Hohoho… akhirnya bisa juga update chap terkahir fic-ku ini…

Semoga saja tak mengecewakan readers dengan endingnya nanti…

Yosh… langsung saja…

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T

Genre : Romance/Hurt/Comfort/Mistery

Main Chara : Sasuke.U & Sakura.H

Happy reading Minna-san^^

##Fire and Ice##

"SERAANGG..! Teriak Naruto dan maju menuju sosok Sasuke yang tengah menyeringai meremehkan. Gaara dan Neji pun maju sambil mengelarkan kekuatan khusus mereka.

Sasuke mengeluarkan api di kedua tangannya. "Kalian akan bernasib sama dengan yang lainnya," ucapnya dan juga maju menyerang Naruto, Gaara dan Neji.

Di lain tempat… Sakura sedang terombang ambing di dalam portal waktu. Namun, sejumlah cahaya membuatnya menutup kedua matanya sebentar. Dan pada saat dia membuka kembali kedua matanya. Dia di kagetkan dengan tempat di mana dia berdiri. Dia berada di depan sebuah kuil yang megah, yang dapat dia kenali sebagai tempat pernikahannya dengan salah satu pengawal pelindungnya.

"Tempat ini…"

"Sebua kuil di mana aku telah menikah dengan Pangeran Gaara," ucap seorang perempuan yang wajahnya mirip dengan Sakura namun dalam versi dewasa.

"Putri Sakura," ucap Sakura dan langsung memeluk tubuhnya. "Syukurlah aku bisa bertemu dengan Anda kembali."

"Ahaha… aku juga sangat senang sekali. Tapi, mungkin ini yang terakhir kalinya," ucap Putri Sakura dan segera melepaskan peluakan Sakura.

Sakura mengerutkan keningnya dan menaikan sebelah alisnya yang berwarna merah muda. "Maksud Putri?" tanyannya.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Sakura… sekarang terimalah kekuatan baru dariku. Kekuatan penghancur, dan kau tak perlu menyegel kembali jiwa itu. Melainkan menghancurkannya sekaligus," ucap Putri Sakura dan menempelkan jari telunjuknya kedahi Sakura. Setelah itu terciptalah sebuah bulatan pink di dahi Sakura.

"Selesai… dan sebelum aku pergi aku ingin memperliatkan satu hal padamu. Dan dengan begini mungkin kau tak akan ragu lagi untuk memilih di antara mereka berdua," ucap Putri Sakura kemudian dan menunjuk kedalam sebuah kuil tua dengan jari telunjuknya.

"Pangeran Sasuke tak melihat kejadian setelah ini. Kejadian di mana aku memutuskan untuk membatalakn pernikahanku dengan Gaara. Namun, pada saat aku akan menemuinya dan menjelaskan yang sebenarnya padanya. Dia membunuh Ayahku dan para pengikutnya di depan kedua mataku sendiri. Dan Sasuke mamakai kekuatan matanya untuk mengendalikan bala tentara untuk memulai peperangan. Dan dia meminta bantuan dari kerajaan Namikaze. Dan mulailah peperangan itu. Peperangan yang disebabkan oleh ku dan perasaanku sendiri."

"Eh… APAA? Ja… jadi… Anda tak menerima Gaara sebagai pendamping Anda?" tanya Sakura.

"Sejak awal pernikahan ini tak mendapat persetujuan dariku maupun Gaara. Kami dipaksa menikah oleh para penasihat kerajaan yang pada saat itu aku pimpin. Kami berdua tak ada pilihan lain. Demi rakyatku yang memang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Dan dengan menikah dengan Pangeran Gaara, maka keadaan ekonomi di kerajannku teratasi. Karena kerajaan yang dipimpin oleh Pangeran Gaara adalah yang terkaya setelah Pangeran Neji dengan adiknya, Putri Hinata. Sedangkan kerajaan ku sedang mengalami krisis ekonomi. Padahal aku mencintai orang lain. Dan berniat menikah dengannya. Namun, dia hanyalah seorang tangan kanan ayahku dan asal usul keluarganya pun tak diketahui, karena ayahku menemukannya sewaktu kecil di peperangan dan mengangkatnya sebagai penasihatnya dan juga sebagai Pangeran di kerajaan Haruno. Dan dia menjadi teman bermain semasa kecilku. Dan saat beranjak dewasa aku jatuh cinta padanya dan aku sangat senang sekali karena mengetahui bahwa dirinya juga mencintaiku," ucap Putri Sakura panjang lebar dan kemudian memandang Sakura dengan kedua mata emeraldnya.

"Jangan-jangan…orang yang dicintai tuan putri itu adalah…"

"Sasuke," ucap Putri Sakura dan tersenyum bahagia. "Namun… sepertinya takdir memang sangat kejam. Takdir itu membuatku harus menyegelnya dan karena itulah aku kehilangan nyawaku sendiri. Jadi, Sakura… rasakanlah dengan perasaanmu dan cobalah untuk memilih siapa diantara mereka berdua yang memang benar-benar kau cintai."

"Sepertinya aku sudah tahu siapa yang benar-benar aku cintai," ucap Sakura dan tersenyum.

