Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Romance / Angst
Rated: T
Pairing: SasuSaku
Original Story: Mr Endlessly by angel-puppeteer
Endless Memories
Rewritten by: Akina Takahashi
Chapter 1: The Day When Her Life Changed
Sakura berlari ke arah Naruto yang terduduk lemah di tanah. Setiap tarikan napasnya terdengar berat. Rambut pirangnya berantakan, banyak sisa darah yang mengering menempel di pipinya. Wajahnya terlihat lelah.
"Naruto!" Sakura berlari memeluk Naruto, jantungnya berdetak cepat.
"Naruto… Naruto…" bisiknya lemah "Apa kau tidak apa-apa?"
"Naruto…"
Mata mereka bertemu. Sakura menatap Naruto dengan tatapan khawatir. "Ada apa? Apa kau terluka?"
"Sa…" Suara Naruto bergetar. Mata birunya menatap tajam ke mata hijau Sakura.
"Naruto… kumohon jangan membuatku khawatir." bisiknya. "Apa yang terjadi?"
Naruto hanya terdiam. Tangannya memegang sebuah hitai ate berlambang Konoha.
Mata Sakura menatap hitai ate yang dipegang Naruto.
Itu hitai ate milik Sasuke
Sesaat ia merasa dadanya sesak sehingga membuatnya tidak dapat bernapas dengan baik.
Pandangannya kembali menatap wajah Naruto yang tertunduk. "Naruto…"
"Dimana Sasuke?"
Sekali lagi Naruto tidak menjawab ia hanya menundukkan wajahnya menghindari tatapan Sakura. Air mata keluar dari mata birunya.
"N-Naruto…"
"Ada apa? Naruto… kumohon."
"Sa…kura-chan…" isaknya
"Kumohon… kumohon! Katakan padaku! Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada Sasuke-kun!?" Sakura mulai histeris. Naruto tidak pernah seperti ini. Dan itu sangat membuatnya takut.
"Naruto…kau membuatku takut!" Sakura sedikit berteriak, tangannya memegang wajah Naruto memaksanya menatap wajahnya.
"Naruto… katakan padaku…" butiran air mata berjatuhan ke bumi. "Katakan apa yang membuatmu terluka…"
"Maafkan aku, maafkan aku… Sakura-chan Sakura-chan…"
"Naruto… aku tidak mengerti! Katakan padaku!" Sakura menggenggam kedua tangan Naruto. "Tenanglah, sekarang katakan padaku… Dimana Sasuke?"
"Sakura…chan…" Naruto menatap mata hijau Sakura. Air mata berjatuhan dari matanya."Dia… dia sudah meninggal."
"Sa— Sakura-chan?"
Sakura menutup mata hijaunya sesaat sebelum kemudian membukanya kembali. Tatapan matanya kosong seakan tak ada kehidupan di dalamnya.
Naruto mempererat genggamannya.
Mata hijau Sakura menatap wajah Naruto, bibir bawahnya bergetar seakan ingin mengatakan sesuatu yang tak dapat diucapkannya.
"Sakura-chan?"
Sakura melepaskan genggaman tangan Naruto dengan paksa.
"Tidak."
"Saku…" Naruto tak sempat melanjutkan perkataannya.
"Aku tidak percaya."
"Sakura-chan… tunggu." Naruto berusaha bangkit dengan susah payah, menghiraukan rasa sakit akibat luka di sekujur tubuhnya.
"Tidak." Sakura berusaha melarikan diri namun Naruto menangkap pergelangan tangannya kemudian menarik Sakura kembali kesisinya.
"Sakura-chan!" teriak Naruto. Memaksa Sakura untuk menatap wajahnya. "Kumohon, percayalah padaku."
"PEMBOHONG!" Jerit Sakura. Tubuhnya bergetar hebat. "bohong… bohong… itu semua tidak benar! Kau pembohong!"
Naruto hanya terdiam. Darah mengalir dari luka yang ada di dahinya menetes berjatuhan ke tanah.
Sakura tertunduk lemah. Tubuhnya bergetar hebat. "Naruto…" Sakura menangis dalam diam. Tangannya menutup mulutnya mencegahnya untuk menangis lebih keras.
