aoi: ini adalah chapter terakhir..

sebelum na, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk konomi sensei yang tidak memblokirku sebagai fanz na

slain tu.. thanx buat temen2 yang dagh mendukungku ... (di timpuk batu) seperti aikocchanz, sanayuki.. deel2...

dan yang pasti na juga my lovely gen-chanz (siap di timpuk yuki_chanz)

ok2... ini episode trakhir... thanx ya dagh ikutin sebelum na...

----------------Yukimura-------------------

Cinta... tidak dibatasi kepada siapa dan dengan siapa. Tidak hanya kepada orang yang tercinta, tetapi juga kepada musuh ataupun orang yang baru kita temui. Tidak perduli bagaimana dan seperti apa dia.

Dari cinta itulah akan muncul rasa ingin menjaga dan melindungi dengan segenap jiwa dan raga. Selain itu, cinta pun juga akan tersimpan suatu rahasia yang dimana menjadi suatu pegangan dalam kehidupan kita.

Rasa cinta yang dalam membuat kehidupan lebih berarti dan berguna bagi diri kita dan orang lain. Ya... itulah yang aku rasakan sekarang. Sejak kematian Aoi seminggu yang lalu, aku mulai tinggal bersama dengan Sanada sesuai dengan perjanjianku dengannya. Awalnya aku memang tidak di izinkan oleh kedua orang tuaku. Dengan penjelasan dan pengertian, akhirnya mereka mengizinkanku dan membiarkanku untuk hidup mandiri.

Kehidupanku dan keseharianku memang berubah, tetapi tidak dengan Sanada. Dipagi harinya dia tetap melakukan ritualnya dan berangkat kerja. Pada malam harinya tidak jarang dia pulang kerumah dengan cepat dan menyelesaikan makan malamnya. Yang berubah darinya adalah dia lebih banyak diam dan merenung. Entah apa yang dipikirkan olehnya, aku masih tidak bisa membaca pirkirannya.

"Sanada?" panggilku setelah merapikan piring makan malam. "Apakah mau makanan penutup?"

Dia masih duduk diam diatas tempat tidurnya dan tidak bergerak sama sekali. Aku berjalan mendekatinya dan memeluknya. Membiarkan dia bersandar diatas pahaku, dan mengelus rambutnya yang halus itu. "Bagaimana harimu?"

"Seperti biasa...Tidak ada apa-apa... semuanya berjalan dengan baik..." jawabnya singkat. Dia menghentikan gerakanku dengan menggenggam tanganku tanpa bergerak dari posisinya. "Seiichi..." panggilnya. Aku berguman sebagai tanda jawaban. "Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Ya... ada apa?"

"Jika... jika perasaanku selama ini tiba-tiba berubah, apakah Aoi akan membenciku?"

Aku terdiam, tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya. Kenapa dia harus membahas ini lagi? Kenapa... "A...aku rasa tidak..." jawabku datar. "Apakah ada seseorang yang membuat perasaanmu berubah?"

Dia mengangguk kecil. Adakah orang lain yang dia suka? Apakah aku mengenalnya? Aku sungguh takut untuk mengetahuinya.... "Dia orang yang baik... selalu saja ada jika aku sedang mengalami masalah...dan aku merasa tenang berada didekatnya..."

Jantungku berdetak kencang. Perasaan galau dan kacau memenuhi pikiranku. Tidak aku sadari, wajahku mulai memanas. "Seiichi?" dia bangun dari sandarannya, menatapku dan menghapus air mataku dengan jarinya yang lembut. "Mengapa kamu menangis? Apakah ada yang sakit?"

Aku menggeleng dan langsung bangkit. "Jikalau seperti itu... Mungkin lebih baik aku pergi dari sini..."

Langkahku terhenti ketika sebuah tangan besar menahan tangan kananku. Dia langsung menarikku dan memelukku. "Kenapa? Tidakkah kamu menyadari yang baru saja aku katakan?" aku menggeleng. "Jikalau... jikalau perasaanku kembali lagi padamu... sama seperti saat aku pertama kali menyatakannya padamu, apakah kamu akan menerimaku? Maukah kamu menerimaku apa adanya seperti ini?"

Air mataku semakin banyak. Aku membalas memeluknya dan memendamkan wajahku pada bahunya. "Aku...aku mau... Sanada Genichirou..." aku menatapnya. "Aku mau menerimamu... menerimamu apa adanya dan sekaligus menepati janjiku padanya... untuk selalu berada disisimu..."

"Seiichi..." dia memegang wajahku dan semakin lama nafas kamipun menjadi satu.

Dia mendorongku ketembok dan tubuhkupun berada diantaranya. Gerakan nafasnya, lembut bibirnya dan detak jantungnya dapat aku rasakan. Wangi rambut dan tubuhnya yang sudah lama aku rindukan terasa kembali olehku. Dapat tercium olehku wangi sampoo yang biasa dia gunakan.

