FanFic: sanada-yukimura

hm.. ni fanfic pertama n ceritanya langsung gila /// *wetwetwet* mugy~~aaaa.

yang pasti gak ada hub na sama skali n kata2 na masih gak jelas!! hikZ...

______________________________________-

======Part 1===========

Malam ini terasa lebih dingin dari pada biasanya. Gelapnya malam diterangi oleh bintang-bintang dan terangnya lampu-lampu pertokoan yang masih buka hingga tengah malam ini. Suasana kota memang sudah sepi, tinggal beberapa suara binatang malam dan orang-orang yang bergegas pulang dari keseharian tugasnya.

Tetapi berbeda halnya yang dilakukan oleh pria berambut biru ini. Yukimura Seiichi. Dia duduk dipinggir jalan dekat tangga mengarah stasiun kereta. Dia tidak menunggu siapapun. Hanya duduk disana untuk menenangkan dirinya dari masalah yang baru saja dia hadapi. Hari ini untuk pertama kalinya dia merasa tidak betah berada dirumah dan ingin keluar seperti yang lainnya. Tentu saja hal tersebut dibantah oleh ibunya karena kesehatannya yang baru saja sembuh. Yukimura yang sudah tidak tahan dengan keadaan tersebut, memilih untuk kabur dari rumah.

"Sebaiknya aku kemana, ya.." Yukimura menatap langit yang gelap sambil menutup matanya dan menghirup udara yang dingin ini. Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan dompet yang dia bawa. Uang yang dia bawa tidak terlalu banyak, dan ada beberapa kartu Banknya. Lagipula ditempat yang jauh ini, susah menemukan ATM dan Bank sudah tutup semua.

Yukimura memutuskan untuk berjalan lagi menyelusuri jalan di pinggir gedung-gedung. Pemandangan yang tidak biasa terlihat di siang hari, saat ini terlihat berbagai macam kegiatan yang lainnya. Siang hari, banyak orang yang berpakaian rapi, berjalan cepat dan membawa tas-tas berbentuk persegi ataupun persegi panjang. Tapi yang dilihat saat ini adalah orang-orang yang sudah tidak berpakaian rapi, jalan yang sempoyongan dan tas yang dibawa mereka sudah tidak dijinjing, melainkan ditumpukan pada pundaknya seakan-akan tas yang mereka bawa itu berat.

Selain itu, terlihat juga berberapa kegiatan malam lainnya. Yukimura merasa ini bukan tempat yang cocok untuknya dan memutuskan untuk segera meninggalkan tempat ini. Saat berbalik arah, sudah ada 3 orang yang menghadangnya, "Hai, sendirian?" 3 orang laki-laki berbadan besar menghadangnya.

Yukimura tidak mengatakan apa-apa dan memutuskan untuk segera menghindar dari mereka. Yukimura berjalan melewati mereka, tetapi tangan kanannya di tahan oleh salah satu dari mereka. "Hey, mau kemana... Jangan pergi dulu donk... Kita kan belum main-main..." kata salah satu dari mereka yang berada ditengah.

"Le...Lepaskan!" seru Yukimura mencoba menarik tangannya. Tetapi tenaganya kalah dengan laki-laki yang memegang tangannya. Laki-laki itu badannya yang paling besar dari antara mereka bertiga.

"Kak, kita bawa aja dia!" seru yang lainnya. Sepertinya yang memegang Yukimura ini adalah kakak dari mereka berdua. "Lumayan, kan?" dia memberiakan kode pada kakaknya itu.

"Ya. Jarang-jarang kan dapet cewek manis seperti ini" sahut satunya.

Cewek?! "Hey! Aku bukan CEWEK tau!" protes Yukimura. "Aku ini..."

Laki-laki yang berada di tengah itu memegang muka Yukimura dan menariknya ke arahnya. "Yakin?! Masa muka manis seperti ini bukan cewek? Hahahaha..."

Mereka semua tertawa. Yukimura hanya bisa menggit bibirnya karena kesal. Melihat mereka sedikit lengah, Yukimura berusaha untuk melepaskan diri dengan menginjak kaki kakak dari mereka tersebut. Tangannya terlepas dan dengan cepat dia berlari melarikan diri.