"Aku pergi Sakura… jaga dirimu baik-baik. Dan segeralah masuk kedalam portal waktu itu… kau sudah di jemput oleh salah satu pengawal setiaku," ucap Putri Sakura dan menujuk seseorang yang berdiri dekat dengan portal waktu. "Pein… sesudah selesai dengan tugasmu, kembalilah ketempat asalmu dan juga teman-temanmu."

"Aku mengerti, Putri Sakura… dan tuan putri cepatlah… keadaan disana sangat gawat sekali," ucap Pein dan mengulurkan sebelah tangannya pada Sakura. Dengan agak ragu akhirnya Sakura menerima uluran tangan itu dan keduanya segera masuk kedalam potal waktu dan pergi dari kuil itu.

-

-

Tak lama kemudian Pein dan Sakura sudah sampai didalam kuil, tempat dimana dia akan melakukan pengancuran bagi jiwa Uchiha. Namun, keadaan yang ada di hadapan Pein dan Sakura membuatnya tak berkata apa-apa. Keduanya membisu dalam keterkejutan mereka. Dan tubuh Sakura begitu saja jatuh terduduk di atas lantai kayu kuil.

Kedua tangan mungilnya membekap mulutnya sendiri. Beberapa kali Sakura menggelengkan kepalanya dan menutup kedua mata emeraldnya. Berharap pandangan yang ada di hadapannya adalah palsu belaka. Kini di hadapan keduanya banyak sekali darah yang berceceran di lantai kayu coklat itu. Sehingga warna lantai kayu itu menjadi hitam. Ditambah darah itu berasal dari tubuh teman-temannya sendiri. Kini air matanya tak sanggup di bendung lagi. Tubuhnya bergetar hebat. Namun, sentuhan di pundaknya berhasil menyadarkan dirinya kembali.

"Putri…. kuatkan diri Anda… segeralah lakukan penghancuran. Sebisa mungkin aku akan mengalihkan perhatian jiwa Uchiha itu," ucap Pein.

"Aku… aku tidak bisa. Semuanya… Ino, TenTen, Hinata," ucap Sakura dan dengan langkah berat mengampiri sesosok tubuh yang terbujur kaku. Sosok sahabatnya sendiri. "Kalian… kenapa meninggalkanku seperti ini."

Kemudian Sakura mengalihkan pandangannya pada sosok tubuh yang lainnya.

"Naruto… Neji." Sakura mendekati sosok itu yang terbaring tak berdaya daya dengan kepala dan tangan mereka yang bersimbah darah. "Ayo bangun! Ini tidak lucu sama sekali."

"Sa… Sakura," Sebuah suara yang sangat lemah terdengar memanggil nama Sakura. Sontak Sakura mencari arah datangnya suara itu. Dan dia kembali memekik kaget mendapati Gaara yang mencoba bangun dengan keadaan tubuhnya yang lemah dan berlumur darah. "Gaara… kau…syukurlah." Sakura menghambur kepelukan Gaara dan menangis sejadinya di dada bidang Gaara.

"Sa… Sakura… segeralah melakukan penghancuran… aku dan Pein akan mencoba membuatnya lengah," ucap Gaara dan melihat sosok Sasuke yang tengah mencoba bangun dengan menopang di kedua lututnya. Darah segar keluar dari lengan kanannya dan mulutnya. "Dia terluka cukup parah akibat pertarungan denganku, Naruto dan juga Neji."

"Tapi Gaara keadaanmu pa…"

"Aku tidak peduli… aku tidak mau lagi melihat orang yang paling aku sayangi terluka," ucap Gaara memotong ucapan Sakura dan melepaskan pelukannya. "Bersiaplah dan terimalah benda ini."

Gaara memberikan sebuah benda berbentuk segilima pada Sakura. Sakura menerimanya dengan ragu. Dia belum siap untuk melakukan penghancuran sesuai dengan apa yang di katakan Putri Sakura, dirinya di masa lalu.

"Pein… ayo!"ucap Gaara dan berlari menjauhi Sakura.

"Aku mengerti… baiklah," ucap Pein dan juga ikut berlari bersama Gaara menyerang Sasuke yang sudah bengkit sepenuhnya.

"Kalian berdua tak akan bisa mengalahkanku," ucap Sasuke dan dengan segera mengeluarkan kekuatan Apinya.

"Seragan kilat…" ucap Gaara dan mengeluarkan kekuatan kilatnya dengan tangan kirinya.

Api melawan Kilat. Keduanya sama-sama kuat.

"Sakura… sekarang… cepat!" teriak Gaara karena sudah tidak mampu lagi menahan serangan Api dari Sasuke. Pein juga yang menyalurkan kekuatannya pada tubuh Gaara sudah terduduk lemas. Namun, kedua tangannya masih saja memegang kaki Gaara untuk menyalurkan kekuatannya.

"Aku harus bisa melakukannya," batin Sakura dan berlari menuju sosok Sasuke yang sepenuhnya sedang dalam keadaan waspada. "Aku tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan teman-temanku."

"Putri Sakura… jika kau melakukan penghancuran. Maka tubuh yang aku pakai sekarang ini juga akan ikut hancur. Apa kau mau tubuh orang yang kau cintai ini hancur?" tanya Sasuke dengan seringainya. Kini Sasuke sudah mengalahkan Pein dan Gaara dengan kekuatan ketiganya. Tubuh mereka berdua terdorong sangat kuat dan menabrak salah satu pilar itu sampai roboh. Tubuh Gaara dilindungi oleh Pein dengan mengorbankan dirinya sendiri yang pertama menghantam pilar itu.

