Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Between of All © Haruchi Nigiyama

Warning: Always OOC (out of character), full of imagination


Konoha High School merupakan sekolah unggulan yang berada di Jepang, siapapun yang bersekolah di sini merupakan putra dan putri pilihan yang lolos melalui seleksi yang sangat ketat. Biaya sekolah di sini pun terbilang cukup mahal untuk orang-orang kalangan menengah, tetapi toh setimpal dengan ilmu yang mereka dapatkan.

Tak berbeda jauh dengan sekolah lainnya, di sekolah ini juga terdapat banyak kelompok-kelompok pertemanan yang bersatu karena adanya kecocokan, karena menurut mereka tujuan sekolah selain mencari ilmu tentu saja mencari sahabat sebaik-baiknya, bukan sebanyak-banyaknya, gitu.

Jika kalian bertanya kelompok pertemanan mana yang paling menonjol dan mendapat banyak penggemar, tentu saja yang ada Sasuke Uchiha di dalamnya. Sasuke Uchiha, seorang pemuda dengan sikap ice cream –dingin, tetapi memabukkan– yang selalu memasang wajah 'males' kepada siapapun. Males ya gais, bukan mules. Lain lagi dengan pemuda yang wajahnya dibilang mirip Sasuke, tetapi tentu saja sikapnya berbanding terbaik dengan Sasuke, orang-orang memanggilnya Sai. Pemuda dengan kulit putih pucat yang selalu siap memberikan senyuman gratis. Anda butuh pemanis buatan? Silahkan mencari Sai.

Ada juga Naruto Uzumaki yang selalu bersemangat setiap hari, walaupun terbilang ceroboh dan suka bertingkah konyol, tetapi kata fans-nya, jika ia sudah serius, maka kegantengannya bisa bertambah berkali-kali lipat. Tapi kapan sih Naruto serius?

Berbeda dengan Naruto, duo Hyuuga kembar –Neji dan Hinata– selalu bisa bersikap tenang di saat kondisi genting sekalipun, mungkin bawaan gen. Ada pula Sakura Haruno yang penuh dengan emosi, Ino Yamanaka yang suka berbicara ceplas-ceplos, dan Tenten yang sebenarnya anggun juga merupakan kelompok dari Sasuke, atau lebih enaknya kita sebut saja mereka bersahabat.

Persahabatan mereka tak pernah lepas dari gosip-gosip aneh sejak mereka masuk sekolah ini hingga sekarang kelas dua. Menyebalkan? Memang! Dulu, gosip pertama yang tersebar yaitu Sai pemakai narkoba karena kulitnya yang pucat dan tubuhnya yang kurus, tentu saja kabar itu hilang setelah Sai melakukan tes urine dan hasil negatifnya Sakura tempel di mading sekolah dengan catatan tambahan; 'masih percaya dan menyebarkan gosip ini? Siap-siap kami bawa jalur hukum dengan alasan pencemaran nama baik!' dan Sai harus pasrah saat sahabat-sahabatnya merecoki mulutnya dengan berbagai makanan supaya badannya terlihat lebih berisi.

Memasuki semester dua kelas satu, kabar burung kembali menerpa mereka. Ada yang bilang, Sasuke dan teman-temannya (Naruto, Neji, dan Sai) itu homo, tetapi mereka tidak pernah ambil pusing soal gosip ini karena memang tidak ada bukti pastinya, walau Ino dan yang lain memaksa mereka membalas gosip tersebut dengan berpacaran dengan perempuan manapun, toh akhirnya mereka tetap memasang muka masa bodoh. Kata Hinata sih, gosip homo itu merupakan sakit hati akibat ditolak oleh mereka si cowok-cowok ganteng, semuanya tentu saja menyetujui perkataan Hinata, kecuali bagian gantengnya. Kelas dua ini mereka pun (masih) terus digosipkan menjalin hubungan cinta segi tujuh dengan Sasuke sebagai patokannya. Sungguh gosip yang aneh.

Dan di sinilah mereka sekarang, di halaman utama Konoha High School berjajar dengan elegannya disambut dengan banyak mata penuh pesona. Sakura dan Sai melangkah terlebih dahulu memasuki sekolah, disusul dengan Ino, Naruto, Sasuke, dan terakhir Neji, Hinata, dan Tenten. Mereka memang sengaja berangkat pagi untuk menghindari kericuhan akibat teriakan orang-orang yang katanya Sasuke lovers, maklum sih, fans Sasuke memang paling alay dibandingkan fans-fans lainnya. Tujuan utama mereka hanya satu, taman sekolah.