Mereka bertiga langsung mengejar Yukimura, dengan kakak berada dibelakang karena kakinya masih sakit setelah diinjak olehnya. Yukimura terus berlari sehingga tidak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang yang berada didepannya. Laki-laki yang berbadan besar melebihinya, berpakaian rapi dan rambut hitam rapi. Tanpa penjelasan apa-apa, Yukimura langsung berdiri dibelakang laki-laki yang tidak dikenalnya itu. "To... tolong aku..." nafasnya tersenggal-senggal. "A...aku... se...sedang dikejar-kejar orang aneh!" lanjutnya terburu-buru sebelum kehabisan nafas.

Orang itu hanya diam saja melihat tingkahlaku orang yang belum dikenalnya itu. Badannya yang lebih kecil dari padanya, membuatnya terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang bermain petak umpet dengan teman-temannya. Tidak lama kemudian, kedua orang itu sampai di depan laki-laki yang ditabrak oleh Yukimura. "Hey! Cepat berikan anak itu!" seru sang adik. Orang itu tidak berkata apa-apa, hanya menatap lurus kearah mereka. Tapi tiba-tiba saja mereka menunduk ketakutan. "Ma... maafkan kami...!" mereka berdua terjatuh dan menghindar ketakutan. Sang kakak yang baru saja datang, kedua tangannya ditarik. "Kak, cepat pergi!"

"Kenapa? Kalian ketakutan karena dia berada di belakang orang itu?!" sang kakak tetap berusaha mendekati Yukimura.

"Jangan kak! Laki-laki yang bersamanya itu adalah... 'orang itu'!"

"Hah?!" sang kakak yang tidak percaya, mendekati mereka berdua. Yukimura yang tadi mengintip kembali bersembunyi dibelakangnya. Sang kakak menatap laki-laki itu dan tercengang. Tak jauh berbeda dengan kedua adiknya, tercengang dan terjatuh. "Ma... maaf. Kami mohon maaf sebesar-besarnya. Tolong ampuni kami..." mereka bertiga mendunduk dan memohon. Tapi laki-laki itu masih tidak mengeluarkan suara ataupun satu perkataan. Yukimura hanya sempat melihat bahwa dia hanya menutup mata dan menunduk. "Ayo semuanya, kita pergi dari sini!" ajak sang kakak dan segera lari terbirit-birit.

-------------------------------------------------------------------------------------

Setelah melihat keadaan yang sudah aman, Yukimura berjalan kedepan orang tersebut. "Terima kasih, ya" sahutnya sambil tersenyum. Orang itu masih saja diam. "Anda baik sekali, ya! Hm.. kalau boleh tahu, siapa nama anda? Maaf. Aku tidak bisa kalau ada orang yang menolong tetapi tidak tahu namanya.." lanjutnya.

Sekarang gantian orang itu yang tercengang. "Sa... Sanada" lanjutnya. Sepertinya ada kata yang membuat dia sedikit terkejut, kata 'baik', kata yang jarang diucapkan kepadanya.

"Aku Yukimura, Yukimura Seichii" balasnya. Mendengar namanya, Sanada terkejut dan terlihat gugup. "Kamu tidak apa-apa?" Yukimura mendekatinya dan hendak memegang wajahnya yang terlihat pucat itu, tetapi Sanada memalingkan mukanya.

Tanpa perkataan apa-apa, Sanada menarik tangan Yukimura dan membawanya, Yukimura benar tidak tahu apa yang terjadi dan berfikir bahwa orang-orang aneh tadi masih saja ada dan Sanada sedang menolongnya.

Laki-laki yang berambut hitam berlari hingga Yukimura hampir terpeleset. Dia tidak menghiraukan dan tetap menarik hingga sampai kesebuah apartement yang jauh dari pusat kota. Sekelilingnya banyak rumah-rumah kecil dan terdengar suara binatang yang bernyanyi. Dengan cepat, dia menuju lantai 3 dengan tangga, mengambil kunci dari sakunya dan melemparkan orang yang baru saja dia kenal kedalam kamar. Keadaan kamar yang masih gelap membuat si rambut biru ini ketakutan. Memabng, selama ini dia selalu berada dikamar yang penuh dengan cahaya, dengan kata lain tidak pernah mematikan lampu saat tidur.

