Wah, sudah lama aku nggak menulis fanfic dear readers, here's the third chapter! Akhirnya baru update sekarang. Anyway, enjoy reading!

Disclaimer: CT is not my property.

CHAPTER 3

"Ishizaki, halangi dia!" Wakabayashi memberikan instruksi dari gawang. Yeah, siang ini mereka sedang bertanding dengan tim dari sekolah tetangga alias tim-nya Hyuga! Hyuga amat-sangat semangat karena pertandingan dengan Tsubasa adalah hal yang selalu ia tunggu-tunggu.

Takeshi dengan mudahnya berhasil melewati Ishizaki. Bocah botak itu mengoper bola ke arah kaptennya. "Hyuga!"

Kali ini bola berada di bawah kendali Hyuga. Ia menyeringai, "Cih! Tsubasa, kau tidak akan bisa menghalangiku!"

Terjadi perebutan bola yang sengit antara Tsubasa dan Hyuga. Ishizaki berjaga-jaga beberapa meter dari mereka, kalau-kalau Tsubasa berhasil merebut bola dan mengoper padanya. Hal yang sama juga dilakukan Takeshi. Pada akhirnya, bola direbut oleh Tsubasa dan cowok itu langsung menggiringnya ke daerah lawan. "Bagus!" ucap Tsubasa pada dirinya sendiri, membuat Hyuga—yang mendengarnya samar-samar—merasa gondok setengah mati.

Dengan sisa waktu yang ada, Tsubasa langsung melakukan serangan kilat. Ia menendang sekuat tenaga dan... GOL! Wakashimatsu gagal menangkapnya dan itu membuatnya kesal.

PRIIT!

Peluit tanda pertandingan selesai telah dibunyikan. Tsubasa cs bersorak girang karena berhasil menang dengan skor 2-1.

"Hahaha! Sudah gue duga pasti kita akan menang!" Ishizaki sesumbar. Ia meminum sebotol air mineral yang disiapkan Sanae.

Sanae menyipitkan matanya. Ia memukul kepala Ishizaki dengan botol kosong. "Jangan sombong kamu, Ishizaki! Orang yang dengan bodohnya mengoper bola ke daerah lawan nggak pantas bicara begitu."

Wajah Ishizaki memerah. "Hey! Kan itu nggak sengaja."

Sanae tidak memedulikannya. Ia berpaling pada Tsubasa dan tersenyum manis. "Tsubasa, gol yang kamu ciptakan di detik terakhir pertandingan keren banget!" Manajer yang mengaku dirinya baik hati bagaikan malaikat itu—Sanae, menyodorkan handuk kecil dan sebotol air mineral.

"Thanks, Sanae. Tapi gol pertama yang dicetak Misaki jauh lebih hebat. Hey, Misaki! Kau makan apa saja selama ini sampai tendanganmu jadi kuat begitu?"

Kedua lelaki itu asyik sendiri dan bercanda. Beberapa cowok lain nimbrung ke percakapan mereka. Sanae cemberut. Sudah dipuji, tapi Tsubasa malah mengalihkan pembicaraan. Sengaja atau nggak sengaja? Dia itu memang nggak peka banget ya orangnya! Tiap hari nempel-nempel sama bola melulu sih, jadi nggak bisa mengerti perasaan cewek! Tsubasa bodoh... Sanae berpikir seenaknya. Habis, ia rada bete sih jadinya.

Diam-diam Wakabayashi memandang hampa pada udara di depannya. Kejadian kecil tadi—saat Sanae menyodorkan handuk kecil dan air mineral pada Tsubasa—menempel dalam ingatannya. Uh, ia juga mau sekali-kali diperlakukan manis begitu sama cewek! Ya, Wakabayashi Genzou akhirnya mengakui bahwa yang kemarin-kemarin dikhawatirkan teman-temannya memang benar-benar mengkhawatirkan. Wakabayashi adalah cowok, normal, berusia 17 tahun, tapi belum pernah punya pacar? Oke, oke... jangan jauh-jauh dulu mikirin tentang pacar. Cewek. Ya, cewek. Bahkan Wakabayahi belum pernah seumur hidupnya naksir cewek! Ia normal nggak, sih?