Manis... itulah yang dapat aku rasakan. Dia masih terus menciumku hingga akhirnya aku mencoba melepaskannya untuk mengambil nafas sejenak. Detak jantungku sendiripun dapat terasa olehku. Aku sudah tidak tahu seperti apakah wajahku saat ini. Mungkin sangat kacau sekali. "Sa... sanada..." nafasku senggal-senggal setelah dia menciumku cukup lama.

"Seiichi... aku sayang padamu..."

"Aku ju..." belum aku selesai menjawab, dia kembali menciumku dan tanganku dia kaitkan dengan tangannya yang dia letakan diatas kepalaku, sedangkan tangan satunya masih memegang wajahku dengan lembut.

Setelah dia menciumku cukup lama, dia melanjutkan menciumi leherku dan tengkukku. Badanku terasa panas dan semakin melemas karenanya. Terasa seperti sedang menggunakan ganja, hanya saja ganja yang digunakan ini tidak akan membuat kita mati, tapi terus menerus menginginkannya.

Dengan tangan kanannya dia mulai membuka kemeja biruku sambil kembali menciumi leher dan telingaku. Aku sendiri hanya bisa menikmati perlakuannya yang sudah lama aku rindukan.

Dengan tubuh lemas, dia membawaku ke tempat tidurnya dan baru aku sadari bahwa dia berada diatasku. "Sa...Sanada?" aku bingung melihat dia yang menatapku dengan tajam.

"Seichii" dia kembali lagi menciumku dengan ganasnya dan tangannya mulai menyentuh seluruh tubuhku. Sentuhan tangannya membuat tubuhku bergetar dan detak jantungku yang semakin cepat.

Dia terus menciumi seluruh tubuhku hingga aku tersadar bahwa dia ingin sesuatu yang lebih dari pada ini. "Sa..Sanada..." nafasku tersenggal-sengal.

"Yukimura... bolehkah aku...?" Aku mengangguk dan diapun kembali menyentuh seluruh tubuhku hingga kenikmatan yang kurasakan.

Malam yang terasa dingin kembali lagi tidak terasa olehku. Perasaan yang mendebarkan kembali pada kami membuat masing-masing dari kami merasa menyenangkan dan berbahagia. Memang benar, bersama dengan orang yang terkasihi sungguh hadiah dan kenangan yang terindah.

Tubuhnya, suaranya, detak jantungnya, nafasnya, hangat tubuhnya, dan segala yang ada padanya dapat aku rasakan. Mungkin jika tidak ada tulang, tubuhku benar-benar lemas karena efek ganja darinya. Aku benar-benar sudah tidak tahu apa yang ada dipikiranku selain tentang dirinya...hanya dia yang memenuhi seluruh ruang pikiranku.

"Yukimura, kamu tidak apa-apa?" tanyanya dengan lembut dan mencium pipiku lagi.

"Tidak apa-apa... aku baik-baik saja..." kataku sambil mengelus rambutnya yang masih berada diatasku.

"Maaf... aku akan lebih lembut lagi padamu..." pintanya dan mengelus rambutku sambil mendekatkan wajahnya padaku.

"Sa...sanada..." hanya namanya yang keluar dari mulutku ketika dia melanjutkan hingga akhirnya aku merasakan bahwa tubuhku dan tubuhnya benar-benar melebur menjadi satu.

Aoi, sesuai dengan permintaanmu... aku akan selalu berada disisinya dan menggantikanmu untuk... hal seperti ini... aku terkejut saat kamu memintaku untuk bisa melakukan ini dengannya. tapi aku berjanji untuk tidak menceritakan apapun yang sudah kamu katakan padaku kepadanya. Ya... terima kasih sudah membolehkanku untuk kembali padanya...

-The End-


cut! cut!

all: Banzai!!!

aoi: akhir na kelar ^^

thanx ya smua na...

sana: akhir na kelar...

yuki: ya..senang ya ^^

sana: aoi, kok jadi na kesan na u yang tokoh utama?

aoi: hm?? *beresin peralatan* gak kok.. justru bukan na u jadi kliatan gimana githu?

sana: ...

aoi: sudah2.. mendingan kita makan yuk.. lapar negh... 2 hari full buat 4 chapter.. yakiniku yuk...

all: stuju!! *langsung masuk ke mobil*

aoi: ok.. thanx all 4 reading n ur support..

sana-yuki: ada kelanjutannya??

aoi: tergantung..

jadi, tolong kasih tau ak ya.. mendingan ada Forgive Me 2 ato mendingan buat baru? ^^ dengan rating yang sama tentunya..

ok.. thanx.. bye

please ur review n ur comment ^^