Oke minna-san, bertemu lagi dengan saya Binbin sang author gaje!!! *dilempar sandal jepit*. Hoho… Ini fic terbaru gw loh gue bikin atas request dari temen w yang namanya Agni sama Anisha (havoc) terus idenya dari komik Spring. Apa ya… pokoknya RnR deh!!

Disclaimer : Seperti yang sudah kita ketahui bersama saudara-saudara, BLEACH PUNYA OM TITE KUBO!!!! YEAH!! Oh ya dan Spring punya Lee Young-You!!!


My Father ?!

Chapter 1

Rate : T

Genre : Romance/ Humor (mungkin)

"Mama sedang apa?" tanya gadis kecil berambut hitam sebahu dan bermata violet.

"Mama sedang meramal lewat garis tangan." Jawab wanita yang sangat mirip dengan gadis kecil itu.

"Garis tangan, memangnya bisa?" tanya gadis kecil itu penasaran.

"Tentu saja. Umur Rukia-chan panjang, akan selalu sehat dan aktif. Tapi, tidak ada kekayaan, tenang saja uang bukan segalanya kan." Kata perempuan yang ternyata adalah ibu gadis kecil itu.

"Coba lihat jodohmu putriku.. Wah, Rukia-chan akan dapat orang yang tampan sekali dan rukun sampai tua."

"Benarkah??" gadis kecil itu tersenyum ceria.

"Iya.. Mama jadi iri dan ada satu lagi. Suami mu nanti memiliki kepribadian yang luar biasa dan sedikit aneh." Katanya lagi.

"Sungguh??" gadis kecil itu memandang tangannya sambil tersenyum.


'Tapi bukankah garis tangan selalu berubah setiap tiga bulan sekali. Umur panjang, suami tampan yang punya kepribadian kuat, sekarang saja garis tangan itu hanya tinggal sisa.' Gumam Rukia mengingat masa lalunya.

"Kuchiki Rukia kerjakan soal nomor 8." Perintah Hitsugaya-sensei.

'Kehidupan ku sekarang saja sangat membosankan.' Gumam Rukia lagi.

"KUCHIKI RUKIA!!!!!!" Rukia masih tidak menghiraukan panggilan Hitsugaya-sensei yang makin menggila.

DUUUAAAKKK!!!!

"Aww.. Sialan siapa yang lempar!!" Hitsugaya-sensei melempar spidol tepat ke jidat Rukia.

"Siapa yang lem.." Rukia terdiam, terlihat Hitsugaya-sensei sudah memasang muka angkernya.

"Kuchiki Rukia, cepat berdiri di depan kelas sekarang!!" Rukia hanya bisa menghela napas dan berjalan gontai menuju depan kelasnya.

Kuchiki Rukia, seorang murid kelas 2-4 di Karakura High School menjalani hidup seorang diri karena ibunya, Kuchiki Hisana pergi meninggalkannya dengan setumpuk hutang yang bisnis menjual obat dietnya gagal.

Ia sedikit memahami bagaimana usaha keras ibunya untuk menghidupi nya setelah ayahnya Kuchiki Byakuya meninggal akibat kecelakaan mobil saat ia masih berusia 3 tahun.

'Apa hari ini akan ada orang yang datang untuk menagih hutang lagi, aku sudah muak dengan semua itu.' Gumam Rukia sambil bersender di dinding kelas.

"Rukia, jangan enak bersender!!" bentak Hitsugaya-sensei yang sebenarnya bertubuh kontet tapi sangat galak itu.

'Guru sialan! Bisa gak sih sehari aja ga marah-marah.' Protes Rukia dalam hati.

"Hei, kau mau mendekati Renji si pangeran Baboon sekolah yang sok itu?" kata seorang murid yang lewat di depan Rukia.

"Tapi dia cakep tau dan juga keren." Balas teman cewe tadi, mereka berlalu di depan Rukia sambil cekakak cekikik khas anak remaja.

'Cowok cakep.. Dulu aku sangat mempercayai ucapan Mama, bahkan aku menganggap semua cowok cakep adalah pengantin ku.' Rukia menertawakan dirinya sendiri.

'Tapi sekarang.. Aku gag butuh cowok cakep!! Yang penting cowo itu terkenal dan banyak uang!' tegas Rukia pada dirinya sendiri.

"Rukia, sekarang pel ruangan kelas!" Perintah Hitsugaya-sensei.

Rukia pun mengambil alat pel di gudang.

"Ukh.. Berat ju..akhh..!!!" Rukia menabrak seorang perempuan berdada besar dan berambut coklat orange. Alat pel itu mengenai rok cewek itu.