Yukimura mendengar suara pintu yang ditutup oleh laki-laki tersebut dan berjalan mendekatinya, "Sttt!! Jangan berisik!" bisiknya sambil menutup mulut Yukimura dengan tangan besarnya. Laki-laki itu pandangannya menuju jendela yang tepat berada diseberang pintu masuk. Yukimura tidak bisa melihat karena membelakanginya, tetapi saat melihat mata Sanada, dia tahu bahwa Sanada sedang mengawasi sesuatu dengan hati-hati.

Badan Yukimura bergetar ketakutan, karena posisinya terlentang dan Sanada berada diatasnya. Selain itu, dia juga tidak bisa bergerak karena tertahan oleh badan Sanada dan tangannya yang sedang menutup mulutnya itu. Tiba-tiba saja ada sorotan cahaya dari jendela tersebut. Sanada menunduk hingga kepalanya dekat dengan leher Yukimura.

Tak lama kemudian cahaya tersebut menghilang dan tidak terlihat lagi. Sanada bangkit dan menyalakan salah satu lampu didekatnya. Cahayanya tidak terlalu terang, tetapi Yukimura bisa melihat ruangan yang ada didalam kamar ini. Dekorasi ruangan yang memang cukup untuk satu orang. Sebelah kiri dari pintu masuk terdapat dapur kecil, sebuah ranjang disebelah jendela yang berhadapan dengan pintu, lemari kecil dan sebuah pintu yang sepertinya kamar mandi.

Sanada berjalan menuju lemari kecil tersebut dan mengeluarkan sesuatu dan kembali berjalan mendekati Yukimura. "Hari sudah malam. Kamu bisa pakai ini" Sebuah piama bewarna putih. Yukimura mengambilnya dan berjalan menuju kamar mandi yang ditunjukan olehnya.

Yukimura bertanya-tanya tentang orang yang menolongnya itu, Padahal dia baru bertemu hari ini, tetapi dia sudah baik sekali menolongnya dari orang-orang aneh dan mengijinkannya untuk menginap.

Baju yang diberikan sangat tidak pas dan kebesaran. Tapi dia tidak boleh mengeluh. Dilihatnya sekeliling kamar mandi tersebut. Kamar mandi yang cukup bersih untuk ukuran laki-laki, tetapi ada sebuah kotak didekat wastafel dan ternyata banyak sekali obat-obat luka. Selain itu juga ada beberapa peralatan mandi, dan kamar mandi. Tetapi isinya lebih dominan dengan obat-obatan itu sendiri.

"Terima kasih" sahut Yukimura selesai mengganti pakaiannya. Tidak ada jawaban. Laki-laki itu ternyata sedang bersandar pada ranjangnya dengan kepala mengadah. Sepertinya dia sedang kelelahan. Yukimura mengambil selimut yang berada diatas ranjang tersebut dan memakaikannya. Tetapi tiba-tiba saja tangannya ditarik dan laki-laki itu langsung memeluknya. Yukimura ingin melepaskan diri, tetapi pelukannya itu terasa... sedih. Seperti ada beban yang ingin cepat dilepaskan. "Sa... Sanada?" panggilnya dengan suara bingung dan cemas.

"Yu...Yukimura... Kau... benar-benar Yukimura?" Tangan Sanada melingkari pinggang Yukimura dan kepalanya disandarkan pada leher Yukimura. Yukimura mengangguk. "Apa kau... benar-benar Yukimura Seichii?" Yukimura mengangguk lagi.

"Ya... " jawabnya. Yukimura merasakan getaran badan Sanada dan ada sesuatu yang membuat lehernya terasa panas dan membasahi bajunya. Entah mengapa, rasanya seperti perasaan rindu yang sudah lama dipendam. Tetapi Yukimura masih tidak mengerti dengan sikap Sanada.

"Apa kamu tidak ingat aku? Tidak ingat sama sekali?" lanjutnya setelah menyeka air matanya dan menatapnya. Kali ini Yukimura menggeleng. "Sama sekali tidak?!" jawaban yang diterima sama seperti tadi. "Yukimura... mungkin... memang benar kamu tidak akan ingat padaku. Tapi, ini aku... Sanada, Sanada Genichiro..."

