Disclaimer: Mashashi Kishimoto. Karena kalau punya saya, saya gak perlu repot-repot nulis penpik.

Genre: Romance, Humor

Warning: OOC n AU

Pairing: ItachixHinata

a/n:

Ok.. Mbak Rully, ini pesanan ItaHina-nya satu porsi.. bayarnya ma kasir di depan ya, mbak.. Tunai ato bon juga gak masalah *digranat Rully-Chan* Hehe.. Ini ItaHina-nya, sis! Enjoy!!

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

DARE, MARKET, LOVE

~*~*~*~*~*~*~

Seperti hari minggu sebelum-sebelumnya, Itachi nongkrong lagi di Mall bareng gank-nya, Akatsuki. Apa itu Akatsuki? Akatsuki adalah sebuah perkumpulan yang terdiri dari sepuluh bersahabat dengan latar belakang yang berbeda namun tujuan yang sama: Hidup buat senang-senang.

Dibentuk dua belas tahun yang lalu, dengan struktur sebagai berikut

Ketua: Pein –Karena dia yang paling berbakat 'nakutin'-

Wakil Ketua: Konan –Teman kecilnya Pein- Ini menjelaskan adanya KKN dalam tubuh Akatsuki.

Bendahara: Kakuzu –Pelitnya setengah idup-

Seksi Rohani: Hidan –tukang ceramah- Walaupun agamanya gak jelas. Pas Natal ke gereja, Lebaran ke Masjid. Terakhir kali ia dikabarkan pengikut aliran sesat.

Seksi kesenian : Sasori dan Deidara –seniman jalanan-

Seksi dana: Itachi dan Kisame –Ortunya kaya-

Penambahan terbaru

Seksi tumbuhan: Zetsu –pencinta tanaman- Ia bahkan membawa tanaman kemanapun ia pergi dan mengabdikan diri sebagai seorang karnivora sejati.

Seksi sibuk: Tobi –Anak Baik-

Jam segini, Mall udah rame banget.. Anggota Akatsuki-pun udah komplit, kecuali Konan plus Zetsu yang lagi keluar negeri bareng.. Pengen nanton MU yang sukses gagal maen di Konoha.

Di sekeliling mereka orang-orang sedikit mengerling ingin tahu. Jarang-jarang ada segerombolan anak muda ke Mall pake baju kompakan mirip orang lagi mau kondangan. Mana motifnya jadul.. Awan merah.

Fakta ini telah secara terbuka di kemukakan oleh Kisame melalui argumentasi gemilangnya. Sayang beribu sayang, si disainer kostum yaitu sasori dan Deidara menganggap itu adalah sebuah penghinaan besar terhadap master piece yang mereka buat. Dengan ancaman 'Gue ledakin lo,un!' Kisame langsung nge-lem mulut.

Padahal, harapan anggota Akatskuki yang lain ada padanya…

"So, kita cuman berdiri nonton orang-orang pada jalan gitu, un?" Suara Deidara terdengar.

"Lha.. Elo mau nya gimana? Dari zaman purba kala juga memang kayak gini kan?" Jawaban balik dari Kisame.

Glaring contest.

Pein sebagai ketua yang baik menengahi "Udah. Diam lo berdua. Udah gede. Gak malu apa ditonton orang-orang se-Mall?" Katanya, mengedikkan kepala ke kiri.

"Tobi Anak baik!" Auto pilotnya Tobi kambuh lagi…

Anggota yang lain mendesah.

Kakuzu berdehem "Nah.. Tobi, lo anak baik kan?" Tobi mengangguk bersemangat "Kalo gitu, lo beliin gue cemilan, terserah lo apa, sekarang. Tapi pake uang lo." Katanya.

Dengan anggukan terakhir, Tobi ngacir ke lift. Jadi seksi sibuk berarti jadi pembantu dari anggota-anggota yang lain. Tobi yang terlalu innocent sama sekali gak sadar bahwa dia telah mengalami yang namanya pemerasan. Memang, beda antar baik dan bego itu tipis sekali.

Suara deheman terdengar lagi. Semua menoleh "Gue harus pergi." Kata Hidan "Gereja."