"Ah... rasanya kurang seru ya di lorong tadi tidak ada suara teriakan 'Sasuke-kun, aku cinta kamuuuu, Sasuke-kun tampan aku ingin memilikimuuu, Sasuke-kun telolet Sasuke-kuuun' hahaha," ujar Naruto dengan suara yang dibuat-buat menyerupai perempuan, sementara yang lain tertawa geli sambil mencari posisi enak untuk duduk di rumput, Sasuke sendiri sudah menatap Naruto dengan pandangan pembunuh, "fa*ck you!" balas Sasuke dengan mengacungkan jari tengahnya.

Neji yang berada di samping Sasuke membalas perkataan kasar Sasuke dengan memukul kepala Sasuke dengan buku gambar milik Sai yang telah ia gulung, sementara Sasuke kini beralih menatap Neji dengan garangnya, bersiap untuk melontarkan kata kasar sebelum suara Tenten mengintrupsi mereka semua, "heh Sasuke, kau kena denda karena berkata kasar. Cepat bayar!" perintah Tenten dengan backsound suara cekikikan Ino dan Sakura.

"Sial!" geram Sasuke. Sai memandang Sasuke dengan pandangan mengejek. "Sering-sering saja kau buat dia berkata kasar Naruto, supaya kas kita bertambah banyak!" dan ucapan Sai di'iya'kan oleh semuanya sembari tertawa, kecuali Sasuke tentu saja.

"Hei, aku ingin berbicara serius, boleh?" tanya Ino dengan muka cengengesan, membuat mereka berpikir 'apanya yang serius dengan muka begitu?'. "Bagaimana jika kita membuat kesepakatan bahwa diantara kita tidak boleh ada kata pacaran sesama sahabat?" sambung Ino sambil melihat ke tujuh muka sahabatnya secara bergantian.

"Kenapa pig? Bukankah itu terlalu berlebihan?" tanya Sakura dengan wajah tak kalah serius dengan semuanya.

Ah, jangan bilang Saku-chan menyukaiku ya?" Naruto bertanya dengan posisi tangan di bawah dagu, pura-pura berpikir dengan serius, dan tentu saja pertanyaannya itu disambut dengan sorakan suram dan teriakan Sakura 'mimpi saja sana!'.

"Hmm… kalian semua tau kan tentang cinta? Ya seperti dua orang yang saling jatuh cinta, kemudian mereka berpacaran, kemudian mereka berakhir tragis, bukankah itu bisa merusak persahabatan? Karena katanya sih persahabatan bisa berakhir dengan cinta, tetapi tidak ada cinta yang berakhir dengan persahabatan..." Ino mengambil nafas untuk melanjutkan kalimatnya, "...aku hanya berusaha menjaga apa yang telah kita bangun bersama, aku tidak mau akhirnya kita berpisah-pisah."

Semua kini tenggelam dalam lamunannya masing-masing. Memikirkan ucapan Ino dan memikirkan segala macam hal yang mungkin akan terjadi di depan nanti.

"Baiklah, aku setuju. Kalian?" Neji bersuara pertama kali, membuyarkan lamunan para sahabatnya.

"Aku pun setuju, tetapi bagaimana jika ada yang melanggarnya?" tanya Tenten dengan raut wajah cemas.

"Selalu ada konsekuensi kan? Karena telah berbohong, maka kita tidak akan bisa bersahabat seperti sekarang ini, situasinya akan jelas berbeda." Jelas Ino, "makanya aku harap, kalian benar-benar bisa menjaga persahabatan ini. Bagaimana?" tanya Ino lagi untuk meminta kepastian. Ah, Ino hanya tidak mau ditinggalkan oleh kawan-kawannya ini, sungguh.

"Aku setuju-setuju saja." Jawab Sasuke, kemudian disetujui oleh Naruto dan Sai.

"Kalau Sakura dan Hinata bagaimana?" Semua mata kini beralih ke arah Sakura dan Hinata yang memang duduk bersebelahan, terlihat jelas bahwa raut wajah keduanya menunjukan ketidaksetujuan. "Baiklah baiklah, berhenti memandangku dengan pandangan seperti itu!" cercar Sakura yang merasa sedang diintimidasi, "aku ikut sajalah, Hinata bagaimana?" tanya Sakura dengan wajah tidak ikhlas. Hinata tersenyum dan mengangguk sebagai jawabannya.

