Makasih atas review-nya temen2 ^^, wah senangnya ternyata ada juga yg suka nnoi-nel, iya nih…Yori juga agak sedih soalnya fic nnoi-nel masih jarang banget di ffn indonesia ini, padahal pairing ini pantes diperhitungkan juga lho…-kok diperhitungkan? Emangnya lomba?hehe- oh..iya..sebelumnya Yori mau bales review dulu.

Nanakizawa:Iya, ini fi ceritanya mang sangat espada,hehehe. Ya begitulah Nnoitra…menurut Yori juga agak ngga waras.

Hana Yazawa: Benarkah? Waa…makasih ^^, suka NnoiNel juga ya?

Reiyaa Sumeragi: Iya…kalau begitu mari kita buat NnoiNel yg banyak! -dijitak-, ceritanya Szayel pacaran ma Sun Sun, menurut Yori mereka cocok ^^, trus…Ulquiorra ceritanya pacaran ma Halibel, Yori ndukung pairing itu daripada UlquiHime, soalnya menurut Yori Orihime hanya cocok ma Ishida.

Ok..let's go! Ini dia chapter 2…..

*********************************************************************************

"Kau?!"

Gadis berambut ikal itu memalingkan wajahnya.

"Neliel??....Kenapa kau selalu mengikutiku?"

Pertanyaan Nnoitra agaknya membuat Neliel terpojok. Namun, dengan tenangnya Neliel menjawab pertanyaan itu.

"Karena….kau lebih lemah dariku."

Nnoitra sedikit naik pitam, "Apa kau bilang? Aku lebih lemah darimu!! Tak kusangka kau benar-benar gadis yang besar kepala, kau sombong…kau pikir dengan kecerdasan dan segala kelebihan yang kau miliki, kau bisa seenaknya meremehkan orang lain! Dengar baik-baik Neliel Tu Oderschvank…aku SANGAT MEMBENCIMU!!!"

Bagaikan petir, perkataan Nnoitra terasa sangat menyakitkan bagi Neliel, tak terasa bulir-bulir bening mulai memenuhi pelupuk matanya. Gadis itu berbalik, dengan langkah gontai ia berjalan meninggalkan Nnoitra.

"Neliel….selamat tinggal, ini adalah saat-saat terakhirmu di dunia." gumam Nnoitra.

Pemuda itu langsung menghubungi Szayel, memberitahu bahwa hal yang direncanakan akan segera berlangsung.

Flashback

"Kau yakin, Nnoitra? Itu dapat membahayakan nyawanya." ucap Szayel.

"Sudah diam Szayel! Kau hanya perlu mengawasi apakah ada orang yang melihat kita atau tidak, biar aku yang memotong kabel rem mobilnya."

"Tapi, kupikir kau sudah keterlaluan Nnoitra, kau berlebihan! Kau tidak takut kalau rasa bencimu itu malah berbalik 180 derajat?"

"Sudah diam!! Itu tidak akan terjadi…lakukan saja apa yang kuperintahkan."

"Baiklah…tapi, jika terjadi apa-apa, kau jangan bawa-bawa aku."

End of Flashback

*****

Air mata berurai di wajah Neliel, kini ia sudah berada di dalam sedan sport-nya. Beberapa saat kemudian ia telah melaju dengan kecepatan tinggi. Nnoitra telah jelas-jelas mengatakan bahwa ia sangat membenci dirinya. Tentu sangat menyakitkan apabila dibenci oleh seseorang yang diam-diam disukai. Namun, siapakah yang harus disalahkan jika hubungannya dengan Nnoitra memang tidak baik, bahkan seperti musuh. Itu yang membuat Neliel merasa bingung, tidak tahu bagaimana pengungkapan perasaan yang tepat bahwa sebenarnya ia menyukai pemuda bertubuh tinggi itu.

Neliel tidak menyadari bahwa 10 meter didepannya ada sebuah tiang listrik, dengan paniknya ia mencoba menginjak rem, tetapi rem-nya tidak berfungsi.

Bruaaakkkkkkk

Dan…semuanya terasa gelap bagi Neliel.Darah segar mengucur deras dari dahinya.

*****

Halibel dan Ulquiorra terlihat sangat cemas di depan ruang ICU. Tiba-tiba seorang dokter keluar dari ruangan itu.

"Dokter…bagaimana keadaan Neliel?" tanya Halibel.

"Apakah kalian keluarganya?" tanya dokter yang bernama Stark itu.

"Bukan..kami sahabatnya, ayah dan ibunya sedang berada di luar negeri. Tapi, kami telah menghubunginya." jawab Ulquiorra.

"Sahabat kalian itu…terluka cukup parah, karena ketika kecelakaan itu terjadi, pikirannya sedang kacau, emosinya dalam keadaan labil. Kini, ia masih dalam masa kritis."

Halibel menangis sejadi-jadinya, Ulquiorra merangkulnya.

"Padahal….tadi siang, aku masih sempat bercanda dengannya." isak Halibel.

"Kita berdoa saja agar Neliel dapat melewati masa kritisnya." ucap Ulquiorra.

*****

"Kau tahu dari siapa?" tanya Nnoitra pada suara di seberang.

"Aku tahu dari Sun Sun…Halibel yang memberitahunya. Nnoitra, apakah sekarang kau puas mengetahuinya menderita?"