"Agama Lo sebenarnya apa?" Itachi yang dari tadi diam memilih untuk bicara.

Hidan mengerutkan kening, mengelus-elus dagunya lalu menjawab pendek "Apa saja." Setelah itu yang bersangkutan dengan suka cita ngeloyor pergi, menyisakan enam dari mereka yang masih setia berdiri di tengah kerumunan orang yang sedang sibuk dengan keperluan berbelanjannya.

Deidara mengedarkan pandangannya dengan setengah hati "Gue malas, un. Kita bikin hari ini jadi beda. Gue punya ide bagus, un!"

"Ohh.. Otak Lo ternyata punya fungsi, tuh." Tantang Kisame yang dari sononya gatel buat ngehina Deidara semenjak insiden gak banget antara 'Aku, dia dan dirinya' aka 'Kisame, Deidara dan Sasori.'

Deidara mencibir sebelum menjawab dengan antusiasme yang gak padam "Godain cewek, un!"

-

-

"Otak Lo rusak." Jangan berburuk sangka. Ini tembakan langsung dari Sasori bukan Kisame.

Kisame mendukung Sasori dengan senang hati "Betul.. betu.l Otak Deidara memang rusak."

"Paling gak gue punya ide! Gak kayak lo, un!" Timpalnya.

Itachi menderakkan tulang-tulangnya. Ia agak bosan, tentu saja. Tapi.. melakukan hal semacam itu gak masuk dalam kamusnya. Memalukan. Uchiha DIKEJAR. Bukan MENGEJAR "Itu bodoh." Ia menyuarakan pendapatnya.

"Cari ide yang bagusan dikit napa."

Pein yang terakhir membuka mulut "Sebenarnya… Ide Deidara… boleh dicoba..." Bisik Pein lambat-lambat.

"Sekarang otak Lo yang rusak." Serang Sasori. Punya partner yang gila suah cukup baginya. Gak perlu ditambah dengan ketua yang gila "Lo bilang gitu karena Konan gak ada."

"Gue bilang begitu ya begitu, Gue ketuanya."

Proposal, cek.

Tanda tangan ketua, cek.

-

-

Pein secara terbuka bilang dia gak akan ikut dalam 'permainan' ini.. Pengen jadi penonton tetap. Secara gak langsung ini sama dengan meninggalkan kawan-kawannya di dalam mulut buaya.

"Kakuzu, Lo duluan, un."

Kakuzu menjawab enteng "Dei, utang Lo di Kas masih Rp.800.750,00. Suruh gue dan Lo bayar sekarang." Katanya dengan nada mengancam "Si Tobi mana lagi.."

Deidara menelan ludah "Kisame, Lo."

"Apa? Kan ini ide Lo. Harusnya Lo yang duluan!" Gertakan Kisame disambut anggukan setuju anggota yang lain.

Deidara melakukan gerakan meninju namun pada akhirnya harus mengalah "Iya, gue duluan, un! Lo liat ni, yaaa…"

Deidara celingak-celinguk, nyari target yang OK punya. Ke kiri, adanya ibu-ibu. Ke kanan, eh bapak-bapak. Ke belakang, wajah sangar Sasori dan Itachi menanti. Ke depan, Security lagi asyik mejeng. Serong dikit, banci-banci gak jelas sedang beraksi.. Serong dikit lagi.. Dan.. Itu dia!

Mata Deidara tertumbuk tiga cewek cantik yang lagi jalan bareng tiga cowok jelek (menurutnya…). Mereka berjalan mendekat. Deidara siap-siap. Begitu sudah sampai dalam jarak dengar…

"Hai, cewek…"

Grup setengah lusin itu berhenti. Cewek yang berambut pink dan blonde menatap Deidara dengan tatapan aneh, yang rambutnya indigo hampir kena serangan jantung, sementara yang cowok hanya bisa melongo.

Akatsuki sendiri deg-degan. Nunggu terjadinya insiden cakar-cakaran.

Deidara mendengus "Lo bertiga ngapain berhenti? Ngerasa jadi cewek Lo?"

Salah seorang cowok berambut kuning jabrik berkata keras "Yeee.. Jadi orang jangan kelewat sensi, OM!"

"Apa Lo bilang! OM?!"