Orang yang baru ditemuinya dan menolongnya bernama Sanada Genichiro? Yukimura kembali mengingat-ingatannya yang sudah lama itu. Pandangannya kosong, "Sa... Sanada Genichiro?"

"Ya. Ini aku, Sanada! Aku sudah kembali, Yukimura.." pandangan Yukimura masih kosong mendengar berbagai penjelasan dari orang yang baru dikenalnya itu. "Sanada..." kata-kata itu masih terngiang di dalam kepalanya. Tiba-tiba saja ingatannya yang sudah lama dipendam itu, datang kembali dan membuat laki-laki berambut ini menjadi terhentak dan terkejut tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

-------------------------------------------------------------------------------

Yukimura kembali mengingat-ingat masa lalunya disaat masa SMP. Ya, dia ingat kalau dia memang mengikuti kegiatan klub di sekolahnya tersebut, tenis. Posisinya yang berada diatas membuat dia menjadi bintang klub tersebut. Tidak hanya keahliannya, tetapi dikelas, diantara teman-temannya dan guru-gurunya, dia juga dikenal sebagai murid teladan dan digemari.

Dikelas, dia duduk bersebelahan dengan anak laki-laki yang bertolak belakang dengannya. Dia lebih banyak diam, menyendiri, dan jarang berinteraksi. Tetapi dia adalah anak yang sopan, taat aturan, pintar dikelas ataupun kegiatan yang lainnya. Kekurangan yang adapun tertutupi oleh kelebihannya.

Banyak hal yang sudah dia lewati bersama-sama dengan Sanada. Selain itu, dia juga baru mengingat bahwa hubungan mereka sudah lebih dari sekedar teman. Mereka menjadi sahabat yang membuat banyak orang merasa iri dengan mereka berdua. Bahkan hanya sedikit yang bisa berada diantara kedekatan mereka berdua, salah satunya adalah Renji.

Tetapi kejadian itupun terjadi saat di upacara kelulusan. Sanada dan Yukimura sudah berjanji untuk masuk di SMA yang sama. Janji tersebutpun tidak terjalankan. Orang tua Sanada yang tiba-tiba diminta tugas ke kota lain membuat Sanada harus mengikuti perjalanan orangtuanya tersebut.

Dua hari sebelum acara kelulusan, Sanada mengatakan bahwa dia menyukai Yukimura. Sebenarnya Yukimura juga menyukainya, tetapi dia menggoda Sanada dengan akan menjawabnya saat acara kelulusan nanti. Hal tersebut memang menyakitkan bagi Sanada, dia menunggu dengan penuh harapan.

Malam harinya saat mendengar dan penjelasan dari orangtuanya, nafas Sanada seakan-akan akan berhenti. Besok pagi dia sudah harus berangkat meninggalkan kota tanpa mengikuti acara lulusan dan yang terpenting baginya adalah... jawaban dari Yukimura. Keesokan paginya, dia tidak masuk sekolah. Dia lebih memilih untuk pergi diam-diam. Ibunya yang mengambil hasil lulusan dan segera berangkat meninggalkan rumah.

Yukimura sempat menghubunginya tetapi tidak diangkat olehnya. Bukan karena tidak ada sinyal, tetapi karena dia merasa sangat sedih dan putus asa. Kehidupan Sanada banyak yang berubah dan kembali seperti sebelum bertemu dengan Yukimura.

Demikian pula dengan kelakuan Yukimura. Sang kapten yang terkenal dengan ketegasan dan kesadisannya, mulai mengeluarkan taringnya. Bahkan lebih kejam dari pada yang biasa dilakukan oleh Sanada. Semua itu adalah pelampiasan kekecewaan dan kesedihannya. Renji, teman dekat dan teman sekelasnya pun mengetahui hal tersebut dan mulai mencoba menenangkan Yukimura. Tak jarang dia meminta bantuan Akaya, anak kelas satu yang paling disayangi oleh Yukimura dan Renji, untuk membuat kapten mereka tidak memberikan latihan-latihan yang mematikan.

Pelampiasan yang dilakukannya tidak hanya didalam kegiatan klub. Dari pengamatan Renji, di kelas dia mulai uring-uringan dan selalu diam. Anehnya, nilai-nilai pelajarannya meningkat! Baik untuk sekolah dan tidak untuknya. Tak jarang juga, dia sering ke UKS karena kelelahan ataupun tidak enak badan.