"Ahh.. Maafkan aku Inoue!!" Rukia membungkukkan badannya pada Inoue Orihime seorang putri sekolah yang cantik, pintar dan terkenal di kalangan banyak cowok.

"Ah, sudahlah kita kan teman sekelas." Kata Inoue sambil menyingkirkan alat pel yang mengotori roknya.

'Ahh.. Inoue benar-benar cantik, pintar, baik, simpatik dan juga kaya.' Ucap Rukia dalam hati.

"Biar aku bersihkan rok mu." Kata Rukia sambil mengambil sapu tangan dari saku seragamnya.

"Sudahlah, lebih baik aku memakai rok yang kotor daripada rok yang dibersihkan oleh orang miskin." Kata Inoue lalu meninggalkan Rukia yang wajahnya mulai merah menahan marah.

"Ku cabut ucapan ku tentang baik dan simpatik!! Sialan!!" jerit Rukia kesal.

"Rukia, apa yang kau lakukan ayo cepat pel!!!" teriak Hitsugaya-sensei dari dalam kelas.

"I-iyaa…" Rukia langsung mengambil alat pel yang tergeletak dan berlari ke kelasnya.

"Rukia, kau kenapa dari tadi bengong terus?" tanya seorang cewe di depannya.

"Aku gak apa-apa kok Rangiku." Jawab Rukia sambil masih mengepel lantai.

Rangiku menghela napasnya. Ia bingung dengan kehidupan sahabatnya itu. Padahal ia sudah pernah menawarkan pada Rukia untuk tinggal di rumahnya, tapi Rukia menolak dengan cepat.

Tentu saja Rukia menolak karena Rangiku tinggal bersama yakuza-yakuza menyeramkan macam Zaraki, Ikakku dan Hisagi. Bahkan membayangkannya saja Rukia tidak mau.

Rukia selesai mengepel lantai. Dia berjalan menuju ke gudang untuk mengembalikan semua peralatan yang ia pakai tadi.

"Ukhh…!!" lagi-lagi Rukia menabrak seseorang, ia sampai terjatuh karena orang yang di tabraknya kali ini adalah seorang cowok berbadan kekar.

"Hei, kamu ga apa-apa?" tanya cowok berambut merah dan diikat seperti nanas itu.

"Ah.. Aku tidak apa-apa. Jangan pedulikan aku!!" kata Rukia sambil berusaha berdiri.

"Kira, dompet." Kata cowok itu pada seorang pria di belakangnya yang memakai jas lengkap dengan dasi.

Pria berjas tadi memberikan sebuah dompet pada cowok berambut merah yang mirip Baboon itu.

Sreeeett….

Seketika kartu ATM VIP Gold Card bertebaran di mana-mana. Rukia sampai terpana melihatnya sedangkan murid lainnya merasa muak.

"Lain kali berhati-hatilah.." kata cowok berambut merah itu sambil makan pisang dan berjalan menjauh.

"Baik, tuan muda Renji!!" kata Rukia dengan mata yang berbinar-binar.

'Walau tindakannya tadi gaje, tapi tetap saja dia keren.' Gumam Rukia.

Abarai Renji atau pangeran Baboon kartu emas adalah orang yang paling di hormati Rukia. Renji adalah putra dari Presiden perusahaan grup Abarai yang menguasai hampir seluruh pasar dagang pisang di dunia.

Rukia mengangkat embernya lagi dan berjalan menuju gudang.

Renji memandang Rukia.

"Kira, siapa namanya?" tanya Renji pada bodyguard nya.

"Namanya Kuchiki Rukia, kelas 2-4. Dia selalu bekerja paruh waktu sebagai pembuat boneka kelinci."

"Ehh, kenapa?" Renji mengerutkan alisnya.

Rukia berhenti sebentar meletakkan ember berisi air yang lumayan berat bagi tubuh mungilnya.

"Kira... Bawakan embernya." Perintah Renji pada Kira.

"Baik.."

Rukia sedikit kaget karena tiba-tiba Kira mengambil alih ember yang di bawanya.

"Ahh.. Terima kasih.." kata Rukia sambil tersenyum manis. Dan Renji masih memperhatikannya.

"Menarik juga."


TEEEEENGGG………

Jam istirahat tiba. Semua murid berhamburan keluar dari kelas mereka.

"Rukia, ayo ke taman yuk." Ajak Rangiku menarik tangan Rukia yang masih membereskan bukunya.

"Ampun deh Rangiku." Rukia hanya bisa pasrah di tarik sama makhluk agresif satu ini.

Rangiku menarik (baca : menyeret) Rukia dengan penuh semangat.