Cowok yang lain, kali ini berambut hitam lurus, mengucapkan permintaan maaf atas semburan lumpur kawannya. Meski ia tersenyum, Deidara justru jadi bertambah kesal.

Deidara ngurut dada.. Ingat jantungnya "Sekarang Lo, Itachi!"

Itachi hanya diam, melipat tangan, dan menganggap perintah Deidara sebagai angin lalu.

"Itachi, cepat." Pein turun tangan.

Itachi masih belum merespon. Malah, dengan cueknya liatin orang-orang yang masuk-keluar lift. Kalau dia benar, bukannya Kakek berkacamata-bingkai tebal itu sudah 16 kali menggunakan jasa lift dalam kurun waktu hampir satu jam ini? Mungkin kesasar. Atau Kakek aneh yang menemukan kesenangan begitu berada di dalam lift.

"Itachi, jangan buang-buang waktu. Lo Uchiha kan?" Tuntut Sasori.

Itachi mengernyit. "Hubungannya?"

"Lo pernah bilang, ehm 'Uchiha gak takut tantangan. Gak ada yang namanya takut'. Gitu" Sambung Kisame, berusaha menirukan suara Itachi.

"Lalu?"

Kakuzu menjawab "Ini tantangan."

"Lo gak perlu khawatir, un! Ini kan hanya sebentar. Gak sampe lima menit. Lo samperin, ngomong sepatah atau dua patah kata, selesai!"

Itachi terdiam sebentar, kemudian manggut-manggut. Ada benarnya, toh ini hanya dilihat orang-orang ber-IQ rendah. Besok-besok juga udah pada lupa. Samperin, ngomong sepatah atau dua patah kata, selesai.

Meski rada' gak rela, Itachi meyanggupi tantangan Deidara.

"Gue mau Lo godain yang rambutnya biru itu" Jari telunjuk Deidara mengarah ke seorang cewek dengan bandana putih "Kayaknya dia lemah. Gak begitu susah kan?" Deidara kemudian menepuk punggung Itachi.

Itachi menghela nafas panjang. Ia gak percaya ia akan melakukan hal tercela macam ini. Gak apa lah. Sekali-sekali.

Itachi menghela nafas sekali lagi "Hai, manis." Katanya dengan suara dalam dan wajah serta nada yang datar.

Akatsuki sweatdrop.

"Itu gak mempan, un! Deketin trus pegang tanganya!!" Deidara ngomong lagi.

Itachi melangkah gagah menuju target. Semua orang hanya diam, gak ada yang bergerak. Cewek di hadapannya kayaknya bisa pingsan kapan saja.. Itachi menyeringai dengan pikiran itu. Deidara benar.

Tangannya perlahan meraih tangan gadis itu.. dan..

Sumpah! Ia berani berani bersumpah, cuman kelingking doang yang kena! Tapi reaksinya..

"D-DASAR COWOK IDUNG BELANG!!"

BUAHGH! Satu bogem mentah mendarat di pipi kiri Itachi.

-

SIIIING..

Semua diam kayak di kuburan. Akatsuki dengan rahang jatuh sampai ke lantai, dan kawan-kawan si gadis 'biru' yang hanya bisa bilang "Wowww.. Itu OOC.." Yang dibalas bijak kawan lainnya "Wanita punya kekuatan tersembunyi jika terancam."

Wajah si gadis memerah. "A-AKU LAPORIN KE AYAH!!"

Lebih banyak siiiing..

Itachi bisa merasakan satu atau dua gerahamnya patah.

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~

'Bunuh Deidara' adalah tujuan utama Itachi semenjak tadi siang. Ia sudah dipermalukan di depan khalayak ramai dan sekarang ia harus mengikuti sebuah pesta Uchiha-Hyuuga dengan pipi berwarna kolaborasi antara biru dan ungu.

Mau pasang tampang se-keren atau se-stoic apapun gak akan berpengaruh kalau begini caranya.

"Itachi, mau sampai kapan di mobil. Turun. Kalau ini membantu, kau malah bertambah tampan." Fugaku menghibur sambil lalu. Tentu, ia prihatin dengan kondisi anaknya yang baru saja mengalami musibah yaitu (katanya) terpeleset saat sedang berada di kamar mandi. Tapi, pesta ini juga penting. Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Uchiha dan Hyuuga akan bertemu tanpa adanya adu mulut.