Walaupun Sanada berada jauh dari teman-temannya, dia tetap perhatian dan perduli dengan mereka. Dia memberikan beberapa nasihat melalui Renji, satu-satunya yang dia hubungi. Tetapi dia meminta Renji untuk merahasiakannya dari seluruh anggota termasuk Yukimura. Tapi tiga bulan kemudian, dia mendengar kabar dari Renji bahwa Yukimura mengalami kecelakaan. Tanpa dia ketahui, bahwa Yukimura mengalami amesia.

"Yukimura!" panggil Marui sambil berlari kecil kearahnya. Langsung dia memeluk sang ketua kesayangannya itu.

"Marui! Seichii belum sembuh benar. Jangan terlalu keras" Renji mengingatkan. Marui mengangguk dan semua tertawa.

"Tak apa-apa. Kau.. Marui, kan? dan kau Renji." Yukimura menunjuk sambil menebak nama mereka. Mereka berdua mengangguk tanda benar. Yukimura tertawa senang.

Yukimura sudah satu bulan dirumah sakit. Di dua minggu pertama, dia sempat tidak sadarkan diri. Tetapi karena perjuangan yang keras, akhirnya dia tertolong dan akhirnya saat ini dia sudah bisa lepas dari alat-alat yang menempel ditubuhnya. Kesehatannya yang berangsur baik, tidak dengan ingatannya. "Bagaimana dengan kelas?" lanjutnya.

"Kami baik-baik saja, Yukimura" kali ini anak yang berambut silver, Nioh, angkat bicara. "Semua berjalan lancar, kecuali..." kali ini dia menatap sesosok anak yang lebih pendek darinya yang sedang berada disebelah temannya yang memakai kacamata itu.

"Kecuali...dia?Yag...Yagyu?" tanyanya bingung. Dia menunjuk kearah yang berkaca mata. Yagyu menunduk dan membetulkan kacamatanya dengan kedua jarinya.

"Bukan..." Nioh menggeleng. "Ya, dia Yagyu" jawabnya tersenyum. "Tapi bukan dia. Sebelahnya..." lanjutnya sambil menarik anak itu. "Kau ingat kan namanya? Dia memang baru dua kali datang, tapi kami sudah sering mengingatkanmu, loh!!" usilnya.

Yukimura seperti bermain tebak-tebakan. Mereka memang tidak tiap hari datang menjenguk. Tetapi setiap menjenguk, mereka membantu mengembalikan ingatannya tentang nama-nama teman anggotanya.

"Hm..." Yukimura berusaha mengingat. "Kalau tidak salah, A...A...Aka..." Yukimura memegang kepalanya dan bertambah bingung.

"Nioh! Hentikan! Jangan memaksanya" tegur Renji. Nioh menggerutu tetapi tidak didengarkan. Kali ini dia menatap Yukimura yang kebingungan. "Namanya Akaya, Seichii"

"Ah, ya! Akaya. Jadi kenapa... hmm..." dia bingung dan melirik kearah Nioh yang sepertinya kali ini lupa dengan nama Nioh.

"Nioh..." balasnya. "Kau tahu, kita ada aturan untuk setiap anggota tidak boleh mendapat nilai merah. Sedangkan Akaya kemarin mendapat nilai merah di pelajaran bahasanya!"

"Tapi memang susah!" protesnya.

"Itu karena kamu kurang belajar" ejek Marui.

Mereka semua tertawa. Tetapi masih ada satu orang yang dari tadi tidak angkat bicara. "Kamu, Jackal kan?" potong Yukimura sambil menunjuk ke arah pintu kamarnya. "Kenapa diam saja?" dia melambaikan tangannya mengajak Jackal untuk masuk kedalam.

"Tidak apa-apa" sahutnya. "Kapten, cepat sembuh ya" mendengar perkataan Jackal yang kaku, semuanya tertawa terbahak-bahak.

Suasana rumah sakit menjadi menyenangkan bagi Yukimura. Terlebih lagi saat kedatangan teman-temannya. Membuatnya merasa ingin cepat keluar dan bermain bersama dengan mereka.