Setelah Sasuke mengatakan hal itu, Sakura menghentikan langkahnya dan jatuh terduduk lemas kembali dilantai kayu. "Kau bohong," sanggahnya cepat dan semakin mempererat benda segilima itu di dadanya karena Sasuke tengah berjalan terus mendekat padanya.

Kini Sasuke sudah benar-benar ada dihadapannya. Sakura menengadahkan kepalanya untuk memandang Sasuke. Tiba-tiba saja Sasuke merebut paksa benda yang ada ditangan Sakura. Sakura tidak diam saja, dia bangun dari duduknya dan berusaha mengambil kembali benda itu dari tangan Sasuke. Namun, usahanya sia-sia… karena tenaga Sasuke yang begitu kuat. Dia mendorong Sakura sampai tersungkur di lantai kayu.

"Kalau tidak ada alat ini kau tidak akan bisa melakukan penghancuran bukan?" tanya Sasuke dan menyeringai. Selanjutnya dia mengeluarkan api ditangan kirinya, dimana benda itu dia genggam. Sasuke membakar benda itu sampai tak tersisa.

"Tidak..! Jangan..!" teriak Sakura dan berusaha bengkit dan mengambil benda itu dari tangan Sasuke. Tapi, benda itu sudah hancur lebur dan tak tersisa. Air mata kembali jatuh di pipi mulusnya.

"Sekarang aku yang berkuasa… dan kau," ucap Sasuke sambil mendekati Sakura dan mencengkram pergelangan tangan kirinya. Sakura meringis kesakitan. "Akan menjadi pendampingku untuk selamanya."

"Aku tidak mau… Sasuke yang aku cintai sudah tidak ada lagi di dunia ini," ucap Sakura dan berusaha meronta. Berhasil. Kini cengkraman tangan Sasuke terlepas dari tangannya.

"Sudah tidak ada lagi kau bilang? Lalu, orang yang dihadapanmu… ini… siapa?" tanya Sasuke semakin tak jelas dan juga tak terdengar. Kepalanya menunuduk dan kedua tangannya mencengkram erat kepalanya sendiri.

"Sasuke, lagi-lagi kau. Pengganggu," gumam Sasuke tak jelas. Tiba-tiba saja dia berhenti berbicara dan berhenti mencengkram kepalanya sendiri.

"Sa… Sakura…"

Sebuah suara terdengar begitu lirih terdengar di kedua telinga Sakura. Sakura sangat mengenali suara ini. Suara yang penuh kehangatan dan bersahabat, bukan lagi suara yang terdengar dingin dan juga sombong.

"Sa… Sasuke… kau," ucap Sakura dan mendekat pada sosok Sasuke.

Sasuke mengangkat kepalanya dan terlihatlah sepasang onyx yang lembut. Juga disertai senyuman dari bibir tipisnya. Segera saja Sakura menghambur kepelukan Sasuke. Memelukanya sangat erat.

"Sa… Sakura jangan..!" gumam Gaara tak jelas.

Namun, sepertinya Sakura tak mendengar perkataan Gaara. Dia semakin memeluk Sasuke erat. Tak tahu bahwa apa yang dilakukan Sasuke terhadapanya jika dia sedekat ini.

Dan tanpa di duga Sasuke langsung mencekik leher Sakura.

"Sasuke… uhuukk… uhuukk… lepaskan… sakit," ucap Sakura tak jelas.

Sasuke melepaskan cekikannya terhadap Sakura. Sakura jatuh terduduk sambil memegang dadanya yang sesak dan juga sakit.

"Uhuukkk…"

"Sakura… lakukan penghancuran sekarang..!" ucap Gaara dan berusaha bangun. Pein juga melakukan hal yang sama. Walaupun keadaanya sudah sangat parah. Darah segar mengucur dengan deras dari pelipis kirinya. Mata kirinya pun tertutup karena tertetesi darahnya sendiri.

"…"

Tak ada jawaban dari Sakura. Dia mencengkram dadanya sendiri dengan erat. Badaannya tak berhenti bergetar, juga isakan tangisnya.

"Maaf… aku tak bisa."

"Putri… Anda jangan menyerah seperti ini. Masa depan dunia ini berada ditangan Anda," ucap Pein dengan nafas terengah-engah.

"Sa… Sakura hancurkan jiwa ini sekarang..!" ucap sebuah suara yang berhasil sukses ketiganya menolehkan kepalanya keasal suara.

"Sasuke kau…" ucap Gaara karena meliat seperti sosok Sasuke namun transparan di belakang sosok jiwa Uchiha itu.

"Tapi, jika aku melakukan itu. jiwa dan tubuhmu juga tidak akan selamat,"ucap Sakura dan mencoba berdiri.

"Tidak apa-apa. Walalupun aku sudah tak ada, aku akan tetap melihatmu dari sana. Dan satu lagi, Sakura… aku mencintaimu,"ucap Sasuke dan tersenyum tulus.

"Baiklah aku mengerti," ucap Sakura kemudian dan dengan sendirinya, kedua tangannya membentuk sebuah segel. "Lepas."