Lagi pula, apa yang saja yang dilakukan Itachi saat sedang berada di kamar mandi? Akrobat?

Mikoto memegang pundak Itachi "Gak begitu jelas, sayang.. Ketutup make up, kok.."

Sambil mengeluarkan berbagai jenis sumpah-serapah, Itachi keluar dari mobil, mengekor dibelakang orang tuanya yang bergandengan tangan memasuki sebuah gedung mewah.

Satu hal yang ia syukuri, Sasuke lagi ngilang. Jadi, berkurang satu orang yang berpotensi mengeluaran kalimat-kalimat gak enak.

Menyusuri karpet merah, mereka sampai ke tempat di adakannya pesta. Begitu masuk, pelayan langsung menawarkan minuman. Musik klasik mengalun pelan mengiringi pasangan-pasangan yang berdansa di tengah ruangan. Ada pula yang hanya sekedar mengobrol santai.. Basa-basi, menanyakan keadaan keluarga, bisnis, atau mungkin mendiskusikan cuaca.

Walaupun terdapat banyak orang di aula besar ini, namun sangat mudah untuk membedakan Uchiha dan Hyuuga. Gampang saja, Uchiha dengan gaun/jas hitam sedangkan Hyuuga dengan gaun/jas putih.

Itachi mingkem di pojokan. Kalau situasinya gak kayak gini, dia pasti sibuk berburu info kiri dan kanan atau sekedar mengobrol gak penting. Dia adalah pewaris Uchiha, secara otomatis harus tampil di setiap acara dan ngomong sampe mulut berbusa meskipun dalam hati teriak 'Tidaaak!'.

Akan sangat menyenangkan jika ia jadi invisible man. Usahanya untuk gak terlihat cukup berhasil. Gak ada orang yang sibuk-sibuk liat ke pojokan. Maka… Itachi merasa aman dalam dunia kecilnya.

Namun, rasa amannya runtuh begitu ia melihat sesosok makhluk halus berambut indigo dan bermata putih berjalan dengan Pemimpin Hyuuga.

Ada beberapa hal instant yang ia sadari saat itu juga:

1. Itu cewek yang nyebut gue idung belang (Sialan!)

2. Satu-satunya living thing yang berani berjalan beriringan dengan Hyuuga Hiashi dan masih tetap hidup adalah anak Hyuuga Hiashi sendiri. Berarti.. dia… Pewaris Hyuuga (Mati gue..)

3. A-AKU LAPORIN KE AYAH! Gak perlu kamus khusus untuk nerjemahin itu.

Dari semua hal-hal di atas, maka posisi gue sekarang:

Terancam Bahaya.

Hal yang harus gue lakukan sekarang:

Menjauh sejauh-jauhnya dari tempat laknat ini kalo gak mau jadi Uchiha panggang.

Dan, permisi, kalau boleh ditambahkan, ia ingat seakan baru kemarin bahwa Hyuuga Hiashi OVERprotective terhadap anak-anaknya. Sumber: Infotaiment.

Apa berita/gossip ini bisa dipercaya?

Bodo amat! Intinya, hidup Itachi dalam bahaya.

Satu lagi. Mestinya, dia sadar waktu liat mata gadis itu. Yang punya mata putih alias byakugan hanya Hyuuga.

Seumur hidup, baru kali ini Itachi merasakan yang namanya ketakutan. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Perlahan ia menggeser kakinya menuju pintu keluar sembari tetap berusaha gak terlihat.

Itachi gak memperdulikan orang-orang di sekitarnya lagi.

Ada orang yang bilang, hidup Itachi sempurna. Majalah-majalah juga bilang begitu. Tapi, menurut Itachi, hidupnya NYARIS sempurna. Akan sempurna jika saja ayahnya orang yang peka dan ibunya bisa liat dengan mata terbuka lebar kalo anaknya sedang sengsara.

"Itachi-kun! Kemari!!" Panggil Mikoto.