Perlahan-lahan Renji membawa beberapa kenangan tentang kegiatan klub tenisnya. Dari berbagai macam video dan foto keberhasilan mereka. Dia juga bersedia dan memperbolehkan Yukimura melihat data-data anggota yang selama ini dia kumpulkan, walaupun tidak semua.

Saat melihat foto kemenangan mereka, dengan santai dia mengulang dan menebak nama-nama yang terdapat difoto tersebut. Hingga pada akhirnya ada satu orang yang tidak bisa dia tebak. "Ini... siapa?" Yukimura dengan polos menunjuk seseorang yang berambut hitam, memakai topi dan berdiri disebelahnya difoto tersebut. "Apa pelatih kita?"

Nioh dan Marui tertawa mendengar itu. Tetapi tak lama mereka menghentikan tawa mereka yang diganti dengan raut wajah sedih mereka. "Dia itu Sanada, Sanada Genichiro" Renji yang angkat bicara.

"Sa... Sanada?" tanya Yukimura sambil menatap semua anggota regular. Wajah sang kapten menjadi kaku mendengar nama laki-laki yang berambut hitam dan memakai topi itu. Dia kembali melihat foto itu. Semuanya diam dan membatu, mereka merasa bersalah dengan atas kejadian ini. Setelah beberapa lama, wajah sang kapten melembut kembali dan bertanya, "Siapa dia?" tanyanya lagi.

Semuanya hanya bisa diam tanpa berkata apa-apa. Kali ini Jackal yang berani mengatakannya, "Dia adalah wakil ketua klub tennis. Dengan kata lain, dia adalah wakilmu..."

Yukimura hanya ber'o' dan mengangguk. Tidak ada penjelasan lainnya tentang Sanada tersebut. Jikalau Yukimura bertanya hal tersebut, mereka hanya memberitahu sebatas pertanyaannya saja. Tidak lebih. Mereka tidak mau ketua kesayangan mereka sedih seperti dulu dan yang akhirnya akan membuat mereka menerima latihan-latihan mematikan. Ini semua demi kebaikan ketua dan mereka semua.

----------------------------------------------------------------------------------

~Yukimura~

".... mura... Yukimura...!" sayup-sayup mendengar suara yang memanggilku. Suara yang sudah lama ingin aku temukan, ingin melepas rindu bercampur dengan besarnya rasa benci didalam pikiranku.

Pandanganku langsung buyar dan menatap orang yang berada didepanku. Samar-samar aku mulai mengingat wajah yang tidak asing bagiku. Rambut hitam lurus, kulit yang bewarna kecoklatan, suara rendah, dan badan besar yang melebihiku, tidak asing lagi.

Rasa senang dan marah bercampur dalam pikiranku. Dengan sekuat tenagaku, aku mendorongnya dan berjalan mundur menjauhinya. Sanada bangkit dan berjalan mengikutiku. Aku terus mundur menjauhinya hingga sampai didepan pintu. Tanganku langsung menuju gagang pintu, tetapi pintu tersebut ditahan oleh Sanada yang berada dibelakangku. Tangannya menarik tangan kananku dan melemparkanku keatas ranjangnya.

Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa-apa. Orang yang baru saja bertemu dan aku menganggapnya adalah orang yang paling baik, ternyata dia adalah orang sudah lama ingin aku lupakan. Tiba-tiba saja pipi dan mataku terasa panas dan ada yang mengalir keluar dari mataku. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Yu... Yukimura..." Sanada berjalan mendekatiku.

"Pergi!!! Jangan dekati aku!!!" isakku. Biasanya aku tidak terlalu suka berteriak, tetapi kali ini aku merasa suaraku kencang sekali. Aku tidak perduli. "Sana pergi!!" aku melemparinya dengan semua benda yang berada diatas ranjangnya dan memalingkan mukaku.

Kulihat dia masih diam tanpa perlawanan. Aku menjadi bingung sendiri dengan kelakuannya. Disaat lengah, aku mencoba untuk pergi dari sini, Sanada mendorong pundakku dan didesakan ke tembok. Aku mencoba melepaskan cengkramannya, dia langsung menarik kedua tanganku keatas kepalaku. Lengannya berada disebelah kepalaku sehingga mengunci gerakanku. "Yukimura..."

Kulihat tatapan matanya yang sedih. "Yukimura... Maafkan aku... Tolong, maafkan aku..." dia menunduk dan bersandar pada leherku.