"Baiklah, karena semua sudah setuju, aku harap kalian bisa memegang janji kalian ya!" ucap Ino dengan senyuman yang menawan, dan dibalas Sakura dengan dengusan kasar, "ayo kita ke kelas, sebentar lagi bel akan berbunyi."

"Ayo kita balapan, yang terakhir masuk kelas harus menaktirku ramen jumbo selama seminggu!" Naruto sudah berlari terlebih dulu dengan semangat masa muda, tidak mempedulikan gerutuan sahabat-sahabat dibelakangnya. Ia terus berlari tanpa mempedulikan tatapan mata yang memandangnya heran. Setelah sampai di depan pintu kelas, akhirnya Naruto berhenti dan berbalik untuk melihat siapakah juara selanjutnya setelah dia, tetapi yang Naruto dapat adalah sahabat-sahabatnya masih tertinggal jauh di belakang, berjalan dengan anggun sambil tertawa-tawa. "Sial sial sial. Aku dibodohi!" guman Naruto dengan muka memerah dan napas yang masih tersenggal-senggal, "mereka itu benar-benar..."

"Selamat pagi Naruto! Wah rajin sekali pagi-pagi begini menyempatkan diri untuk olahraga terlebih dahulu, Naruto-kun kereeeeen." Cerocos Ino dengan muka super mengejek sembari menempelkan tisu di dahi Naruto––seperti menempelkan mantera vampir, diikuti suara-suara tertawa yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Naruto.

Ah sepertinya mereka lupa, mereka sedang menghalangi pintu kelas.

.

.

.

Akhirnya setelah ditunggu-tunggu, bel istirahat pertama pun berbunyi bak suara malaikat yang menyelamatkan murid-murid dari rasa kejenuhan akibat terlalu lama berjuang dengan pelajaran sejarah. Sebagian siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang sangat membosankan dan menyebalkan; karena kita dituntut harus tahu tanggal dari peristiwa-peristiwa penting di Jepang, sekaligus harus tau siapa saja tokoh-tokohnya.

"Pantas saja Kakashi-sensei sampai sekarang masih bujangan, dia terlalu sibuk melihat masa lalu sih ya?" ujar Karin sebal setelah Kakashi-sensei keluar kelas, Shion yang mendengar perkataan Karin hanya menggeleng-geleng sambil tertawa, "sama sepertimu, yang masih susah lepas dari pesona Sasuke, hahaha." dan sekarang muka Karin benar-benar merah seperti kepiting rebus.

"Kau dengar Sasuke, tadi Karin dan Shion sempat membicarakanmu loh. Uh, aku jadi terharu karena punya sahabat yang super ganteng ini." Ujar Sakura sambil mencubit pipi Sasuke. Sasuke hanya pasrah menerima cubitan Sakura, karena sejak kecil Sakura memang sudah sering melakukan hal itu padanya, mungkin karena pipi Sasuke yang sedikit chubby.

Dulu saat mereka sekolah dasar, jika Sasuke memberontak saat Sakura mecubibit pipinya, Sakura akan menangis dan berkata bahwa Sasuke tidak lagi menyayanginya, makanya sampai sekarang ia hanya bisa pasrah mendapat perlakuan menyebalkan itu dari Sakura.

"ayo kita ke Kantin, yang lain mungkin sudah menunggu." Sakura berjalan duluan saat melihat Sai sudah berada di depan kelasnya. Mereka semua memang tidak sekelas secara bersama. Naruto, Tenten, dan Hinata berada di kelas sebelas A. Sai, Ino, dan Neji berada di kelas sebelas B, sementara sisanya; Sasuke dan Sakura berada di kelas sebelas C.

"Ah dasar menyebalkan, setelah mencubitku dia malah meninggalkanku." Guman Sasuke sebal, kemudian ia bergegas keluar kelas karena sejak tadi Tenten sudah meneriakinya untuk cepat keluar. Tanpa ia sadari, semenjak tadi Tayuya terus-menerus melirik ke arah mereka semua, kemudian berdecih, "cih, sahabat katanya."

.

.

.

Istirahat pertama ini memang dikhususkan untuk sarapan ringan, seperti roti dan susu, tentu saja sarapan setiap istirahat sudah disediakan oleh pihak sekolah. Kita hanya perlu mengantri menunggu giliran untuk membawa makanan, kemudian duduk di tempat yang telah disediakan.

"Sekarang giliran siapa yang membawa sarapan?" tanya Neji setelah mereka mendapatkan tempat duduk. Mereka semua sengaja memilih tempat duduk di pojokan yang jauh dengan keramaian, mereka kapok duduk di tengah yang akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan karena terlalu banyak yang memperhatikan dari segala arah.

