TO BE PARENT EPILOGUE

"Hiyori! Kaa-san sudah katakan, 'kan, jangan memainkan pistol punya otou-san! Berbahaya!" seru Mamori pada anak perempuannya satu-satunya yang sudah berusia 5 tahun.

Hiyori menoleh pada ibunya, "Tapi Kaa-san, kenapa otou-san bisa membawa barang seperti ini ke mana-mana? Apakah otou-san tidak ditangkap polisi nantinya?" tanyanya polos.

Mamori menghela nafas, tak tahu harus menjawab apa. Mana mungkin ia mengatakan pada anaknya tentang Hiruma yang punya kemampuan memanipulasi orang lain? Bisa-bisa anaknya nanti juga ikut-ikutan menjadi akuma seperti ayahnya, "Err... kalau kau sudah besar nanti kaa-san akan menceritakannya padamu. Sebentar lagi otou-san akan pulang, nanti kau sambut dia ya?"

Hiyori menganggukkan kepalanya, lalu berlari menuju ruang depan. Mamori tersenyum sedikit melihat kelakuan anaknya. Hiyori benar-benar terlihat polos dan sangat menggemaskan, apalagi dengan rambut ekor kudanya itu. Secara fisik, ia mirip dengan Mamori, meski rambut hitamnya itu mengikuti ayahnya. Tetapi, kalau dalam soal sifat dan kelakuannya, ia mirip sekali dengan Hiruma. Di TK-nya tempat ia bersekolah, Hiyori sudah lebih dari 5 kali dipanggil oleh kepala sekolah karena mengancam murid lainnya hanya karena rebutan mainan. Dan Hiyori juga punya kemampuan bisa memanipulasi orang yang lebih tua darinya. Sena dan Monta pun pernah menjadi korbannya. Selain itu, Hiyori juga sangat mengagumi ayahnya, Hiruma. Ia sangat senang melihat ayahnya bermain amefuto di TV, apalagi saat ini ayahnya telah menjadi seorang pemain amefuto yang paling terkenal di Jepang.

Meski begitu, Mamori tak dapat melupakan saat-saat pertamanya ketika Hiyori masih bayi. Ketika Hiyori masih bayi, ia menjadi pusat perhatian di kalangan teman-temannya bahkan keluarganya. Ketika ia baru lahir, banyak orang yang berbondong-bondong ingin melihatnya. Bahkan Hiruma yang seorang akuma pun juga pasti luluh kalau harus berhadapan dengan anaknya. Dan pada saat Hiyori masih bayi, Mamori dan Hiruma harus kerja ekstra keras untuk merawat Hiyori. Setiap malam Mamori dan Hiruma hampir tak dapat tidur nyenyak karena suara tangisan Hiyori selalu membangunkan mereka. Untungnya Hiruma yang sudah terbiasa tak tidur bisa mengatasinya.

Mamori tersadar dari lamunannya ketika ia mendengar suara bel pintu. Dan ketika ia membukakan pintu, di ambang pintu berdiri sosok Hiruma.

"Otou-san! Selamat datang!" seru Hiyori senang begitu melihat sosok ayahnya.

Hiruma tersenyum pada anaknya, "Cis, anak kecil sialan, bagaimana sekolahmu? Kau membuat masalah lagi?"

Mamori berdiri di antara keduanya, "Ya. Hari ini dipanggil lagi oleh kepala sekolah karena ketahuan mengancam gurunya. Seharusnya kau tak boleh begitu, Hiyori!"

"Salah guru itu sendiri, kenapa seenaknya saja meminta sumbangan. Padahal aku tahu kalau dia memakai sumbangan itu untuk keperluannya sendiri, kan sudah jelas guru itu yang salah!" Hiyori merajuk.

"Memangnya dari mana kamu tahu soal itu?" Mamori mengerutkan dahinya.

"Otou-san yang menceritakannya padaku," jawab Hiyori polos.

Mamori menatap marah suaminya, "Youichi! Kenapa kau mengajarkan anak kita hal seperti itu, sih?"

"Kekekekekeke," Hiruma hanya terkekeh pelan, begitu pula Hiyori.

Mamori hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Setidaknya inilah salah satu kemiripan dari keduanya.

