Summary :
Akatsuki. Siapa sih yang gak tau organisasi kriminal tingkat S ini. Berisi 10 orang (minus bagi anggota yang telah berada di alam sana). Ah… tapi di sini author tidak akan membicarakan bagaimana kehidupan duniawi Akatsuki tapi akan mengungkap bagaimana nasib mereka-mereka a.k.a hidup mereka selepas meninggalkan kehidupan yang fana ini.
.
.
Akatsuki : Life After Death
Rate : T Genre : Humor/Parody
Disclamer : I don't own Naruto and Bleach or it's character. Naruto wa Kishimoto ojii-san no dan Bleach hanya milik Om Tite Kubo seorang !!!! GAK BISA DI GANGGU GUGAT !!!
Warning : OC, OOC, gaje… plot ancur banget, deskripsi gak dongk, bahasa campur bawur !!! Maaf kalo banyak banget typo.
.
Chappie 1
Somewhere in a Hell Gate ( or Heaven? )
Suatu barisan arwah yang cukup panjang mengantri di depan pintu gerbang besar berdaun pintu ganda yang terbuat dari kayu mahoni dengan hiasan sepasang naga pada bagian atasnya. Di sebelah pintu tersebut terdapat seorang dengan baju shinigami membawa sebuah lembaran perkamen di tangan kiri dan kuas tinta di tangan kanannya tengah mencatat para arwah yang sedang berbaris tersebut. Ah…iya, hampir lupa di antara barisan mantan manusia-manusia tersebut teronggoklah (?) 10 orang dengan jubah hitam dengan bercak-bercak awan merah. Yap Akasuki –mantan kriminal kelas-S di dunia manusia-. Tapiii… apakah nasib mereka di komunitas arwah juga akan sama seperti halnya dengan di dunia manusia? Terkenal. Kondang. Ditakuti. De el el de es be e te ce…
Soul society…, tempat dimana para mantan makhluk hidup dan para calon arwah dikumpulkan. Secara geografis dan astronomis terletak di dimensi yang berdekatan dengan langit. Musim panas di langit, matahari bersinar dengan ganasnya, antre berkepanjangan yang tiada ujung, menunggu berjam-jam untuk pendaftaran agar bisa masuk komunitas roh membuat hati yang semula setenang air mengalir dapat membara bagai api.
"Gah… kenapa sih kita harus baris gini, kayak orang tolol un,'' Sesosok cowok yang cantik dan manis berambut pirang dikuncir kuda mulai menggerutu. Mulut di ketiga tempat di tubuhnya mulai komat-kamit gaje.
"Ah sudahlah Deidara, orang sabar disayang Jashin," kata pria berambut perak dengan kalung berliontin kan lingkaran dengan simbol segitiga di dalamnya kepada pria berambut pirang yang ternyata bernama Deidara itu sambil memegang liontinnya.
" Hei… Hidan sejak kapan loe jadi orang sabar, hah un? Lagipula mana Dewa Jashinmu yang loe agung-agungkan itu?" bantah Deidara pada cowok berambut perak bernama Hidan sambil teriak-teriak saking emosinya.
Mana panas. Capek. Matahari di atas ubun-ubun, secara komunitas arwah berada di atas langit gitoooooo. Udah kayak pepes ikan ajah atuh.
"Ja-Shin? Dewa Jashin! Berani sekali mengatakan hal laknat itu disini…! Disini yang pantas disebut dewa adalah KAMI para SHINIGAMI!!! Siapa yang berani mengatakan hal itu hah!" seorang shinigami penjaga murka.
"Un… dia un," kata Deidara sambil nunjuk-nunjuk ke arah Hidan.
"Hooo… jadi kau yah, yang berani sekali menyebut-nyebut kata itu,'' Shinigami mendekati Hidan dengan muka yang marah sambil ngacung-acungin pedang zanpakutounya. "Jelasin apa maksud kata-kata loe tadi hah?"
" Gue bilang Jashin sama… Jashin. Sama," kata Hidan penuh penekanan.
"Apaaaa? Berani sekali kau! Baru tiren (mati kemaren) aja udah belagu. Kutebas kau dengan pedangku, tau rasa!"
"Ho begitu. Baiklah akan kulayani dan akan kupersembahkan darahmu kepada Jashin-ku. Mwahahahahaha. Bersiaplah!"