Itachi membeku dalam posisi mengendap-endapnya. Seluruh sendi-sendirnya dipastikan telah berkarat. Dengan satu tegupan, ia mengubah postur dan berjalan ke arah pintu keluar dengan santai walaupun dalam hati tingkat kepanikannya semakin meninggi. Ia tetap berjalan, berpura-pura bahwa suara yang ia dengar tadi berasal dari alam gaib.

"Itachi! Mau kemana? Cepat kemari!!" Kali ini suara Fugaku terdengar.

Masih berpura-pura tuli… Dari pada wajahnya ketangkep si Nona Hyuuga trus mati muda...

"Itachi-San, itu dipanggil orang tuanya..." Seorang pelayan yang gak sadar hal yang baru saja ia lakukan sama dengan bunuh diri, berkata pelan. Senyum manis terpampang di wajah, merasa ia telah berbuat kebenaran.

Gue tahu!

Itachi memberikan death glare terbaiknya kemudian meneruskan berjalan sebelum sepasang tangan memegang erat lengannya "Itachi-kun.. Kalau dipanggil harus menjawab.."

Sendi-sendi lehernya yang berkarat ia paksa untuk menoleh, hanya untuk melihat pemandangan wajah kesal Mikoto dan wajah murka Fugaku "Oh.. Tidak dengar." Kata Itachi, berusaha mempertahankan 'penampakan' tenangnya.

Wajah kesal Mikoto seketika berubah menjadi cemas "Harus ke dokter.. ke dokter.."

"Nanti. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan bersama Hyuuga-San." Potong Fugaku "Ayo, cepat. Kamu ini, bikin malu saja."

Biasanya, Itachi akan marah kalu disebut begitu. Namun, situasi sekarang berbeda "Tidak bisa sekarang, Ayah. Ada sesuatu yang—"

"Tidak ada alasan!"

Itachi mengehembuskan nafas, putus asa "Tapi.."

"Tidak ada kata tapi! Kenapa kau begitu khawatir dengan wajahmu! Masih tetap tampan?!" Ujar Fugaku dengan nada frustasi.

Itachi gak yakin wajahnya masih tetap tampan seandainya warna biru dan ungu itu bertambah lagi.

"Sudah, jangan bicara. Ikut Ayah." Dengan itu Fugaku menyeret anak sulungnya ke tempat eksekusi. Jika seandainya ia selamat, mudah-mudahan, hal yang wajib yang akan ia lakukan adalah membunuh Deidara, balas dendam pada Ayah-nya, beri kesadaran pada Ibu-nya.

Mikoto dengan riang berkata "Anak gadis Hyuuga-San manis, lho.. Sopan lagi.. Pemalu." Ia lalu terkikik, membayangkan chibi Hyuuga-Uchiha.

Itachi bergidik. Ibu belum pernah liat bagaimana wujud Nona Hyuuga in-action.

Dan sampailah mereka ke tempat eksekusi..

Itachi bersembunyi di balik Ayahnya. Di ujung mata, ia bisa melihat Hyuuga Hiashi dengan jas putih mahal bersama seorang anak perempuan ber-gaun putih.

"Hyuuga-San, perkenalkan ini anak sulung saya, Uchiha Itachi." Kata Fugaku bangga. Itachi gak bergerak dari persembunyian di belakang sang Ayah, membuat urat-urat di kening Fugaku berkedut. "Itachi, kamu ini kenapa? Jangan bikin malu." Bisiknya.

Hiashi merespon "Uchiha Itachi? Ya, saya sering mendengar tentangnya. Anak yang berprestasi" Ia kemudian mengangkat sebelah alis.

Ogah-ogahan, Itachi membungkuk sebagai apresiasi atas pujian Hiashi, kepalanya tertunduk sepanjang waktu "Terima kasih, Hyuuga-San."

"Ya.. Ya.. Ini Hyuuga Hinata, putri sulungku."

Si cewek gaun putih, yang telah diketahui bernama Hinata, membungkuk "S-senang bertemu dengan Anda."

Hiashi kemudian menepuk pelan kepala Hinata. "Pemalu, seperti ibunya." Ia menatap Itachi lama, memperhatikan gerak-gerik Itachi yang masih teguh dalam pose 'kepala menunduk' nya "Saya tidak pernah menyangka bahwa anak Anda juga pemalu, Uchiha-San."