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Keesokan harinya, Hiyori berangkat ke sekolahnya, diantar oleh Hiruma dengan mengendarai mobilnya. Pagi-pagi sebelum keberangkatan mereka, Mamori menyiapkan segala perlengkapan sekolah anaknya dan menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarganya. Ia sudah terbiasa melakukannya sejak ia menikah dengan Hiruma, melakukan segalanya sendirian. Karena dalam hati Mamori tak ingin meminta bantuan pembantu ataupun babysitter untuk membantunya dalam mengurus pekerjaan rumah tangga. Dengan begitu, ia akan merasa puas telah membesarkan anaknya dengan tangannya sendiri.

"Okaa-san, aku berangkat, ya!" seru Hiyori saat ia menaiki mobil Hiruma.

"Hati-hati di jalan," ingat Mamori, mencium kening Hiyori. Lalu ia juga mencium bibir Hiruma, "Kau juga, jangan ngebut di jalan! Aku tak mau sampai terjadi apa-apa pada Hiyori."

"Justru itu akan bagus untuknya, mengajarkannya untuk selalu ngebut di jalan," canda Hiruma.

"Youichi!" omel Mamori. Tetapi mobil Hiruma telah menghilang di jalan raya.

Ketika Mamori hendak berjalan menuju ruang lobi apartemennya, Suzuna memanggilnya.

"Mamo-neesan!" panggil Suzuna.

Mamori menoleh, "Suzuna-chan, selamat pagi. Dan selamat pagi juga, Shina-kun," sapa Mamori pada anak Suzuna dengan Sena yang masih berusia 6 bulan, "Ia cepat sekali tumbuh besar, padahal rasanya seperti dulu saja ia baru lahir. Dan lihat saja sekarang. Wajahnya sudah mirip dengan Sena."

"Ya~, tentu saja," kata Suzuna sambil tersenyum, menanggapi perkataan Mamori.

"Bagaimana kalau kau bertamu sebentar ke rumahku? Aku punya banyak persediaan teh Earl Grey di dalam," ajak Mamori pada Suzuna. Suzuna terlihat berpikir sesaat.

"Tentu saja, kenapa tidak!" kata Suzuna bersemangat.

Ia pun mengikuti Mamori ke dalam apartemennya. Sesampainya di dalam apartemennya, Suzuna melihat berbagai macam foto Hiyori. Suzuna tersenyum, memang benar kalau Hiyori adalah anak kesayangan Hiruma dan Mamori. Karena tanpa Hiyori, tak mungkin Hiruma dan Mamori bisa seperti sekarang. Apalagi dulu keduanya nyaris kehilangan Hiyori dalam proses kelahirannya gara-gara tali pusarnya melilit lehernya.

"Hiyori-chan benar-benar anak yang lucu, ya. Bahkan ia bisa Yo-niisan yang biasanya seperti itu pun bisa luluh karenanya," Suzuna tertawa.

Mamori juga ikut tertawa, "Ya. Kedatangan Hiyori benar-benar telah mengubah hidup kami," matanya menerawang ke atas.

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Suzuna dan Mamori masih asyik berbicara ketika suara telepon menghentikan percakapan keduanya. Mamori tanpa basa-basi langsung mengangkat telepon, "Halo? Kediaman Hiruma di sini..."

"Ah, apakah Anda ibunda dari Hiruma Hiyori? Saya kepala sekolah TK Himawari," tanya suara dari ujung telepon tersebut.

"Ya. Benar, apakah anak saya kembali membuat masalah?" Mamori menghela nafas panjang.

"Ng, anu, sebenarnya bukan itu alasan kami menelepon Anda. Hanya saja..." suaranya terdengar berat, "Sepulang sekolah barusan, anak Anda tiba-tiba saja dibawa pergi oleh orang misterius. Kami hanya ingin tahu bahwa apakah Anda memang telah..."

"Tapi, harusnya hari ini saya yang menjemputnya pulang. Tak mungkin ayahnya menjemputnya pulang, hari ini ia ada meeting dengan kliennya. Lagipula, kenapa hari ini jadwal pulangnya cepat sekali?" Mamori mulai merasa sedikit cemas.

"Karena itu... Sebelumnya, kami meminta maaf... Karena..."

"Maksud Anda anak saya menghilang? Begitu?" Mamori merasa suaranya sedikit tercekat di tenggorokannya.

"Sepertinya..." jawab suara kepala sekolah TK Himawari, dengan sedikit terpaksa.