Muncullah sebuah tanda di dahi Sakura, bentuknya bulat dan berwarna merah muda. Ditambah tanda yang berada dipunggungnya pun besinar, dan terlihat bayangan seperti sepasang sayap.

"Sekarang..!" ucap Sasuke sambil mencekik lebih kuat leher jiwa Uchiha yang memakai tubuhnya dari belakang.

"Hancurkan sekarang..!" teriak Sakura dan menggerakan kedua tangannya kedepan, kearah Sasuke. lalu, muncullah sinar kemerahan menerpa tubuh Sasuke.

Sasuke atau jiwa Uchiha itu berteriak. "Aaaarrgghh! Putri Sakuraaaa…"

"Aku akan selalu mencintaimu… selamanya…" ucap Sasuke pelan.

Dan sinar kemerahan itu semakin bersinar dengan terangnya. Seketika Sakura tersenyum dan menolehkan kepalanya pada Gaara dan juga Pein. Yang wajah mereka berdua menyiratkan ketidak tahuan mengapa Sakura tersenyum di saat seperti ini.

Sakura terseyum miris dan berkata pelan. "Aku pasti akan menghidupkan kembali orang-orang yang aku sayangi. Aku tidak mau jika akhirnya seperti ini. Karena itu… selamat tinggal. Terima kasih untuk semuanya, Gaara," ucapnya dan berlari kedalam sinar kemerahan itu.

Sakura tak mengindahkan teriakan-teriakan Gaara dan Pein yang melarangnya mendekati sinar kemerahan itu.

Setelah Sakura masuk kedalam sinar kemerahan itu, warnanya berubah menjadi putih. Dan tak lama kemudian turunlah dari atap tinggi kuil itu sebuah salju putih. Dan menerpa semua tubuh yang tak bernyawa itu. Termasuk tubuh Pein dan Gaara.

Pein seketika memengekik kaget. "Lukaku jadi sembuh," ucapnya sambil menunjukan luka di kepalanya yang semakin lama semakin menghilang, tak ada bekasnya. Hal yang serupa pun terjadi pada luka Gaara.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Gaara sambil melihat tangannya yang sebelah kiri kembali seperti semula. Tak ada bekas luka disana.

"Mungkinkah Putri Sakura…"

Gaara menatap Pein penasaran. "Mungkinkah apa?" tanyanya sambil menaikkan sebela alisnya yang memang tak ada.

"Putri Sakura mengorbankan dirinya sendiri untuk mengeluarkan jurus terlarang, menghidupkan kembali orang yang sudah mati atau pun menyembuhkan luka berat seperti ini," jawab Pein sambil tertunduk lesu.

"A… apa kau bilang… lalu apa yang terjadi dengan Sakura selanjutnya?"

"Putri… mati."

Seperti tersambar petir ketika Gaara mendengar hal itu. Kedua mata jade-nya membulat tak percaya. Kedua tangannya mengepal kuat. Kedua matanya juga sudah berkaca-kaca. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada sebuah sinar keputihan itu yang semakin lama semakin memudar.

Selang beberapa menit, terliat sesosok tubuh mungil berambut merah muda tergeletak lemah di samping sesosok tubuh seorang laki-laki berambut hitam. Kedua tangan mereka bertautan satu sama lain. Gaara dan Pein bangkit dan berjalan terseok-seok mendekati Sakura dan Sasuke.

"Ngg…" Sasuke bergumam tak jelas dan membuka kedua matanya. Terliatlah sepasang onyx lembut. Dia merasakan sesuatu yang lembut ditangan kanannya, tangan Sakura yang sangat pucat seperti salju. Sasuke segera bangkit dan mengangkat tubuh Sakura kepangkuannya.

"Sakura… kau menyelamatkanku… terima kasih."

Sasuke membelai lembut pipi dan juga rambut Sakura. kulitnya terasa dingin dari biasanya. "Sakura kau kenapa? Ayo bangun! Jangan bercanda di saat seperti ini. Hei… ayo bangun..!" Sasuke mengguncang-guncang keras tubuh Sakura yang berada dipangkuannya. Berharap Sakura membuka kedua matanya dan tersenyum lembut kearahnya. Namun, yang didapat Sasuke hanya kebisuan. Tak ada gerakan sekecil apa pun yang dilakukan tubuh Sakura.

"Putri sudah mati. Dia mengorbankan nyawanya sendiri demi menolongmu dan juga semuanya," ucap Pein dan duduk bersimpuh di samping tubuh Sakura yang sedang berada dalam pelukan Sasuke.

"A… apa… ini tidak mungkin. Sakura… Sakuraaa..!" teriak Sasuke dan mendekap lebih erat tubuh mungil Sakura yang sangat dingin. Salju yang turun belum juga berhenti. Salju yang berasal dari kekuatan Sakura.

"Firasat dan penglihatanku memang tak pernah salah," ucap seorang perempuan berambut biru sambil mendekat pada tubuh Sakura.

"Ko… Konan… kau hidup?" ucap Gaara tak percaya.

Konan tersenyum simpul. "Ini semua berkat Putri Sakura," ucapnya. Kemudian Konan mengalihkan pendangannya pada semua orang yang tadi terbaring kaku. "Lihatlah! Mereka juga kembali hidup."

