Warning: OOCness, gajeness, abalness, cacatness, garing, bashing chara, non AU fic, bahasa tidak baku

Summary: Disaat jutsu-jutsu andalan para chara di anime Naruto dipergunakan untuk hal yang tidak penting dan menjadi jutsu yang tidak berguna…

Disclaimer

Naruto © Masashi Kishimoto

Useless Jutsu © Cake Nightray Vessalius

-

Chapter 6: Art is Bang!

-

Akhir-akhir ini Akatsuki sedang dilanda krisis. Kakuzu sang bendahara menjadi sering uring-uringan. Karena ia melihat jumlah uang di buku tabungannya semakin menipis, dan buku hutang Akatsuki semakin bertambah jumlahnya.

"Hei kalian! Kalau gak mau nabung, jangan utang mulu napa?!" bentak Kakuzu saat rapat mendadak di gudang.

"Haah, kita hutang kan juga buat memenuhi kebutuhan masing-masing. Kau mau kita semua tewas karena kelaparan?" kata Kisame.

"Ho? Bagus dong. Kalo kalian pada tewas, gak akan ada yang mengusik uang di brankasku lagi. Dan jatah beras akan berkurang. Itu berarti aku bisa lebih berhemat." Jelas Kakuzu panjang lebar yang dengan sukses membuat semua anggota menahan gemeretak gigi sekaligus menahan diri mereka untuk tak memukul makhluk biadab di hadapannya.

"Pokoknya gak mau tau! Kalian harus cari kerja biar dapet uang! Dan kalian dilarang kembali ke markas tanpa membawa uang!" perintah Kakuzu sambil berlagak ala bos yang memerintah pembantunya. Kaki diletakkan di atas meja, sambil menunjuk muka masing-masing Akatsuki.

"Ketua disini kan aku," kata Pein yang alis matanya sudah berkedut menahan marah.

"Tidak peduli! Lagian yang bayar sewa ini markas bobrok kan aku. Kau sebagai ketua tidak bisa diandalkan!" teriak Kakuzu yang, sekali lagi, tanpa rasa hormat menunjuk hidung Pein.

-

-

"Haah. Walaupun si Kakuz bilang gitu, emangnya aku mau cari kerja dimana, un?" gerutu Deidara sambil berjalan. Dia berusaha keras memikirkan mau bekerja part time sebagai apa. Sehingga dia bisa memutuskan bagaimana hensinnya. Hei! Kalau kerja pake jubah awan merah gitu pasti gak akan diterima, kan? Yang ada malah dikejar-kejar dan jadi buronan. Iya kan?

Ah, tapi saat ini berpura-pura menjadi turis juga apa salahnya kan? Jadi lebih bebas malah.

Sambil berjalan, ia mendengar ada suara bisik-bisik. Samar-samar ia mendengar seperti ini, "hei, lihat. Ada bishounen tuh. Mana? Mana?" dan Deidara tampaknya tak menggubrisnya. Karena aslinya dia pun tak mengerti arti sebenarnya dari bishounen. Gubrak!

Di depan sebuah toko yang menjual peralatan dari tanah liat, Deidara melihat pengumuman yang ditempel di jendelanya. Disitu tertulis, 'Dibutuhkan seseorang yang bersedia menjadi pembuat barang dari tanah liat. Ongkos 500 ryo per jam.'

Wah lumayan nih kelihatannya. Dan aku bisa menunjukkan bakat asliku di sini. Toko ini pasti laku. Tenang saja pak! Dewa penyelamatmu ada di sini. Di depan tokomu, un! Wahahahaha!, batin Deidara. Maka, dengan bangga, Deidara melangkah masuk ke dalam toko itu.

-

-

"Tolong buatkan kendi lima buah, ya," pinta sang pemilik toko pada Deidara.

"Beres, un!" balas Deidara semangat sambil hormat pada tuan pemilik toko. Dalam beberapa menit, satu kendi berhasil diselesaikan. Dan lima kendi, bisa selesai dalam waktu kurang dari dua jam. Hanya tinggal menjemurnya saja.

"Kau hebat anak muda. Cepat sekali kerjamu." Puji sang pemilik toko. Deidara hanya senyum-senyum gaje dan memukul dadanya pertanda ia bangga akan hasil kerjanya. Gimana enggak? Wong kerjanya aja pake dua tangan dan dua mulut.