Mamori tanpa sengaja menjatuhkan ganggang telepon dari genggamannya. Suzuna yang kaget mendengar suara telepon jatuh, segera berlari menghampiri Mamori yang berada di ruang tengah sambil menggendong anaknya. Wajahnya terlihat kebingungan sekaligus panik saat ia melihat Mamori jatuh berlutut sambil menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"M-Mamo-neesan? Ada apa?" tanya Suzuna cemas, ia mendengar suara isakan tangis Mamori.

"Hi-Hiyori," isak Mamori, "Katanya ia menghilang saat pulang sekolah tadi..."

"Eh?"

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Apartemen sekaligus kediaman keluarga Hiruma mendadak langsung dibanjiri oleh polisi dan orang-orang yang bertandang ke rumah mereka karena mendengar laporan tentang Hiyori yang menghilang. Katanya Hiyori dibawa pergi oleh seorang pria misterius dengan mengendarai sebuah sedan keluaran tahun 1990-an. Banyak yang berpikir bahwa kemungkinan Hiyori diculik oleh pria tersebut dan ia dibawa ke suatu tempat. Beberapa orang dimintai keterangan, termasuk Mamori yang saat ini sedang menangis.

"Mamori-neesan," Sena yang pada saat itu baru saja datang, berusaha menenangkan Mamori, "Hiyori pasti akan ditemukan. Tak perlu khawatir..."

"Ta-tapi ini buruk sekali, Sena!" isak Mamori, "Baru kali ini Hiyori menghilang seperti ini..."

"Tapi pasti polisi akan menemukannya," Suzuna juga berusaha meyakinkan Mamori sekaligus menenangkannya.

Beberapa saat kemudian, barulah datang Hiruma. Ia diberitahu soal Hiyori yang menghilang dibawa orang misterius dari Sena. Begitu tahu, Hiruma langsung menghampiri Mamori yang sedang menangis.

"Aku sudah mendengarnya. Bocah kecil sialan itu diculik orang, huh?"

"Y-Youichi... Se-seharusnya hal seperti ini tak boleh terjadi... A-aku takut kalau sampai harus kehilangan Hiyori! Ini buruk sekali! Dan dulu kita pun nyaris kehilangan Hiyori untuk selamanya saat aku baru melahirkannya dulu..."

Hiruma memeluk istrinya, "Sudahlah, istri sialan yang cengeng. Aku sudah ada di sini. Kalau ada aku, kau tak perlu khawatir," setelah melepaskan pelukannya, ia mengeluarkan laptopnya dari dalam tasnya, "Biar aku yang menyelidikinya. Polisi yang terlalu lamban seperti mereka pasti akan sulit menemukannya."

Belum sempat Hiruma menyalakan laptopnya, ia mendengar suara seruan Sena, "Hi-Hiruma-senpai! Hi-Hiyori sudah kembali!"

Mamori dan Hiruma langsung menoleh ke arah Sena dengan tatapan tak percaya. Benar saja, di tengah kerumunan orang-orang dan para polisi, muncul seorang anak kecil berusia 5 tahun. Anak tersebut tak lain adalah Hiyori. Saat ia melihat kedua orang tuanya, Hiruma dan Mamori, tanpa tanggung-tanggung ia berlari menerjang keduanya.

"Okaa-san! Otou-san!" serunya.

Mamori memandang anaknya dengan tatapan tak percaya, "Hi-Hiyori!" ia pun langsung memeluk Hiyori dengan eratnya, dan mencium pipinya sambil beruraian air mata, "Kau ke mana saja, Nak? Okaa-san pikir kau menghilang diculik orang! Kan kaa-san sudah bilang padamu, jangan pernah ikut dengan orang asing!"

"Gomennasai, okaa-san... Pria asing itu yang tiba-tiba saja membawaku dan aku dibawanya ke suatu tempat dengan menggunakan mobil..." kata Hiyori polos, "Untung saja pria itu segera berlari meninggalkanku, padahal aku hanya mengatakan bahwa aku melihat 4 orang polisi datang ke tempat aku dibawa... padahal aku 'kan hanya berbohong..."

Sena dan Suzuna langsung berdiri bulu kuduk mereka mendengarnya, "Benar-benar pintar memanipulasi orang rupanya..."

"Kekeke, itu baru anakku. Kemudian, apakah kau ingat ciri-ciri orang yang sudah membawamu seenaknya saja?" tanya Hiruma, sambil menggendong Hiyori.