Shinigami mengacungkan pedangnya dan Hidan mengayunkan senjata yang mirip sabit itu. Keduanya saling berlari ke arah lawan. Trang. Pedang dan sabit beradu tanpa ada keinginan untuk mundur.
"Mati kau, shinigami!" Hidan berlari ke arah shinigami sambil ngayun-ayunin sabit panjangnya. Shinigami berlari mundur menghindari sabetan.
Crash. Ujung sabit merobek pipi seseorang. Darah mengucur, membasahi ujung sabit Hidan. Hidan menjilat darah itu dan berubah wujud jadi item putih kayak tengkorak. Ia kemudian membuat simbol persembahan untuk Jashin.
"Persiapan selesai. Hahahaha… tamatlah kau."
JLEB. Sebuah tombak tertancap di dada kiri Hidan.
"Ah nikmatnya… tiada yang senikmat rasa sakit ini."
BRUK. "Ugh… uhuk."
Seseorang ambruk.
"KYAAAAAAA!!! Sasori no danna un. Whats' up, un? Kenapa? Kenapa danna berdarah-darah begini, un?" jerit Deidara sambil mengguncang-guncang tubuh senpainya yang bernama Sasori.
"Danna? Sasori no danna, un? Bangun un, jangan tinggalin Dei sendiri di dunia ini! Kalo danna sampai mati… gimana dengan nasibku un? Dei gak mau mati juga un," tangis Deidara.
" Dei-chan… uhuk maafin akang Saso yah. Uhuk… uhuk," kata Sasori lemah dengan darah yang semakin mengalir dari mulutnya.
"Sasori Danaaaaaaaaa…! Huhuhu… hiks… hiks… un… hiks un!"
JLEB.
"Ah nikmat sekali "
"Ugh… uhuk."
"Leader sama! Sasori no danna! Tolong!" teriak Deidara pada sang leader, Pein.
Pein mendekat, pasang muka sok sedih tapi sejatinya malah membuat jerit tangis Deidara makin menjadi dan para arwah lain makin tersiksa.
"Yah… marilah kita panjatkan doa kepada Tuhan YME, agar arwah Sasori diterima di sisinya,'' ucap Pein memimpin doa bersama para anggota Akatsuki -minus Hidan yang lagi bertarung ma Sasori yang lagi sakaratul maut untuk yang kedua kalinya-.
"Amieeeennnnnn,'' koar para Akatsuki.
Sementara itu di tempat Hidan vs Shinigami
JLEB… "Uh nikmatnya."
"Hei… hei ngapain kau? Dasar aneh kenapa nusukin tubuh sendiri?" kata shinigami yang masih sehat walafiat tanpa kurang setetes darah pun.
"Nah loh loh…? Kenapa loe kagak mati?" Hidan cengo sendiri.
"Heeeee? Kau sudah gila ya, mana ada arwah yang mati."
'Waduh… apa ritual persembahan pada Jashin sama udah gak manjur lagi, ya? Tapi kalo benar kenapa aku menikmatinya?" pikir Hidan dalam hati.
"Lagipula loe itu sudah mati. Loe itu arwah dan harus didaftarin biar cepet masuk soul society. Udah noh sono ngantri. Bantah lagi gue tebas loe!"
"Aduuuhhh… gimana ini? Gimana ini? Gimanaaaaaaaaa? Kami-sama, helpppp meee!" jerit Hidan dalam hati. Hum… kemanakah sang Jashin pergi dari hati Hidan?
"Woi… denger gak sih loe! Cepet ngantri sono. Gak pake lama!" teriak si shinigami pake toa.
"Cih… gak elit banget sih. Masa' musti ngantri kayak pembagian sembako aja," desis Hidan.
"Apa loe bilang?"
"Eh… eng. Enggak kok bang.''
"Bang… beng… bang… beng. Emange gue beng-beng apa?! Kurang ajar loe!" kata shinigami.
"Um… yah. Kalo emang iya, enak kan?" kata Hidan innocent sambil ngemut jarinya ngiler bayangin makan coklat.
Pletak… pletak.. Nguuuuunggggggg!!! Suara pembuluh darah pecah dan kepala mendidih sang shinigami saking jengkelnya ma ntu arwah tak tahu diri.