Mulai dari Ino dan TenTen yang mencoba bangun. Lalu Hinata dan Neji. Semuanya kembali hidup dan mencoba bangun dan berjalan dengan langkah gontai menuju tubuh Sakura. Semua luka yang ada dalam tubuh mereka hilang tak berbekas. Darah mereka pun lenyap tak tersisa.

"Sa… Sakura," ucap semuanya lirih dan mengerubungi tubuh Sakura. Ino, TenTen dan Hinata menangis sejadinya di samping tubuh Sakura.

"Sakura… hiks… kenapa… hiks… kau lakukan semua ini," ucap Ino di sela tangisnya.

"Seharusnya… kau membiarkan kami semua… hiks…mati saja. Jangan korbankan nyawa mu demi kami," ucap Hinata dan dari kedua mata lavendernya keluar cairan bening, membasahi pipi mulusnya. Membentuk seperti aliran sungai yang tak berhenti mengalir.

"Sakura," ucap TenTen dan menangis di dada Neji.

Kretak… kretak…

Sebuah suara retakan dari atas atap berhasil membuat semuanya menolehkan kepala keatas.

"Kuil ini akan segera runtuh… sebaiknya kita cepat keluar," ucap Pein dan membuka portal waktu kembali. Semuanya segera saja masuk kedalamnya. Tubuh Sakura di gendong oleh Sasuke.

-

-

Mereka semua kini berada diluar kuil. Menyaksikan detik-detik saat kuil tua itu runtuh. Menyebabkan terdengar bunyi 'buugghh' keras dihutan yang sunyi itu. Semua bangunan kuil itu rata dengan tanah. Kini yang masih terdengar hanyalah isakan tangis. Semua orang menggumamkan satu nama 'Sakura'

"Ternyata saat seperti ini terjadi juga. Saat dimana kita menangisi kepergian Putri Sakura. Namun, biar kali ini aku akan merubahnya," ucap Konan dan mendekati Sakura. Duduk di samping tubuhnya. Lalu, melepaskan sebuah bunga berwarna biru senada dengan rambutnya. Yang selama ini bertengger manis di atas kepalanya.

"Berikan sari bunga ini pada putri, Pangeran Sasuke," ucap Konan dan menyerahkan bunga biru di hadapan Sasuke.

Sasuke menyerngit bingung. "Maksudmu apa?" tanyanya.

"Ini disebut bunga kehidupan… berikan sari bung ini dan Putri Sakura akan hidup kembali," ucap Konan.

"Konan… kau," batin Pein dan memandang sendu Konan.

"Cepat! Hisap sari bunga ini dan berikan pada Putri Sakura dengan mulutmu," ucap Konan.

Sasuke yang tak mengerti apa-apa hanya menuruti perintah Konan. Dia menghisap sari bunga itu dengan mulutnya dan memindahkannya pada mulut Sakura. Sasuke mencium Sakura lembut dan memasukan sari bunga itu kedalam mulutnya. Ciuman itu terjadi lumayan lama. Setelah Sasuke menjauhkan bibirnya dari bibir Sakura, perlahan-lahan kelopak mata Sakura terbuka. Memperlihatkan sepasang mata emerald yang indah dan ceria.

Sakura tersenyum pada laki-laki yang ada dihadapannya. "Sasuke… kau hidup," ucapnya dan kemudian mencoba bangkit- menjadi posisi duduk. Sakura menatap satu persatu wajah orang yang ada di sana. Mereka semua menunjukan wajah bahagia.

"Syukurlah kalian semua selamat," ucap Sakura dan terseyum sumringah.

"Sakuraaaa..!" teriak Ino dan menghambur memeluk Sakura dari belakang. TenTen dan Hinata pun melakukan yang sama. Namun, keduanya dari arah samping.

"Ino, TenTen, Hinata… syukurlah aku bisa menyelamatkan kalian. Tapi kenapa aku masih bisa hidup setelah kulakukan jurus terlarang itu," tanya Sakura bingung dan melepaskan pelukan ketiganya.

"Aku juga tak tahu pasti. Hanya saja Konan menyerahkan sebuah bunga pada Sasuke untuk diberikan sari bunga itu padamu. Dan setelahnya kau kembali hidup kembali, Sakura," jelas Ino panjang lebar dan menundukan kepalanya.

"Konan," ucap Sakura dan mengalihakan pandangannya pada sosok Konan yang tubuhnya sedang berada dipangkuan Pein. "Kenapa dengannya?"

"Bunga itu sama saja dengan nyawanya. Dia memberikan nyawanya sendiri untuk Anda, Putri Sakura," ucap Pein. Semua orang yang ada disana membulatkan mata tak percaya. Kecuali Hidan, Kakuzu, Sasori, Itachi, Deidara dan juga Pein yang memang sudah mengetahuinya.

"Lalu kenapa kau tak mencoba untuk menceganya?" tanya Sakura lirih dan kini sebutir air mata turun dari kedua mata emerald-nya.

"Percuma saja, Sakura. Konan sudah memberitahukan pada kami tentang penglihatannya yang akan terjadi padamu," ucap Deidara. "Dan dia meminta kami untuk tak mencegahnya jika dia memberikan nyawanya untukmu."

"Konan… terima kasih banyak," gumam Sakura dan memeluk tubuh Konan erat.