"Ng, yang aku tahu, sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat saat otou-san mengajakku nonton pertandingan Amefuto... Dia sering bermain sebagai seorang Tight End..."

Hiruma menyeringai, "Oh. Maksudmu pria gorila itu,ya?" Hiruma pun segera memberitahukan seorang polisi nama orang yang telah menculik Hiyori sekaligus tempat ia tinggal.

Mamori yang dari tadi mencemaskan anaknya, menatap anaknya dengan tatapan lembut, "Hiyori, Hiyori. Kau ini, baru kali ini kau membuat kaa-san secemas ini. Okaa-san harap kau akan lebih berhati-hati lain kali, kau mengerti?" Mamori menasihati anaknya.

Hiyori hanya mengangguk, "Baiklah, Kaa-san. Aku mengerti, aku takkan mengulanginya lagi..."

"Tu-tunggu dulu," seru Sena, "Kalau seandainya pria itu meninggalkanmu begitu saja di tempat yang kau maksud, bagaimana kau bisa kembali ke sini?"

Hiyori menatap Sena, "Aku bertemu dengan seorang kakek baik hati yang membawaku sampai ke sini. Wajahnya mengingatkanku pada Otou-san..."

Mamori, Sena, Suzuna dan Hiruma membelalakkan mata mereka. Kemudian Hiruma dan Mamori saling berpandangan.

Di antara kerumunan, seorang pria setengah baya memandang ke arah mereka, senyuman mengembang di wajahnya. Lalu ia membalikkan badanya seraya berbisik pelan, "Akhirnya, kau bisa menemukan jalan hidupmu sendiri, Youichi..."

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Mamori masih belum bisa memejamkan matanya, meski jam sudah menunjukkan jam 01:20. Polisi telah menangkap penculik Hiyori, dan sekarang kediaman Hiruma sudah mulai sepi, meski ada beberapa orang polisi yang masih berlalu lalang di sekitar apartemen. Mamori membelai rambut Hiyori dengan lembut, menatap anaknya dengan lekat-lekat. Hari ini benar-benar hari yang tak terduga. Ini artinya hampir kedua kalinya ia nyaris kehilangan Hiyori.

Suara pintu yang terbuka membuyarkan lamunannya. Saat ia menengok, Hiruma sudah berdiri di samping tempat tidur, "Kau belum tidur?"

Mamori menggeleng, "Aku belum mau tidur. Malam ini aku akan menemani Hiyori."

"Hn," Hiruma duduk di sisi tempat tidur, "Tidurlah. Hari ini kita baru saja melewatkan hari yang sulit. Aku tak mau kalau sampai istriku yang sialan ini jatuh sakit."

"Kalau begitu aku akan tidur bersama Hiyori," sahut Mamori cepat, ia menjatuhkan dirinya di samping Hiyori yang sedang tertidur dengan lelapnya. Lalu ia memeluk tubuh anaknya secara protektif, "Hari ini aku benar-benar mencemaskan keadaannya."

"Kekekeke," Hiruma terkekeh pelan, berusaha agar tak membangunkan anaknya, "Kau keras kepala juga rupanya. Padahal kau seharusnya tak perlu mencemaskannya."

"Kau juga. Kau juga mencemaskannya. Karena ia mirip sekali denganmu."

Hiruma kembali menanggapi perkataan istrinya dengan kekehan, lalu ia juga membaringkan tubuhnya di samping anaknya.

"Benar-benar hari yang melelahkan."

"Ya," sahut Mamori.

Lalu keduanya tertidur pulas, dan terbangun keesokan harinya.

A/N: Maaf apabila epiloguenya kurang memuaskan. Saya terburu-buru mengerjakannya. Hahaha. Di sini, seluruh dari pemain tim Deimon membentuk tim sendiri-sendiri (seperti halnya yang diberitahukan di manga Eyeshield 21 yang asli) meski beberapa di antara mereka juga memiliki pekerjaan di bidang lainnya.

Special thanks: dillia shiraishi, N.P.N-11C, GreenOpalus, Black White Feathers, Devil's Trill Yoh, KuroHiruAmano, seiichiro raika, Naara Akira, Raiha Laf Qyaaza, Ryuku S.A.J, Nakamura Miharu-chan, Shield Via Yoichi, YoshiKitty29, , YohNa-nyu, Gekkou Kitsu, Hiru. a.k.a Riikun, dan semuanya yang telah mereview cerita saya sebelumnya!

Review?