"Ada apaan sih di taman?" tanya Rukia.

"Hisagi katanya mau berantem sama Hitsugaya-sensei.." jawab Rangiku.

"WHATT?!!"

'Gila tuh si Hisagi nekat banget.' Gumam Rukia dalam hati.

Akhirnya mereka berdua sampai di taman. Rukia memperhatikan sekelilingnya, dan benar saja disana sudah ada Hisagi sang preman sekolah dan Hitsugaya-sensei sang guru matematika yang sangat cerewet.

Murid-murid lain sudah mengitari mereka yang berseteru itu. Sepertinya para murid menikmati 'acara' itu.

"Memangnya kenapa kalau aku tidak mengerjakan PR dari mu hah?" bentak Hisagi pada Hitsugaya-sensei.

"Apa kau tidak mau naik kelas, tugas itu penting tauk!!" Hitsugaya-sensei mendongak karena badannya yang kontet itu hanya mencapai dada Hisagi.

"Kyaaa… Hisagi berjuanglah!!" terdengar suara anak-anak cewek bersorak menyemangati Hisagi yang memang keren itu. –author juga ikut loh-

"Hitsugaya-sensei jangan mau kalah!!!" teriak seorang cewe bernama Hinamori Momo.

'Ya ampun, mereka pikir ini pertandingan apa jadi bersorak seperti itu.' Gumam Rukia.

"Wahh.. Hisagi benar-benar melakukannya ya.. Hebat sekali." Puji Rangiku pada teman se-rumah nya itu.

"Ya, mungkin sekali-sekali kau juga harus mencobanya Rangiku." Kata Rukia sambil tersenyum heran pada sahabatnya itu.

Perdebatan itu semakin memanas, sekarang Hisagi menarik kerah baju Hitsugaya-sensei hingga Hitsugaya-sensei ikut terangkat.

"Hitsugaya-sensei, Hisagi, sudah hentikan!!" tiba-tiba Inoue menghentikan perdebatan antara guru dan murid itu.

"Lagi-lagi dia.." kata Rukia pelan.

Hisagi dan Hitsugaya-sensei melihat ke arah Inoue.

"Apa mau mu?" tanya Hisagi pada Inoue sambil menurunkan Hitsugaya-sensei.

"Sebaiknya kalian berdua berhenti karena bel masuk akan segera berbunyi." Kata Inoue.

"Hitsugaya-sensei ada yang ingin ku bicarakan dengan mu." Kata seorang cowo berambut silver yang selalu tersenyum.

"Gin…!!" mata Rangiku langsung berbinar-binar. Rangiku sangat mengagumi guru fisika bernama Ichimaru Gin itu.

"Cih.. Awas kau nanti Hisagi." Hitsugaya-sensei meninggalkan Hisagi dan ikut berjalan bersama Gin.

"Guru cebol itu menyebalkan sekali." Kata Hisagi sambil menggulung bajunya.

"Hoi, Rangiku sadar! Ichimaru-sensei udah jauh tuh." Rangiku menepok-nepok pipi Rangiku yang masih bengong.

TEEENNNGGGG……

Bel tanda masuk berbunyi. Rangiku masih bengong mematung.

"Hisagi, tolong seret Rangiku ini, sepertinya susah sekali menyadarkannya." Kata Rukia minta tolong pada Hisagi.

"Huhh.. Dia selalu saja begitu kalau bertemu dengan srigala itu." Hisagi menyeret Rangiku yang masih mematung.

Mereka berjalan bersama menuju kelas. Inoue yang melihatnya pun dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Rukia.

"Ukhh…!!" Rukia terjatuh, Inoue tersenyum senang.

"Kalau jalan lihat-lihat donk, dasar miskin." Kata Inoue langsung meninggalkan Rukia.

"Hei.. Apa-apaan dia itu, biar ku hajar dia!!" Hisagi geram melihat sikap Inoue dan langsung ingin melemparkan Rangiku yang membatu ke kepala Inoue yang sok itu.

"Hisagi, itu Rangiku loh, jangan kau lempar!!" kata Rukia panik.

"Ahh, aku sampai lupa." Kata Hisagi mengurungkan niatnya untuk melempar Rangiku yang membeku itu.

"Lagi pula aku memang miskin kan." Kata Rukia sambil bangkit dari jatuhnya.


Rukia berjalan menuju rumah tempat dia menyerahkan boneka chappy hasil buatannya. Hari sudah mulai gelap, ia berjalan dengan gontai.

"Waktu antar barang jam 7 pada hari minggu nanti jangan lupa ya.." kata seorang wanita ramah bernama Unohana Retsu.

