan cembetut aja. Kayak kelelawar aja. Kalau tertawa kayak gini lo Sakura, HA... HA... HA..." Ino tertawa dengan lebar ibarat senyum lima jari.

"Gak mau ah! Ntar aku dikira 'Naruko'," ujar Sakura sambil tertawa terbahak-bahak.

Tak terasa mereka tiba di SMA tercinta mereka SMA negeri 53 Konoha. Disana mereka masih hahahihi tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Padahal, tepat diatas pohon ada seorang cowok yang diam-diam memperhatikan mereka.

"Ooo... jadi itu yang namanya Sakura."

Dan mereka masih tetap tertawa tanpa tahu bakalan ada peristiwa seru menanti Sakura.

n(_ _)n

Belpun berbunyi, Sakura dan Ino berlari menuju kelas. Untung belum telat. Dan kemudian Orochimaru sensei si guru Fisika datang. Semua murid diam mendadak, bagaikan di kuburan. Tak lama kemudian, Sakura merasa gelisah. Terlihat dari posisi duduknya yang tidak tenang dan keringat dingin mengalir dari dahinya yang lebar.

Bagaimana tidak merasa gelisah? Dia merasa ada seseorang yang menatapnya. Dan rasanya itu tidak menyenangkan sama sekali. Diedarkannya pandangan matanya ke seluruh kelas, tapi sesorang yang dia maksud tak tampak. Sakura merasa heran, dan segera ditepis prasangka buruknya itu dan menganggapnya cuman khayalan dia belaka.

Begitu jam mata pelajaran Oro sensei selesai, Seorang cowok emo masuk diiringi Kakashi sensei wali kelas Sakura. Cowok itu sepintas keren. Kulitnya putih pualam, wajahnya bening, dan sorot matanya seolah-olah menusuk siapapun yang dipandangnya.

"Murid-murid harap tenang dulu. Sekarang kalian mempunyai kawan baru. Ayo! Perkenalkan dirimu."

"Namaku Sasuku. Sasuke Uchiha." ujar cowok itu datar.

"Aaarrgghh... Sasuke-kun!" semua cewek menjerit kegirangan, kecuali Sakura. Sebab daritadi dia hanya melamun.

"Tanya... tanya!!! Sasuke-kun udah punya pacar belum?" tanya seorang murid perempuan yang berkacamata dan berambut merah yang diketahui bernama Karin.

"Pacar tak ada. Orang yang kusuka...err... ada" ucapnya tegas.

Kelas mendadak ramai, semua siswi berharap bahwa merekalah yang seharusnya disukai Sasuke. Menyadari kelas akan semakin ramai kalau dibiarkan, maka Kakashi sensei memukul-mukul white board dengan penghapus.

"Ya... anak-anak. Teman kalian yang ini akan duduk di sebelah Sakura Haruno. Haruno, tolong kau angkat tanganmu!" perintah kakashi.

Maka Sakurapun mengangkat tinggi tangannya tanpa melihat kearah depan. Dia sudah terlalu bingung dengan perasaannya pagi ini. Begitu terasa tidak enak.

Melihat Sakura, Sasukepun tersenyum aneh. Dengan langkahnya yang ringan, dia mendekti mejanya dan duduk di kursinya. Perlahan dia mengulurkan tangannya ke arah Sakura,

"Ehm... Perkenalkan. Aku Sasuke Uchiha. Aku pelindungmu Nona Sora." Ucapnya lembut tapi tegas.

'What! Nona Sora? Ada yang aneh ini'.... pikir sakura.

"Permisi, apa maksudmu Nona Sora? Aku SAKURA HARUNO tuan Sasuke," ujarnya sambil menekankan tiap kata di namanya.

"Nona Sora... aku adalah pelindungmu," dikecupnya sedikit punggung tangan Sakura.


Aaa...............aaa.................... TBC TBC, ending gaje?? Gak sreg??? Kurang puas??? Ketig reg spasi hayo? Kirim ke nol semua.

Fiyuhhh...... udah selesai ya ternyata chap typo, plot gaje. maap dah.

Jangan lupa riviewnya, kritik dan saran tak tunggu. Tanpa kehadiran review kalian aku takkan bisa melanjutkan fic keduanya. *senyum lima jari*