Mikoto menjawab enteng "Ahh... Biasanya tidak... Hanya kurang PD karena pipinya lebam."

Ini yang Itachi super duper gak suka dari ibunya. Terlalu ember.

"Begitu? Mari saya lihat." Tawar Hiashi, menapak mendekati Itachi "Atau.. Hinata-Chan saja? Hinata adalah salah satu dokter terbaik yang pernah dimilki Hyuuga." Tawaran lain yang ditanggapi positif oleh Fugaku dan Mikoto. Siapa yang gak? Pengobatan gratis oleh ahlinya, seorang Hyuuga. Sejak dulu Hyuuga telah dikenal karena sepak terjangnya di dunia kesehatan.

Itachi berjengit. Pundaknya ditahan oleh Fugaku yang kembali berbisik sadis "Itachi, Ayah ulangi sekali lagi Nak, JA-NGAN BI-KIN MA-LU." Sehabis itu Fugaku mendorong tubuh Itachi tanpa peri kemanusiaan.

Itachi yang hampir terjatuh, nyaris memberikan ciuman pertama kepada lantai, refleks memegang benda terdekat. Wajahnya diangkat.. dan bertatapan dengan dua mata lavender.

-

-

"K-Kamu y-y-yang.." Wajah Hinata pucat, menarik ujung kemeja ayahnya pelan "A-Ayah.. dia ini.. dia ini yang.."

Mata Itachi melebar, otaknya mencari segala cara agar bisa keluar hidup-hidup dari gedung ini. APAPUN caranya.

"Hinata! Lama kita tidak bertemu!" Seru Itachi tiba-tiba, meraih tangan Hinata dan menjabatnya erat, mengangetkan yang bersangkutan. "Tidak kusangka kita akan bertemu disini."

"Kalian sudah pernah bertemu? Pertanda bagus."

"T-Tunggu! Kita hanya sekali bertemu!! K-kau ini yang—"

"Kau lupa pada ku, Hinata?"

Para orang tua hanya bisa menonton sinetron LIVE yang tersaji di depan mereka…

"B-bagaimana bisa lupa?! K-Kau yang—"

"Kau tidak lupa? Syukurlah.."

Hinata menarik nafas keras secara dramatis. Ia merasa agak kesal karena kalimatnya terus-terusan dipotong. Hinata paling benci dengan perhatian, memang. Di hari yang tenang, langit biru yang cerah, burung-burung bernyanyi gembira, ia akan langsung lari ke dalam bayangan dari pada berada di sini.

Tapi ini berbeda! Pria hidung belang ini perlu diberi pelajaran! Seenaknya saja megang tangan orang. Pria jenis ini harus DIMUSNAHKAN dari muka bumi, kalau perlu jagad raya. Siapa yang tahu berapa banyak wanita yang sudah dia garap? Atau lebih buruk yang AKAN dia garap.

Dengan pikiran mengerikan itu, Hinata membulatkan tekad. Api membara memancar jelas dari dua bola matanya, membuat Lee dan Gai-sensei di suatu saat nanti mempertimbangkan untuk memasukkan Hinata dalam grup mereka.

"J-JANGAN POTONG KALIMATKU!" Teriaknya keras, sekeras yang bisa dilakukan oleh seorang Hyuuga Hinata.

Hinata telah memikirkan, mempertimbangkan dan akhirnya memutuskan bahwa langkah Mr. Hidung Belang ini akan tamat di tangannya, Hyuuga Hinata. Sulit baginya untuk memikirkan gadis-gadis malang di luar sana yang menjadi korban tindakan bejat pria ini. Poor girls…

Suara alunan musik klasik berhenti, orang-orang melongo, mencari tahu apa yang tengah terjadi. Sebagian besar tamu, terutama Hyuuga dalam keadaan shock berat. Pasalnya, Hinata gak pernah tereak-tereak.

Wajahnya Hinata makin memerah, campuran antara marah pada si pria hidung belang dan malu karena semua perhatian sekarang tertuju padanya "Ayah.." Katanya dengan nada mematikan "..pria ini.. pria ini yang tadi siang aku ceritakan."