"Oh iya. Tolong buatkan tiga buah vas, empat buah mangkok kecil, dan lima buah cangkir, ya. Aku mau pergi dulu. Sekalian jaga tokonya. Tolong ya!" ucap pak pemilik toko seraya pergi. Mau tak mau Deidara harus mengerjakannya. Kalau tidak, ia tak akan diperbolehkan pulang ke markas oleh si Kakuz.

Tiga vas telah selesai. Tapi rupanya tanah liatnya habis. Karena kebingungan tak ada tanah liat, sementara dia juga disuruh menjaga toko, maka Deidara memutuskan untuk memakai tanah liat miliknya. Tidak akan apa-apa, pikirnya.

Dan dalam waktu tiga jam, semuanya telah selesai. Hanya tinggal dipajang di etalase besok. Karena besok tanah liatnya pasti sudah mengeras dan siap jual.

Deidara pun meminta diri untuk pulang dan ia menerima ongkosnya selama bekerja disana. Setelah sampai di markas, ia menyerahkan uangnya. Namun ia masih menyimpan sedikit untuk keperluannya.

"Mana sisanya?" tagih Kakuzu.

"Sisa apa, un?" Tanya Deidara berlagak bego.

"Kau menyimpan sedikit uang kan? Ayo kemarikan!" paksa Kakuzu. Dan akhirnya Deidara menyerah dan menyerahkan seluruh uang miliknya pada sang rentenir. Deidara merasa kalau dia seperti pengemis jalanan yang dimanfaatkan oleh Kakuzu. Tch!

Keesokan harinya, Deidara kembali datang ke toko yang kemarin. Dan ia melihat kalau hasil kerjanya sudah dipampang di etalase. Dan yang lebih membuatnya senang, ia melihat ada seseorang yang membeli 'hasil'nya. Dan dalam setengah hari, barang 'hasil'nya kemarin sudah habis terjual. Dan ia menjadi lebih bersemangat dalam membuat benda-benda itu.

-

Sudah tiga hari kegiatan itu berlangsung. Dan kini di etalase toko itu terpajang banyak karya Deidara yang masih baru.

"Tolong! Tolong tangkap dia!" terdengar suara teriakan dari luar. Secepat mungkin, Deidara melonggokkan kepalanya untuk melihat keadaan. Ternyata ada shinobi jahil yang mencopet seorang nenek tua. Dengan sigap, Deidara mengejarnya. Tapi, tak semudah itu. Ternyata shinobi itu susah ditangkap karena kecepatan larinya.

Akhirnya ia mengeluarkan jurus tanah liatnya. Deidara membentuk burung-burung kecil dari tanah liat di sakunya dan menerbangkannya pada shinobi itu. Dan…

"Katsu!"

BLAAR!

Tubuh shinobi itu pun meledak. Dan hanya menyisakan barang curiannya tadi. Dengan segera, Deidara mengambilnya untuk dikembalikan pada sang pemilik.

Namun, saat Deidara kembali, ia melongo melihat kondisi tokonya yang berubah menjadi abu. Tak beberapa lama, ada orang-orang yang datang ke toko itu. Mereka protes kalau barang-barang yang mereka beli di toko itu tiba-tiba meledak dan menghancurkan rumahnya.

Ups, ternyata itu akibat Deidara yang memakai tanah liat miliknya untuk mengganti tanah liat yang habis. Dan setelah sang pemilik menjelaskan, semua mata langsung tertuju padamu. Eh, dikira ini pemilihan Miss Indonesia? Ganti kalimatnya! Dan semua mata langsung tertuju pada Deidara.

"Kau! Tanggung jawab! Kembalikan rumah kami!"

"Bukan salahku, un! Kyaaaa!"

OWARI

Kesimpulan: Pakailah barang asli. Jangan yang imitasi.

Oke. Kayaknya makin lama makin jayus dan garing ya. Iya nggak sih? Iya gak? Iya dong! *dibakar*

Gil: Kalo garing, tinggal dimakan aja kan? Enak toh, kriuk-kriuk.

Kue: Gubrak! Bukan itu maksudnya, wakame atama! Yasudlah. Review! Dan maap si Itachi belom nongol juga. Gak ada ide buat nistain dia sih ==a. Mungkin kalo udah ada ide langsung kunistain dah itu. LOL

Oz: Aku kapan muncul?

Kue: Kau gak muncul disini Oz! ini bukan tempatmu.

Gil: Kalo aku?

Kue: Sama aja! Udahlah! Review!

.Cake Nightray Vessalius.