Ctar… ctar. Shinigami mengayunkan pedang panjangnya yang lentur ke arah Hidan. Mengembalikan kesadaran Hidan dari mimpi-mimpi indahnya.
"Ah aduh ampun bang… ampun!" kata Hidan sembah sujud.
"Bang… beng… bang… beng. Cepet ngantri sono! Heyaaaaa ctar ctar!" teriak si shinigami sambil nyabet-nyabetin ntu pedang ke Hidan, menggiringnya kembali ke antrian kayak menggiring sapi buat bajak sawah.
"Ampun, bang..."
Shinigami melotot mpe bola mata mau keluar.
" Eh… um, hai, shinigami sama,'' kata Hidan sopan sambil membungkukkan badan. Sopan ? sopan pemirsa! Sulit dipercaya.
Back to Sasori and Akatsuki
" Jah… sialan ntu satpam baju item. Kurang ajar. Harga diri gue sebagai penganut aliran Jashin terinjak–injak. Huh,'' Hidan ngomel-ngomel seraya balik ke tempat teman-teman seperjuangannya.
" Loh… Hidan kok penampilan loe kayak mau persembahan aja?" tanya sang leader alias muka pierching, Pein-sama.
"Abis duel ma shinigami satpam,'' jawab Hidan santai. "Hah… tapi herannya kenapa jurusku gak mempan ma dia ya, heran gue," lanjutnya sambil megang dagu dengan tangan kanannya pose orang mikir."Betewe… kalian ngapain pada kumpul-kumpul gini?"
"Hiks… hiks… un, Sasori danna un . Di- dia… un hiks,'' tangis Deidara.
"Huh? Kenapa?" tanya Hidan sok bego.
"Hiks… ti-tiba tiba Sasori danna ambruk dan berdarah darah un hiks," kata Deidara sesenggukan sambil memangku kepala Sasori yang terbaring lemah tanpa menatap lawan bicara.
"Ah… oh. Tunggu dulu jangan-jangan…," kata Hidan setelah melihat keadaan Sasori.
Semua mata menatap Hidan. Menunggu.
"…''
"Jadi apa yang hendak engkau katakan? Hidan?" desak Pein.
"Um… yah."
"Ya?"
"Jadi…"
"Jadi?" Semua pasang mata memicing, menatap menyelidik pada sang aktor utama.
"Sepertinya…"
"Sepertinya?"
"Jurusku bukannya tidak manjur lagi tadi, cuma…"
"Cuma?"
Hidan merasakan aura membunuh mengalir. Sambil nelen ludah ia melanjutkan,'' Cuma sepertinya tadi darah yang aku korbankan darahnya Sasori. Mungkin salah sabet tadi, hehehehe,'' Hidan nyengir pasang muka innocent sambil garuk-garuk kepala yang kutuan.
"OH…!!!" Semuanya ber-oh ria sambil manggut-manggut termasuk Sasori yang masih berbaring dipangkuan Deidara juga ikutan bermanggut-manggut ria(?)
1 detik…
5 detik…
10 detik…
30 detik kemudian…
"UAPPPAAAAAAAAAA???" teriak Deidara tujuh oktaf nunjuk-nunjuk Hidan sambil berdiri tiba-tiba. Alhasil kepala Sasori yang ada di pangkuannya pun sukses mencium tanah dengan keras.
Dhuak…
"Aduoh… sakit baka,'' rintih Sasori.
"KATSU!!!" Deidara melemparkan bom C2 ke arah Hidan.
" Huwaaaaaaaaaaaaa!" Dengan gesit Hidan menghindar dari ledakan bom, namun ternyata bom tersebut malah mengenai koper Kakuzu yang berisi segepok uang ryo. Haah… dasar rentenir, sudah mati masih membawa-bawa ryo.
"Huff… untung gue gesit,'' ujar Hidan lega.
Koper meledak. Uang berhamburan ke udara menghasilkan hujan rejeki yang mengguyur bumi (?) Arwah-arwah berhamburan menghampiri rejeki nomplok yang gak terbayangkan akan terjadi.
" DUIT GUEEEEEEEEEE!!! DUIT GUEEEEEEEEEE!!! My Lovely Sweety Honey Bunny Money Sayangku Cintaku Kekasih hatiku! Hueeeeeeeee!" tangis Kakuzu meledak.