"Untuk apa?!" seruku. "Bukannya kamu sudah meninggalkan aku?! Kamu sudah tidak... hmph..!!" kata-kataku terputus olehnya. Dia langsung mendekatkan bibirnya dan menciumku sangat dalam. Nafasku tidak beraturan karena kaget dan tertahan. Disaat dia melepaskan ciumannya itu, aku melanjutkan kata-kataku. "Apa yang kamu lakukan?! Kamu sudah tidak perduli lagi padaku bukan! Buat apa kamu lakukan ini?!"

Sanada menggeleng. "Tidak... Aku bukannya tidak perduli... Aku hanya..."

"...Aku tidak mau mendengar alasan apapun!!" teriakku padanya. "Sekarang lepaskan aku! Kalau kamu lepaskan sekarang, aku berjanji akan menganggap tidak ada kejadian apa-apa hari ini!"

Sanada menatapku dengan tajam dan tidak mengatakan apa-apa. Tetapi sebagai ganti jawaban, dia kembali menciumku dengan kasar. Badannya dia dekatkan denganku sehingga tidak ada ruang gerak untukku. Kedua kakinya berada di kanan-kiriku. Aku benar-benar dipojokan olehnya.

Tangan kanannya mulai memasuki kemejaku dan memeluk pinggangku. Dia masih menciumku dengan kasar, semakin lama semakin dalam dan diikuti dengan semakin merapatkanku ke tembok. Nafasku kembali terbatah-batah.

Badanku mulai terasa lemas. Kedua tanganku yang awalnya masih mencoba untuk melepaskan cengkramannya, tidak bertenaga lagi. Sanada yang mengetahui itu sepertinya memanfaatkan kesempatan itu. Kulihat dia merogoh sesuatu didekat kasurnya. Ternyata seikat tali dan dia gunakan untuk mengikat tanganku menjadi satu. Dia kembali mendekatiku, dan aku mulai mundur menghindarinya. Tetapi belakangku adalah tembok! Itu merupakan kesempatan yang bagus untuknya. "Sanada! Lepaskan!" rontaku. Dia masih diam saja. Digelapnya malam, tidak aku menyangka bahwa akan bertemu dengan orang yang aku sayangi dan aku benci sekaligus ini adalah awal keburukan hari-hariku.

~Sanada~

Aku tertegun melihat raut muka yang kusayangi begitu pucat. Bukan karena sakit ataupun merasa kedinginan. Wajah yang terkejut, takut, dan benci. Pikiranku terasa kacau sekali dan tidak bisa berfikir dengan benar. Kedua tangannya yang aku ikat dengan tali, mengambil tali lainnya yang berada di ambalan tempat tidurku. Kuikatkan juga kedua kakinya. Rasanya aku seperti penjahat, menculik seseorang yang tidak bersalah.

"Sanada! Lepaskan!" teriaknya, mencoba untuk melepaskan ikatan tangannya. Kedua kakinya juga dia gerakan untuk menghalangiku mengikat dengan kuat. Tubuhnya yang lebih kecil menjadi keuntungan besar bagiku. Setelah mengikatnya, aku bangkit dan berjalan meninggalkannya. Kulihat sesaat dia duduk dan berjalan mundur menjauhiku. Duduk dipojokan tempat tidurku. Dia mencoba membuka tangan dan kakinya tapi tidak aku cegah. Ya, walaupun ikatan kakinya bisa dia buka belum tentu ikatan yang berada ditangannya bisa dia buka, karena cara mengikat yang aku gunakan berbeda dari yang biasa penculik gunakan. "Sandada! Mau kemana?!" dia menatapku tajam, membuatku semakin sakit.

Dengan datar aku menjawab, '"Membeli makanan malam". Kuberjalan keluar dan mengunci pintuku. Masih terdengar panggilannya dan beberapa pertanyaan yang dia katakan, tetapi tidak aku dengarkan. Aku merasa bersalah dengan diriku sendiri, tetapi ini semua sudah terjadi.

Bintang-bintang yang bertaburan semakin lama semakin menghilang. Gelapnya malampun semakin lama tidak menghitam. Perubahan warna langit yang perlahan menandakan waktu yang terus berjalan dan hari semakin pagi. Hari ini adalah hari Sabtu, dan jadwal kerjakupun tidak ada.