Rukia hanya mengangguk.

"Kenapa mukamu cemberut seperti itu?" tanya Unohana khawatir.

"Tante, apa aku ini menyebalkan?" tanya Rukia dengan tatapan kosong.

"Ehh.. kenapa kau bertanya seperti itu. Tentu saja tidak Rukia." Jawab Unohana sambil mengelus kepala Rukia.

"Begitu.. Aku pulang dulu tante." Rukia meninggalkan Unohana yang masih berwaja bingung.

Lebih baik memakai rok yang kotor daripada rok yang dibersihkan orang miskin.

Rukia tebayang oleh kata-kata Inoue.

'Apa aku semenjijikan itu?'

'Inoue Orihime, sehebat apapun kau, aku juga gak suka melihat cara dudukmu, rambutmu yang panjang dan juga dadamu yang besar itu. Semuanya aku gak suka!!" jerit Rukia dalam hati.

Rukia berjalan sendiri di jalanan yang lumayan sepi itu. Ia sampai di depan rumah nya, bukan lebih tepatnya di sebut gubuk.

"Hidupku sendiri sudah susah tinggal di tempat ini sambil membuat boneka chappy setiap habis pulang sekolah.. Tidakkah ini menyedihkan." Kata Rukia menyesali hidupnya dan dia pun menangis.

Saat Rukia menangis ia tidak menyadari kedatangan seorang cowok di dekatnya.

"Hei.. Rumah No. 28 dimana?" cowok itu bertanya pada Rukia.

Rukia berhenti menangis dan memandang cowok itu. Rambut cowok itu mencolok sekali berwarna orange, matanya berwarna coklat. Jujur Rukia sedikit terpesona dengan ke tampanan cowok orange itu.

"Hoi midget, rumah No.28 dimana?" tanya cowok itu sekali lagi sambil menempelkan permen karet yang ia makan ke rumah Rukia.

"Hei, jangan tempel permen karet sembarangan! Dan juga aku bukan midget!!"

"Memangnya kenapa?" tanya cowok orange itu.

"Sembarangan saja tempel di rumah orang! Cepat bersihkan kepala jeruk!" kata Rukia jengkel.

"Oh begitu.. Ini rumah ya, ku pikir semacam tempat pembuangan sampah." Balas cowok itu.

Cowok berambut jeruk itu memandang angka 28 pada rumah (baca : gubuk) itu.

"Hm.. Sepertinya ini rumahnya." Kata cowok itu.

'Tiba-tiba perasaanku tidak enak, jangan-jangan dia juga mau menagih hutang.' Gumam Rukia dalam hati.

"Si-siapa kau? Kenapa menanyakan rumah ku?" tanya Rukia sedikit gemetar.

Cowok itu terdiam, ia menatap gubuk yang ia bilang tempat pembuangan sampah itu dan Rukia. Ada sedikit raut tidak percaya di wajahnya. Ia sedikit menggelengkan kepalanya.

"Akhirnya ketemu juga.." kata cowok jeruk itu.

Cowok itu langsung memeluk Rukia. "Putriku.." kata cowok itu hingga membuat Rukia sangat kaget.

"APA?!" Rukia melepaskan pelukan cowok itu.

"Jangan bercanda, umurku dan umurmu hanya berbeda 2-3 tahun saja cowok berambut jeruk!" bentak Rukia.

"Terserah apa katamu midget, aku adalah papamu.." bisik cowok berambut orange itu ke telinga Rukia.

"Tidak mungkin..!!!" Wajah Rukia memucat. Beban hidupnya bertambah lagi.

----To Be Continued----


BinBin : Huuff.. akhirnya selesai!! *ngelap keringat*

Hitsugaya : Lagi-lagi bikin fic yang gaje.

Renji : Wahahahaa..gue jadi pangeran sekolah!!! *meluk author*

BinBin : lepasin Baboon lo bau pisang tauk!!

Rukia : Kayanya gue menderita ye disini.

BinBin : Yahaa… Pasti udah pada tau kan siapa yang ngaku jadi papanya Rukia.

Mayen : Pasti si Kuro…umphhh!!! *di bekep author*

Byakuya : Gue bener-bener ga bakalan muncul ya..

BinBin : Kyaaa.. Byakkun, maafkan aku!!! *meluk Byakuya*

Hisana : Menjauh dari suami gw!!! *nendang author*

Mayen : Yaa… pokonya review yaa..!!!

All character : Terima kasih udah mau baca fic gaje ini ya.. AYO REVIEW!!!!

Tekan iji-ijo di bawah dengan penuh semangat perjuangan!!!