"HIDAN! DEIDARA! Beraninya kalian. Dasar kurang ajaaarrrrrrrrrr!'' Kakuzu ngamuk dengan background aura hitam dan petir menggelegar.
"Rasain ini! Katon Goukakyou no Jutsu!" Kakuzu mengeluarkan jurus elemen apinya.
DHUARRRRRRRRR.
Alhasil, gerbang soul society yang semula cinta damai gemah ripah loh jinawi(?) hancur lebur gak karuan. Gosong di mana-mana.
"Yare-yare… apa boleh buat. Mangekyou Sharingan," Itachi mengaktifkan sharingan nya. "Tsukuyomi."
Satu detik kemudian kekacauan mereda, menyisakan arwah-arwah bergelimpangan kayak jemuran ikan teri yang udah setaon gak diangkat.
"Coba gue gak bertindak, pasti dah tambah kacau kan? " kata Itachi narcis sok pahlawan dalam hati padahal hasilnya malah makin parah aja. "Mwahahahahahaha…" Itachi ketawa gaje yang pastinya masih dalam hati juga demi menjaga dan mempertahankan status Uchiha-nya. Dasar Itachi munafik lain di hati lain di wajah.
"Berhentiiiiiiiiiiii…!" Seorang shinigami perempuan berambut pendek bernama Soi Fong berteriak dengan aura membunuh tingkat tinggi.
Siiinggggg… semua terdiam. Burung-burung berhenti bercicit, angin pun enggan berhembus. Sunyi menaungi langit.
"Kenapa bisa jadi seperti ini?" tanya Soi Fong pada shinigami penjaga.
"A-anu… taichou, tadi ada arwah-arwah berkostum gaje bikin kekacauan. Ada yang pake bom, nusuk-nusukin dirinya sendiri, tangannya bisa manjang sendiri, truz ada yang matanya berbentuk aneh truz blabla blabla blabla blabla…," jawab salah seorang shinigami dengan muka pucet gemetaran.
"Cukup. Hey… kalian yang pake jubah item-item. Kesini cepat!" seru Soi fong pake toa saking emosinya.
Dengan tergopoh-gopoh Akatsuki mendekati Soi Fong dengan muka ancur lebur minus Itachi yang masih cling kinclong.
"Kalian yang menyebabkan kekacauan ini, hah? Jawaaaaabbbbb!"
" Yep… you're right. Absolutely," jawab sang leader santai, Pein.
" Ta-tapi… leader sama. Tobi anak baek, Tobi gak mungkin bikin keributan. Yang bikin ribut kan Itachi senpai, Deidara senpai, Sasori senpai, Hidan senpai dan Kakuzu senpai," kata cowok bertopeng lollipop polos, Tobi.
"Gak pake tapi-tapian. Walaupun cuma 4 orang biang keroknya itu kan teman-teman kalian. Kalian semua DIHUKUM! teriak Soi Fong.
"Cih, atas dasar apa kau menghukum kami, hah ? Kami ini Akatsuki, missing nin-kelas S yang paling ditakuti," kata pria berkulit biru kayak hiu, Kisame.
"Disini kami… shinigami adalah hukumnya. Walaupun kalian hebat di dunia manusia, kami para shinigami dapat menentukan nasib kalian disini. Setiap arwah disini akan masuk ke soul society terlebih dahulu sebagai simulasi apakah ia akan masuk neraka atau akan tetap tinggal di sini tergantung kelakuannya," kata Soi Fong.
Glek. " Hei lebih baik kita turuti saja deh, daripada ke neraka," bisik satu-satunya cewek di Akatsuki, Konan kepada sang leader.
"Well… baiklah jadi apa hukumannya?" tanya Pein.
"… dan sebagai hukumannya…" lanjut Soi fong dengan evil grin.
Glek. Akatsuki nelen ludah.
"Kalian akan menjadi…"
.
To Be Continue
.
Yep apa yang terjadi pada akatsuki selanjutnya? Hohoho tunggu ke chapter selanjutnya yah. Karena ini fic pertama saya… saya mohon saran kritik flame or ide melalui review.
Maaf kalo banyak salah typo, deskripsine gak jelas, plotnya kadang lambat kadang cepet.
Mohon bantuannya (bungkuk-bungkuk ma hormat bendera).
Please review !!!