Kuberjalan menuju market 24 jam dekat apartementku. Beberapa makanan dan minuman, dan... aku ragu. Apakah aku harus membeli beberapa kunci agar dia tidak akan kabur dari tempatku? Pikiranku kembali kacau dan berantakan. Saat hendak membayar, kulihat sosok yang sudah tidak asing lagibagiku. Wajahnya yang aku kenal hingga saat ini tidak berubah sama sekali. Rambutnya bewarna coklat dan matanya yang selalu tertutup. Dia juga orang yang aku percaya selama aku berada 1 sekolah dan sampai keluar dari sekolahku. Takut salah orang, aku berjalan mendekatinya dan menepuk pundaknya. "Renji"

Dia terhentak dan membalikan badanya. "Sanada" dia tersenyum dan aku membalasnya. "Sedang apa kamu di sini?"

"Kamu sendiri?"

"Ya, aku membeli beberapa makanan untuk membantuku tidak tidur dari pekerjaanku. Kamu?"

"Tidak jauh berbeda"

Akhirnya kami jalan keluar dari market bersama. Sudah 10 tahun sejak aku keluar dari SMP Rikkai. Sejak saat itu, aku hanya menghubunginya untuk mengetahui keadaan teman-temanku. Sesekali dia datang mengunjungiku yang kebetulan rumah saudaranya tidak terlalu jauh dengan tempat aku tinggal.

Kami membicarakan masa lalu kami saat kami bersama-sama. Selain itu, aku juga menanyakan keadaan anggota yang lainnya, kecuali tentang Yukimura. Aku memutuskan dalam pikiranku untuk tidak membahasnya saat ini, tetapi Renji yang memulainya. Mau tidak mau aku mengikuti alur pertanyaanya. "... Seiichi sudah tidak seperti dulu sejak kecelakaan tersebut. Mungkin juga berkat Akaya yang bisa membuatnya tidak memberikan latihan-latihan mematikan lagi..." liriknya.

"Akaya?"

"Ya. Sejak pertama kali masuk klub, dia sudah menjadi pusat perhatian kita. Selain itu, dia juga ingin menantang kita bertiga. Hanya saja itu masih terlalu jauh..." aku dan Renji tertawa mengingat kehebohan yang telah dibuat oleh seorang anak yang berumur 2 tahun dibawah mereka. "... menjadi bual-bualan Nioh, berkelahi dengan Marui... dan yang sangat disyukuri adalah dia menenangkan buchou kita dengan perhatiannya..."

"Perhatian?" kali ini pikiranku kacau dan bingung. Perhatian seperti apakah yang bisa mengalihkan latihan keras buchounya itu? Selama ini, tidak ada seorangpun yang bisa membantah dan membuat mereka menghindar dari latihan-latihan yang mematikan itu. Termasuk Sanada.

"Ya... Dia memang pintar dan berbakat didalam klub. Tidak didalam kelas. Tidak jarang nilai-nilai yang didapatnya tidak lolos dari standart nilai. Kamu masih ingat bukan aturan dari klub?" aku mengangguk. Tidak boleh ada satupun nilai merah kalau tidak mau keluar dari anggota. "Sejak saat itu, Seiichi membantu Akaya belajar..." kali ini dia menatap langit dan tertawa. "Hasil yang didapatpun menjadi saling menguntungkan. Akaya tidak sering mendapat nilai merah dan kesehatan anggotapun 'terselamatkan'"

Mendengar penjelasannya, kami berdua tertawa terbahak-bahak. Akhirnya kami berpisah diperempatan jalan, Arah yang kami lalui berbeda, Kami saling berpamitan dan aku kembali berjalan menuju apartement yang aku tinggali. Dari bawah sini, aku melihat bayanagn bergerak didalam kamarku. Bayangan seseorang yang masuk kedalam kamarku! Mereka ada 3 orang yang salah satunya berjalan menjauhi jendela yang berarti berjalan mendekati pojokan tempat tidurku. Yukimura!!

------------------------------------------------------------------------------

hm... mpe situ dulu ^^ ngantuk ^^

please review n comment na

mugy~~aaaaa *desh!! bugh! (dihajar ma Sanada)