Entah mengapa Nnoitra merasa aneh, benar apa kata Szayel, apakah dirinya puas? Tidak…kini Nnoitra merasakan perasaan yang……sangat aneh.

"Szayel…setelah rencana ini berhasil entah mengapa, aku malah merasa tidak tenang."

"Kuharap, kau tidak terlambat menyadarinya…Nnoitra."

"Eh..apa maksudmu, Szayel?"

Tut..tut..tut, Szayel telah menutup sambungan teleponnya itu.

Nnoitra membenamkan wajahnya ke bantal, Neliel…Neliel…dan Neliel yang kini ada di kepalanya.

"Arggghhh!! Tidak mungkin apa yang dikatakan Szayel itu menjadi kenyataan! Aku tidak mungkin mencintai gadis itu!! Tidak mungkin!"

*****

Sudah lima hari Neliel belum sadar dari koma. Neliel sudah dipindah dari ruang ICU ke ruang kelas 1. Halibel dan Ulquiorra menjaganya karena keluarga Neliel belum kunjung tiba.

"Kurasa Tuan dan Nyonya Oderschvank masih sibuk mengurus perusahaannya yang berada di luar negeri, sehingga belum sempat kembali." gumam Ulquiorra pada Halibel.

"Kita adalah sahabat Neliel, Neliel pulalah yang kerap membantu apabila kita dalam kesulitan. Tidak ada salahnya kalau sekarang kita menjaganya." ucap gadis berambut keemasan itu.

"Iya, kau benar." jawab pemuda bermata zamrud itu.

Ulquiorra melihat jam yang tertempel di dinding, waktu menunjukkan pukul 18.45, sudah hampir waktunya berangkat. Semenjak menjaga Neliel, ia dan Halibel mengikuti kuliah malam.

"Ayo…Halibel."

"Baiklah…Neliel, kami pergi dulu ya? Aku dan Ulquiorra pergi sebentar saja kok..Aku, sudah berpesan pada suster untuk mengawasimu selama kami tidak ada."

Ulquiorra dan Halibel meninggalkan kamar Neliel.

Sepasang mata mengawasi kamar Neliel, melihat kedua orang itu telah pergi, ia mulai mendekati kamar Neliel. Perlahan ia masuk ke dalam kamar inap gadis itu. Ia melihat dahi Neliel yang terbalut perban,dan tangan yang masih terhubung selang infus.

"Neliel….maafkan aku, ini semua salahku.."

Perlahan ia meraih tangan Neliel, lalu digenggamnya erat.

"Neliel…sadarlah…aku merindukan semua tentangmu, sikap angkuhmu, semuanya…."

Nnoitra merasa air membasahi pelupuk matanya, jika Szayel mengetahuinya sudah tentu ia akan menertawakannya. Tiba-tiba Nnoitra merasakan tangan Neliel bergerak-gerak.

"Neliel…sadarlah…"

Gadis berambut panjang itu mulai membuka matanya, didapatinya pemuda tinggi itu sedang berada disampingnya.

"Nnoitra.." Neliel mencoba duduk bersandar.

"Jangan banyak bergerak, kau masih belum sembuh benar."

Nnoitra membantu Neliel bersandar.

"Ke..kenapa? Aku ada disini? Kenapa…. kau berada disampingku?"

"Akulah yang membuatmu menjadi seperti ini, aku yang memotong kabel rem-mu. Aku terlalu bodoh untuk menyadari suatu hal Neliel, aku..aku tidak dapat menyadari perasaanku yang sebenarnya padamu, aku salah menafsirkan rasa benci itu, maafkan aku…Neliel."

Neliel menggeleng tidak mengerti.

"Aku terlalu munafik untuk mengakui perasaanku padamu, akhirnya kutahu bahwa rasa itu bukan benci, aku…aku menyukaimu Neliel, aku mengagumimu, aku menyayangimu, aku…mencintaimu."

"Apa yang kau katakan tadi, Nnoitra?"

Nnoitra memeluk Neliel, ia mendekap erat gadis itu.

"Dengar baik-baik Neliel Tu Oderschvank…aku sangat mencintaimu."

Mata Neliel berkaca-kaca, "Aku juga…Nnoitra,..saat itu aku bersingkap angkuh karena aku tidak tahu harus bagaimana ketika ku sadar bahwa sebenarnya aku menyukaimu."

"Jadi, kau menerimaku?"

Neliel menjawab pelan, "Iya…"

Nnoitra melepas pelukannya.

"Semoga cepat sembuh, Neliel. Aku juga ingin mengajakmu balap ke kampus lagi. Untuk ukuran wanita,… kemampuan menyetirmu keren sekali." ucapnya.

Neliel menggigit bibir bawahnya, "Tapi, mobilku ringsek…bagaimana aku bisa menerima tantanganmu lagi?"

Nnoitra tertawa, "Kalau begitu, bagaimana kalau kau kujemput saja?"

"Kenapa kau tidak bilang dari awal, kalau kau sebenarnya bukan ingin mengajakku balap, tapi ingin menjemputku?"

Nnoitra menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Hehe…aku ketahuan."

Sebuah senyuman terukir di wajah Nnoitra, ia bersyukur tidak terlambat menafsirkan perasaannya pada Neliel. Kebencian itu telah berubah menjadi cinta.

--Selesai--

**************************************************************************

Waaaa…akhirnya selesai juga fic ini, bagaimana menurut teman2? Mohon review-nya ya!