"Maafkan aku… Sakura-chan."
Air mata memenuhi mata hijau Sakura, menghalangi pandangannya.
Oh Tuhan.
.
.
Endless Memories
.
.
"Aku mengerti" Tsunade menghela napas panjang kemudian mengarahkan pandangannya pada ketiga orang shinobi yang ada di depannya.
Di hadapannya tampak Neji, Shino dan yang terlihat paling terluka adalah Naruto.
Tsunade mengarahkan pandangannya pada Naruto. Mata coklatnya menatap mata biru Naruto. "Jadi, kau tidak membawa mayatnya?"
"Tidak ada yang dapat kami bawa" Jawab Naruto. "Kecuali ini." Naruto meletakkan hitai ate milik Sasuke di atas meja Tsunade.
"Dia tahu."
Tsunade sedikit menaikkan alisnya.
"Dia tahu, kalau ia tak akan selamat."
…
"Dia… Dia…" Suara Naruto bergetar. "Dia menyuruhku pergi… KAMI harus pergi. Shikamaru… semuanya…"
Tsunade menundukkan kepalanya.
"Dia mengatakan padaku kalau — kita akan kembali dengan selamat."
"Tapi" Tsunade menambahkan. "Dia tidak memasukkan dirinya dalam kata kita."
"…"
"…Bagaimana keadaan Sakura?" tanya Tsunade.
Naruto terdiam, ia hanya menundukkan kepalanya.
.
.
.
.
.
Upacara kematian dilaksanakan tiga hari setelah Naruto dan tim Anbu yang lain kembali ke Konoha. Hari itu langit terlihat mendung. Awan cumulus bergerombol menutupi langit.
Itu adalah upacara pendek. Tidak ada yang berbicara. Hanya keheningan.
Sesaat, Tsunade memperhatikan murid kesayangannya. Sakura tidak menangis. Kepalanya tertunduk, sebagian matanya tertutupi rambut merah mudanya.
Sakura, kau sama sekali tidak terlihat kuat hanya dengan memaksakan diri tidak menangis.
Tsunade menghela napas sebelum pergi meninggalkan upacara kematian, Shizune dan Ton-Ton berjalan di belakangnya.
Semua orang telah pergi meninggalkan tim tujuh di depan batu nisan dengan nama Sasuke Uchiha yang terukir di atasnya.
Seketika, tempat mereka berdiri menjadi sunyi. Ketiganya berdiri di bawah langit yang berubah menjadi semakin gelap. Petir menyambar-nyambar sementara awan menutupi langit. Kakashi menatap langit yang berada di atasnya.
"Sebentar lagi akan turun hujan." Katanya lembut. Butiran-butiran air berjatuhan dengan deras dari langit membasahi semua yang ada di bawahnya.
Dalam diam, mereka berdiri di tengah hujan, membiarkan air hujan menghapus semua kesedihan mereka. Namun itu masih belum cukup. Rasa sakit di hati mereka sama sekali tak dapat dihapus oleh air hujan.
Kakashi menatap Sakura dengan khawatir, memperhatikan butiran-butiran air hujan yang membasahi matanya, air hujan mengalir melalui kedua belah pipi gadis itu.
"Sakura."
"Aku masih ingin disini."
Kakashi menghela napas.
"Aku akan tetap berada disini." Sakura menambahkan.
Kakashi menatap wajah Sakura yang basah terkena air hujan. "Sakura—" tangannya bergerak untuk menyentuh wajah Sakura. Namun gerakannya seketika terhenti ketika Sakura menahan pergelangan tangan Kakashi untuk bergerak lebih jauh lagi.
"Tinggalkan aku sendiri."
…
Perlahan, Kakashi menarik lengannya kembali. "Tentu." Kakashi melangkah meninggalkan Sakura. Langkahnya terhenti ketika ia berada sekitar tiga meter dari Sakura. "Jangan berada di tengah hujan terlalu lama."
"…"
"Kau bisa sakit."
"Sakura-chan…" bisik Naruto, "Bicaralah padaku." Ia berpikir jika ia mendengar satu kata saja dari Sakura, Ia akan baik-baik saja. Satu kata dari mulut Sakura dapat menyembuhkan luka hatinya walaupun hanya sesaat.