"Pein… sudah waktunya kita kembali," ucap Sasori dan memegang pundak Pein.

"Benar… Putri Sakura kami semua harus kembali ke zaman kami," ucap Pein dan membuka kembali portal waktu.

Sakura menatap Pein tak mengerti. "Apa maksdumu dengan kembali kezaman kami?" tanyanya.

"Sebenarnya kami datang dari masa depan. Kami kembali ke masa lalu untuk merubah keadaan yang terjadi di zaman kami. Jika saja jiwa Uchiha itu tidak di kalahkan di masa lalu, maka massa yang akan datang- massa kami- akan tetap terjadi perang," ucap Deidara.

"Sakura… aku juga berasal dari masa depan. Aku bukanlah kakak kandungmu. Begitu juga dengan Deidara, dia bukanlah kakak kandung Naruto. Kami berdua diperintahkan untuk mengawasi kalian berdua," ucap Sasori dan menyentuh puncuk kepala Sakura, membelainya lembut.

"Bohong… kalian semua pasti bohong," ucap Sakura dan menggelengkan kepalanya.

"Semua itu benar, Putri Sakura," ucap Pein dan membuka portal waktu dan mendekati Sakura. Mengambil alih tubuh Konan dari pangkuan Sakura. "Semuanya… ayo..!"

"Semoga Putri Sakura bahagia," ucap Deidara dan tersenyum

"Sampai jumpa," ucap semuanya berbarengan dan masuk kedalam portal waktu kecuali Itachi. Tak lama kemudian portal waktu itu mengecil dan menghilang.

"Mereka pergi," ucap TenTen,"tapi, kenapa kak Itachi masih ada di sini?"

"Ehehehe… diriku di masa depan sudah tak ada. Dengan kata lain aku sudah mati. Tapi, mungkin hal itu sudah berubah sekarang," ucap Itachi santai. Yang lainnya hanya melongo saja atas penuturan Itachi

"Sakura… ayo kita pulang..! Semuanya sudah menunggu kita," ucap Sasuke dan mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Sakura berdiri. Dengan sedikit canggung Sakura menerima uluran tangan itu dan tersenyum manis.

"Terima kasih."

-

-

Beberapa hari kemudian

"Sasuke kau mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Mikoto dari arah dapur sambil memegang sebuah pisau.

"Ada kencan dengan Sa… sudah lah aku pergi dulu, 'Bu," ucap Sasuke dengan wajah memerah dan dengan segera menuruni anak tangga.

"Kencan… dengan Sakura yach?" tanya Itachi di ruang tamu dengan seringai jahilnya ketika Sasuke berjalan terburu-buru melewati dirinya diruang tamu bersama Fugaku.

"Hn, berisik," balas Sasuke dan dengan segera memakai sepatunya di depan pintu. Membukanya dan segera melangkahkan kakinya menuju garasi. Tempat di mana motornya berada. Bisa terdengar bunyi 'bruumm' menandakan Sasuke sudah mulai menjalankan motornya. Dan lama kalamaan bunyi itu semakin kecil.

"Itachi mana Sasuke?" tanya Mikoto sambil menjinjing sebuah benda berbentuk segi empat yang dibungkus dengan kain bermotif bunga tulip putih.

"Sudah pergi. Ada apa Ibu menanyakannya?"

"Huuffttt… tadinya Ibu mau menitipkan makanan ini pada Sasuke untuk di serahkan pada keluarga Haruno."

"O, begitu… biar aku saja nanti yang menyerahkannya. Lagi pula sekarang Sasuke pasti sedang asyik bermesraan dengan Sakura," jawab Itachi dan menyeruput teh manis buatan Ibunya.

"Ehmm… Ayah berencana akan menjodohkan Sasuke dengan Sakura. Apa kalian berdua setuju?" tanya Fugaku sambil menatap wajah Itachi dan Mikoto bergantian.

Tak perlu ditanya lagi. Karena wajah mereka berdua, Mikoto dan Itachi tersenyum sumringah. Menandakan setuju saja dengan rencana Fugaku.

Kini mereka bertiga mulai berkhayal. Bagaimana Sasuke menikah dengan Sakura dan menggendong bayi-bayi mungil Uchiha. Sebuah pikiran yang terlampau jauh.

-

-

"Apa ini terlalu pagi yach?" pikir Sasuke karena jalanan masih sangat sepi. Namun, sebuah motor Kawasaki Ninja berwarna merah membuatnya tak jadi berpikiran seperti itu. Motor itu tepat berada di depan halaman rumah Sakura. Dan sang pemiliknya sedang berada di samping rumah dengan seorang gadis berambut merah muda. Keduanya duduk di sebuah ayunan di bawah pohon oak tua. Segera saja Sasuke turun dari motornya dan mendekati sosok kedua orang itu.

-

-

"Sakura… kau pasti mengetahui bahwa aku mencintaimu bukan?" ucap seorang pemuda berambut merah darah sambil melirik Sakura dengan ekor matanya.

Sakura menjawab dengan pasti dan menganggukan kepalanya. " Ya, aku tahu pasti. Ketika kau mengatakannya di hutan itu."

"Tapi, maaf aku mencintai orang lain," ucap Sakura kemudian dan bangkit dari ayunannya menghadap Gaara yang masih duduk diayunan itu.