"Bagian siapa ya? Aku sudah lupa." Naruto menjawab pertanyaan Neji dengan cepat, kemudian bersiul-siul dan sibuk mengamati setiap penjuru kantin.

"Ah bukanya bagian kau ya?" tunjuk Sai ke arah Naruto, "terakhir kemarin yang membawa Sakura." Sambung Sai.

"Ah iya kau benar Sai, sekarang giliranmu Naru, sana!" Naruto yang sudah tidak dapat mencari-cari alasan kemudian cengengesan sambil beranjak dari kursinya, "terima kasih Sai telah meningatkan." Ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.

"Ah dasar si pirang itu mau curang rupanya!"

"Ehem, aku juga pirang, Neji!" Ino berujar dengan nada sewot karena enggan disamakan dengan Naruto, walau rambut mereka memang sama-sama berwarna pirang.

"Lalu?" tanya Sai dengan wajah polosnya yang kini ikut bergabung dalam bercakapan Neji dan Ino.

"Jangan menganggil pirang, karena aku merasa kalimat itu juga ditujukan padaku, tahu!"

"Ah ah ah, kau juga kan sering curang pig!" ceplos Sakura yang kini mengundang perhatian teman-temannya. Ino sudah memelototinya dengan matanya yang besar seperti barbie. "Hari Minggu kemarin Ino bilang dia sedang sibuk, padahal dia pergi ke kolam renang dengan Dei-nii untuk melihat roti sobek lelaki tampan di sana dan dia tidak mengajakku! Curang!" lanjut Sakura dengan muka dibuat sekesal mungkin.

"Lihat nih lihat!" Sakura memperlihatkan foto instagram milik Pein-nii yang kemarin sempat ia capture kepada teman-temannya. Di dalam foto itu terlihat Ino sedang bersama teman-teman kakaknya yang kebanyakan lelaki sedang berpose sambil tersenyum bahagia.

Ino hanya cengengesan setelah mendengar perkataan Sakura. Sebenarnya itu adalah ajakan dadakan Dei-nii yang sebal jika melihat adiknya hanya berada di kasur selama seharian. Tadinya Ino akan mengajak Sakura, Tenten, dan Hinata, tetapi takut malah akan memakan banyak waktu, makanya Ino memutuskan untuk berangkat saja tanpa memberi tahu Sakura dan yang lainnya.

"Apa?" tanya Ino akhirnya setelah ia merasa tak enak dengan tatapan Ino dan Hinata.

"Kau curang!" jawab Tenten dan Hinata kompak, memelototi Ino dengan aura hitam yang menguar di sekitar tubuh mereka, sementara Sakura sendiri sibuk memanas-manasi Hinata dan Tenten untuk terus menyerang Ino.

Sasuke, Sai, dan Neji hanya menggeleng-geleng lemah melihat kelakuan sahabat perempuan mereka, enggan untuk memberikan komentar apapun.

Tak lama kemudian Naruto datang dengan membawa nampan besar berisi satu piring yang di atasya terdapat delapan tumpukan roti dan juga delapan susu kotak, "makanan datang sobaaat," ujarnya semangat, lalu meletakkan nampannya di tengah meja, membiarkan teman-temannya mengambil makanannya sendiri.

Sasuke bersyukur Naruto datang di waktu yang tepat––saat ia mulai merasa pusing mendengar suara-suara cerewet di sekelilingnya, sehingga perhatian mereka si cerewet langsung berpindah ke nampan yang kini berada di tengah meja.

Sai sendiri semenjak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia melihat perutnya yang tengah dilapisi seragam sekolah bermotif kotak-kotak menghela napas, kemudian berkata, "kapan roti tawarku menjadi roti sobek?" ujarnya lirih.

Suara Sai yang terbilang cukup keras untuk didengar satu meja mengundang tawa dari semua teman-temannya, kecuali Naruto yang kini tengah berpikir kenapa teman-temannya tertawa hanya karena kalimat absurd Sai itu. Muka Sai sendiri sekarang sudah berubah menjadi merah semerah-merahnya, seperti kepiting rebus.

TBC


Hollaa, akhirnya re-publish yang hampir semua dirombak haha=)) sebenernya modal nekat banget buat publish cerita di sini lagi, tapi gak apa ya sekalian menyalurkan hobi hehe.

Kritik dan saran saya tunggu ya, makasih ;D

See you!