Bicaralah padaku.
Katakan sesuatu padaku!
Pemuda pirang itu memutar tubuhnya perlahan menghadap Sakura yang masih berdiri terpaku di sampingnya. "Sakura-chan…". Cuaca semakin dingin, hujan turun semakin deras. Ketika memperhatikan seluruh tubuh Sakura yang basah kuyup terkena hujan, Ia menyadari Sakura bahkan tidak gemetar ketika menghadapi dinginnya air hujan.
"Kenapa kau melakukan hal ini padaku?" tanyanya perlahan. "Kenapa?" Ia menutup matanya perlahan kemudian membukanya kembali, "Sakura… bicaralah padaku."
Namun, Sakura sama sekali tidak bereaksi. Ia hanya terdiam.
"Kenapa kau tidak ingin bicara padaku? Jangan bersikap seakan hanya kau saja yang terluka…"
Tak ada reaksi. Sakura bahkan tidak berkedip. Poni merah mudanya yang basah menempel di dahinya.
Sebelum Naruto dapat menghentikan dirinya sendiri, Naruto berteriak: "Sakura, bicaralah! Bicara padaku! Menangislah! Teriaklah!"
Perlahan, Sakura menatap Naruto namun itu hanyalah sebuah tatapan kosong. Itu membuatnya sakit. Naruto menarik lengan Sakura memaksanya menatap wajahnya. "Sakura! Ugh brengsek! Sial! Sial!"
Naruto memeluk tubuh Sakura dengan paksa, namun Sakura hanya terdiam, "Berhentilah bertingkah sok kuat seperti ini! Kau bukanlah satu-satunya orang yang menderita!"
"ZRASSH" Hujan turun semakin deras.
Ekspresi sedih terpasang di wajah Naruto. "Kenapa…? Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku…? Apakah kau mencoba untuk menghukumku…?" suaranya melemah. "…apakah semua ini salahku? Apakah akan lebih baik bila aku saja yang mati?"
Naruto merasakan tubuh Sakura menegang.
"Sakura…chan…"
Naruto mempererat pelukannya. "Aku…Aku—" Ia menempelkan mulutnya di dahi Sakura dan berbisik "…Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku akan melakukan apapun untukmu."
Sakura hanya memberikan tatapan kosong.
"…Aku akan membawanya kembali jika aku dapat memberikan jiwaku sebagai penukar jiwanya. Aku rela menggantikan kematiannya untukmu."
"Sa… Sasuke-kun…"
"Sakura-chan…" Naruto melepaskan pelukannya kemudian menatap mata hijau Sakura.
Mata mereka bertemu. Dan Sakura merasakan betapa dalamnya perasaan Naruto. Pederitaannya. Kesedihannya.
"Sasuke…kun…"
Hujan turun tanpa henti.
Hati yang terluka.
Semakin rusak. Pecah berkeping-keping menjadi pecahan-pecahan kecil.
Akhirnya, Sakura menangis. "Aku mencintaimu… Aku mencintaimu, Aku mencintaimu, Sasuke-kun…"
Naruto menggigit bibir bawahnya dan memeluk Sakura erat.
…
…
Hal yang sangat menyakitkan adalah ketika kau mencintai seseorang namun sebelum kau mengatakan padanya kau mencintainya. Hal itu sudah terlambat.—
Kau tahu, aku bisa menunggumu hingga kau menyukaiku.
"—Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu—"
Kepada.
Uchiha Sasuke
…
…
Sahabat terbaik kami.
Dari tim tujuh.
-TSUZUKU-
A/N: Akhirnya selesai juga chapter satu. Oh iya, cerita ini disadur dari Mr Endlessly karyanya angel-puppeteer. Tapi ceritanya ga bakal sama banget kok. Saya cuma ngambil inti-intinya aja. Mulai chapter dua keatas mungkin bakalan banyak adegan yang ga ada di fic aslinya. Jadi, jangan protes kalau ceritanya ga begitu sama dengan aslinya.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
With Love,
Akina Takahashi