"Apa boleh buat… sepetinya kita hanya bisa jadi teman," ucap Gaara kemudian dan bangkit dari duduknya di ayunan itu. memegang kedua bahu Sakura. "Bolehkah aku menciummu, Sakura?"

"A…ap…"

Cup..!

Gaara mencium kening Sakura sekilas dan langsung memelukanya.

Kedua wajah mereka bersemu kemerahan.

"Ga… Gaara," ucap Sakura yang suaranya teredam di dada bidang Gaara

Gaara mengelus pelan lambut Sakura dan berkata mantap. "Hari ini sebenarnya aku datang kemari untuk berpamitan denganmu, Sakura."

"Apa… berpamitan? Apa maksudmu, Gaara?"

"Hari ini aku dan kakakku akan kembali ke Suna dan menetap di sana selamanya."

"Lalu… bagaimana dengan aku. Jika taka ada kau aku…"

"Sstt… jangan bersedih. Masih ada yanga akan menemanimu di sampingmu. Lihatlah..! Pangeranmu sudah datang," ucap Gaara dan melepaskan pelukannya. Lalu menenujuk sosok seorang laki-laki berambut emo dari kejauhan dengan jari telunjuknya.

"Kalau begitu aku pamit sekarang, Sakura. Jaga dirimu baik-baik. Sampai jumpa."

Gaara meninggalkan Sakura sendirian dan berjalan mendekati Sasuke. Menepuk pundaknya. "Jaga Sakura baik-baik, Sasuke. Aku sudah tak punya kewajiban untuk itu, karena sekarang itu adalah tugasmu. Aku akan pindah ke Suna dan menetap disana selamanya."

Sasuke sedikit terkejut dengan kepindahan Gaara yang tiba-tiba. Seketika rasa bersalah hinggap di hatinya. Karena Sasuke mengira Gaara akan merebut Sakura darinya. Tapi, tak lama kemudian Sasuke tersenyum dan meninju pelan lengan Gaara.

"Aku pasti akan melindungi Sakura dan membuatnya bahagia."

"Aku pegang janjimu. Tapi, jika Sakura mengadu padaku sambil menangis aku pasti akan menghabisimu," gurau Gaara dan kemudian memeluk Sasuke singkat. Sasuke pun membalasnya dan tersenyum.

"Tidak akan pernah kubuatnya menangis. Percayalah..!"

"Baiklah, aku pamit. Sampai jumpa, Sasuke," ucap Gaara dan berjalan meninggalkan Sasuke menuju motornya. Menaikinya dan memakai helmnya. Gaara melambaikan tangannya pada Sasuke dan juga Sakura. Setelah itu motornya sudah tak terlihat lagi oleh Sasuke dan Sakura.

"Iniah yang terbaik untuk Sakura," batin Gaara dan tersenyum miris. "Aku akan mencoba untuk membunuh perasaan ini."

-

-

"Sasuke, bagaimana dengan kondisimu?" tanya Sakura lembut dan kembali duduk di ayunan itu. Menggerakannya ke depan dan kebelakang sehingga rambut merah mudanya yang tergerai dengan bebas mengikuti hembusan angin.

"Baik sekali. Kau?" tanya Sasuke balik dan juga duduk di ayunan di samping Sakura. Tempat Gaara tadi duduk

Sakura tertawa renyah. "Hahaha… aku juga baik. Lalu sekarang apa?" ucapnya dan menghentikan gerakan ayunannya dan menatap Sasuke.

"Aku mencintaimu… apakah kau mau jadi kekasihku, Putri Sakura?" tanya Sasuke dan berlutut di hadapan Sakura sambil menujulurkan sebelah tangannya.

Wajah Sakura memerah karenanya dan dengan canggung menerima uluran tangan Sasuke. " Aku mau, Pangeran Sasuke," jawabnya sambil tersenyum menutupi kegugupannya.

"Terima kasih."

Sasuke segera saja menarik tangan Sakura dan memeluk tubuhnya erat. Kemudian berbisik pelan di telinga Sakura. Membuat Sakura risih dan juga berdebar-debar. "Aku akan selalu ada di sampingmu," ucapnya dan langsung saja mencium bibir mungil Sakura. Sakura yang awalnya kaget langsung memabalas ciuman Sasuke. Mereka berciuman sangat lama. Tak menyadari bahwa keduanya sedang di perhatikan dari atas pohon oleh enam orang sekaligus di sekitar rumah Sakura.

Mereka adalah Neji, TenTen, Naruto, Hinata, Ino dan Sai. Wajah mereka memerah bak kepiting rebus melihat adegan ciuman Sasuke dan Sakura.

"Sebaiknya kita pergi dari sini," ucap Naruto dan hendak melangkahkan kakinya.

"Naruto awas..!" ucap Sai.

Buuggghhh..!

"Aww..!" ringis Naruto.

"Kau bisa jatuh," ucap Sai meneruskan ucapannya tadi yang belum terselesaikan dengan pelan.

"Bwahahaha..!"

Ino tertawa sangat keras. Dan membuat Sasuke dan Sakura segera melepaskan cuimannya dan beranjak berjalan mengikuti datangnya suara tertawa itu. Mereka berdua sangat mengenali suara tawa ini. Suara salah satu temannya.