Hiashi mengerjap beberapa kali sebelum semua informasi terproses baik di dalam otaknya "Tadi siang?" Ia menatap Hinata dengan tatapan penuh tanda tanya "Tadi siang? TADI SIANG?? KAU!!!" Raung Hiashi, badannya diputar 90 derajat sehingga berhadapan dengan Itachi yang tampak kian mengecil.

Itachi berpikir keras. Pasti ada jalan keluar.. pasti ada jalan keluar "Tadi siang? S-saya tidak mengerti maksud anda Hyuuga-San."

"TIDAK MENGERTI?" Suara Hiashi melengking tinggi "KAU MELAKUKAN PELECEHAN TERHADAP PUTRIKU!!"

Ini baru berita hot…

"Anak-anak zaman sekarang.. Tidak bermoral."

"Sayang, ya.. Cakep-cakep, eh taunya."

"Mi, calon menantu kita itu diperiksa dulu. Siapa tahu kan?"

"Dari tampangnya, saya sudah tahu dia itu ber-otak mesum!"

Komentar yang terakhir bikin telinga Itachi panas. 'Dari tampangnya'? Apa maksudnya itu?

Sementara Itachi bergelut dengan hal-hal yang simpang siur di otaknya, insting sebagai induk milik Mikoto bangkit "Hyuuga-San, anak saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Ia terdidik dengan sangat baik sebagimana seorang Uchiha lainnya. Laki-laki bermartabat!"

Sang Ayah punya pendapat lain "Kalau memang salah, mau bagaimana lagi?" Tanggap Fugaku kalem dengan mata memicing, menjanjikan penderitaan kepada Itachi yang sudah mempermalukannya padahal sudah diingatkan ratusan kali "Saya minta maaf atas tindakan tidak senonoh anak saya, Hyuuga-San."

"Fugaku-kun! Anak sendiri ya dibela!! Bagaimana, sih?!"

Hiashi melengos "Maaf? Apa yang bisa diselesaikan dengan sekedar kata maaf? Anak saya sudah jadi KORBAN!" Bulu kuduk Itachi berdiri "Anda bisa bilang begitu karena Anda BUKAN orang tua dari dua anak gadis. Ketika kami berusaha menjaga anak-anak kami, para orang tua yang memiliki anak laki-laki justru tidak mendidik anak mereka dengan baik…"

Dari takut, Itachi jadi pusing. Seluruh adegan seolah-olah menggambarkan bahwa ia telah melakukan HAL SANGAT TERLARANG terhadap Hinata. Mungkin Hyuuga-San perlu diberitahu.. Ia cuman nyentuh kelingking doang! Dengan begitu, masalahnya gak akan begitu rumit. Jah, kenapa gak kepikiran dari tadi?

"…Walaupun hanya menyentuh jari kelingking anakku saja, pasti akan kubunuh!"

Coret. Mending tutup mulut, dah.

Setelah pidato 'Aku sayang Anakku' by Hyuuga Hiashi, pendukung Hinata jadi makin banyak. Terutama bagi yang merasa punya anak cewek. Mikoto jadi bingung, dia kepingin banget ngebelain Itachi, anaknya. Tapi, dia juga akan marah kalau seandainya dia punya anak cewek trus diperlakukan gak senonoh ma cowok kurang ajar. Ini membingungkan! Ia merasa mengikuti semua prosedur dalam mendidik anak. Apa yang salah?

"Jadi, sebaiknya bagaimana Hyuuga-San?"

"Saya ingin mengikuti jalur hukum!"

Mata Itachi terbelalak. Gak. Dia masih mau senang-senang, bukannya menghabiskan masa muda di balik jeruji. Hidupnya masih panjang.

-

-

Di keadaan kritisnya, Itachi bisa mendengar suara cempreng berteriak keras,

"Bagaimana bisa? Itachi-kun menghabiskan waktu bersama Tobi dan Akatsuki! Itachi-kun anak baik!! Tobi anak baik!"

T B C . . .

a/n:

Mwhahahaha!! *narik nafas* Begitulah.. Ini chap satu.

Btw,

R E V I E W, PLZ!

Salam,

Ava^^v