"Naturo..! Kalian semua sedang apa diatas pohon itu?" ucap Sakura setelah sampai di depan rumahnya yang terdapat pohon lebat dan mendapati Naruto yang terduduk di jalan sambil memegangi pantatnya.

"Ehehe… halo, Sasuke, Sakura," ucap TenTen dan hendak turun. Namun, kakinya tergelincir. Reflex dia mencari pegangan. Dan kaki Neji lah yang dia jadikan pegangan. Neji yang kaget juga ikut terjatuh dan dengan segera menarik kaki Hinata. Dan juga karena Hinata sama-sama terkejut dia juga hampir ikut terjatuh dan dengan segera menarik kaki Ino.

"Kyaaaa..! Lepaskan..! Aku bisa jatuh. Sai… tolong aku..!" ucap Ino dan menggapai-gapai tangan Sai. Sampai akhirnya Ino berhasil menggapai tangan Sai. Tapi, karena bobot yang terlalu berat. Akhirnya Sai juga ikut terjatuh.

Bisa terdengar bunyi 'buugghh' keras di jalanan yang sepi itu. Dan juga suara rintihan sakit dari orang-orang yang malang itu.

"Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan di atas pohon di dekat rumahku?" ucap Sakura dan menatap tajam kesemua orang yang sedang mencoba bangkit dari jatuhnya. Dari belakang tubuhnya tercipta aura hitam.

Glekk…

Semua orang yang ada disana menelan ludah dengan susah payah. Termasuk Sasuke yang berada tepat di samping Sakura.

"Sakura menyeramkan sekali," ucap Ino pelan. Namun, Sakura dapat mendengarnya. Dan mendelik tajam pada Ino.

"Kau tadi bilang apa, Ino?"

"Ehehe… aku tak bilang apa-apa," sanggah Ino cepat dan bersembunyi di balik punggung Sai.

"Begitu… ya, sudah. Karena kalian sudah jauh-jauh datang kerumahku akan kusediakan makanan terenak buatanku," ucap Sakura dan tersenyum manis. Aura hiatam di belakangnya sudah menghilang dan di gantikan aura bersahabat.

"Horee..! Makanan enak..!" teriak Naruto dan langsung masuk kerumah Sakura tanpa seizin pemiliknya.

"Dasar..!" geram Sakura dan berjalan menyusul Naruto. Akhirnya yang lainnya pun mengikuti Sakura dari belakang, masuk kedalam rumah megah Sakura.

"Acara kencanku yang romantis dengan Sakura hancur sudah," batin Sasuke kesal dan berwajah murung. Lalu, berjalan dengan gontai menyusul yang lainnya.

The End

Ayo..! balas review dulu…

_"Black Rose" Cyne_chan :

Hehe… gmna nich endingnya… SasuSaku kan?

_Yukie :

Makasih… tenang z endingnya SasuSaku… sesuai keinginan Yukie-san…

_Tsukimori Raisa :

Jade ma emerald yach?

Menurut q sich beda… coba perhatikan warna bola mata Gaara ma Sakura…*Manggil Gaara ma Sakura, trus liat matanya* beda kan?

Gaara : Miko-chan, bener… warna mata q memang hijau. Tapi, agak terlihat pias/memudar warna hijaunya…

Sakura : Betul, betul, betul… kalau q warna hijaunya kontras banget/ terang lah istilahnya…

Itulah wawancara seputar warna bola mata Gaara ma Sakura*Plaakk*

Hehehe… review lg yach…!

_Ria Namikaze :

Mkasih dah mau review… review lg yach..!

_Haruchi Nigiyama :

Endingnya SasuSaku… karena q SasuSaku Fanatik..hehehe…

Review lg yach…!

_Risle-coe :

Nie da q update… review lg yach..!

_Kiran-Angel-Lost :

Nie dah q update.. review lg yach..!

_Sora Chand :

Nie dah q update… review lg yach..!

_Uchiha-Namikaze Tania :

Nie dah q update… review lg yach..!

_Icha Beside Door :

Ehehe… Icha memang berisik*Di getok Icha*

Review lg yach..!

_Selenavella :

Hehehe… makasih atas pujiannya*Blushing*

Alasan Saku nikah dengan Gaara ada di atas…review lg yach..!

Horeeee…*tepuk tangan* selesai… semoga dengan endingnya tak mengecewakan readers semua yach..!

Huufftt… pada akhirnya Saya tak bisa membuat kedua chara (SasuSaku) kesayangan Saya berpisah satu sama lain… namun, aku juga kasihan ma Gaara… dia perasaan di setiap fic (yang aku baca) selalu kalah yach ma Sasuke… mungkin itu sudah menjadi takdirnya*menepuk bahu Gaara*, tp, tenang z Gaara… masih ada aku… aku dengan senang hati akan jadi kekasihmu*Dikeroyok Gaara FC*

Hehehe… bercanda…

O, ya, sbgai pengganti karena fic ku yg ini sudah tamat… bacalah fic2 ku yang lain. Sacrifice, My Lovely Angel, Obsession(tadinya Psycho, trus q ubah judulnya), Bitter Sweet(fic colab dengan Haruchi Sara), dan Tomorokoshi Hatake no Noroi (fic colab dengan Megumi Kisai)*promosi mode : on*

Akhir kata… tolong review untuk yang terakhir kalinya…

Sayonara… Minna…