Cih! Ini gara-gara dari kecil gue ditemenin Mikami mulu kali, ya? Tiba-tiba Wakabayashi merasa sebal banget sama pelatihnya. Dulu kalau ia pulang sekolah, pasti ada lah minimal satu atau dua cewek di pagar rumahnya. Yup, menunggu Wakabayashi pulang! Di tangan mereka ada sebungkus cokelat atau seamplop surat. Surat apa lagi kalau bukan surat cinta! Tapi, sedihnya, Wakabayashi belum pernah tuh menerima satu pun pemberian mereka. Bukannya ia nggak mau. Wakabayashi-nya sih mau banget lah ya... tapi, yah, kembali lagi pada Mikami. Mikami dengan teganya mengusir cewek-cewek itu seakan mengusir kucing kampung yang datang untuk meminta makanan. Bukannya melebih-lebihkan, tapi Mikami emang rada sadis. Ia mengeluarkan suara "hush, hush" dan tangannya digerak-gerakan seperti sedang mengusir sesuatu.

"Hidup gue sedih amat ya," Wakabayashi baru nyadar. Ah sudahlah. Ia memang memikirkannya, tapi nggak mau terlalu memikirkannya. Wakabayashi bergegas mengambil sebotol air tapi di keranjang nggak ada satu botol pun tersisa.

"Hei, Sanae, kok gue nggak kebagian minum sih!" ujar kiper itu kesal.

Sanae terlihat bingung. "Loh, masa kurang sih. Tapi mestinya nggak kurang."

"Mestinya nggak kurang gimana? Buktinya di sini nih—" Wakabayashi mengangkat keranjang itu dan menunjukan isinya pada Sanae, "—nggak ada apa-apa!"

Sanae kesal. "Biasa aja kali! Oke, oke, siapa yang masih punya minum lebih? Tolong bagi ke anak korban bencana yang kehausan ini dong!"

"Woy, siapa tuh anak korban bencana?"

"Lagian nggak sabaran banget sih! Sudah, kamu diam saja di situ, Wakabayashi!"

Misaki mengangkat botolnya. "Maaf, Wakabayashi, minumku sudah habis." Tsubasa, Misaki, Teppei, Taki, dan Mamoru juga berkata minuman mereka sudah habis.

Wakabayashi geram. Namun ia tidak sengaja melihat botol yang dipegang Ishizaki masih ada seperempatnya. "Woy, Ishi—"

Dengan buru-buru Ishizaki langsung meminum habis air dalam botolnya. "Maaf, Wakabayashi, minumku juga sudah habis!"

Wakabayashi cemberut. Pelit banget sih Ishizaki. Botak aja belagu, batinnya. "Aku ingin cuci muka dulu." Wakabayashi pergi ke belakang. Jalannya sempoyongan.

"Kenapa sih, Wakabayashi jadi beda gitu? Jadi sensian. Kayak cewek aja," celetuk Ishizaki. "Jadi takuuut dech!"

Tiba-tiba Hyuga, Takeshi, dan Wakashimatsu datang. Mereka jb-jb aja sama Tsubasa cs. Melihat ekspresi dan nada bicara Ishizaki, justru Wakashimatsu-lah yang mengernyit jijik sekaligus merinding.

"Tidakkah kalian berpikir..." Hyuga berkata dengan suara rendah. Yang lain jadi penasaran dan tiba-tiba suasana jadi hening seketika. Semuanya tegang. "...Wakabayashi berubah sejak memaksanya pergi ke pantai waktu itu?"

Mereka semua (yang ikut pergi ke pantai) membelakakan mata, baru menyadari fakta sebesar itu. "Iya, benar juga! Wakabayashi berubah sejak hari itu!" seru Tsubasa lantang. Sedangkan mereka yang tidak ikut ke pantai hanya memiringkan kepala heran. Muncul banyak tanda tanya di kepala mereka.

"Bagaimana iniii~~ seandainya saja kita membantu Wakabayashi dengan cara yang lebih layak, mungkin ia nggak akan jadi frustasi seperti ini!" ujar Taki histeris. "Oh Wakabayashi, malangnya dirimu!"

"Dengan cara apapun, hasil yang didapatkan Wakabayashi memang tidak akan pernah layak! Seharusnya kita nggak pernah melakukan itu! Itu... itu kesalahan besar! Wakabayashi jadi berharap terlalu banyak dan kini apa yang ia dapatkan? Tidak ada!" Ishizaki melanjutkan dengan menggeu-gebu.

"Hei, kawan-kawan, tenangnlah," Takeshi sedikit kewalahan melihat mereka semua hampir berbicara di waktu yang sama.

"Ya, ya, tenang. Memang waktu di pantai itu kalian dan Wakabayashi ngapain sih?" tanya Sanae penasaran.

"Sebenarnya, kami..." Dan cerita lengkapnya pun mengalir dari mulut Tsubasa.

Wakabayashi membasuh mukanya dengan air keran yang menyegarkan. Sungguh, ia merasa hidup kembali! Ah, segarnya!

Setelah selesai membasuh wajah, sang kiper itu pun mematikan keran dan sedikit mengumpat. "Damn, gue lupa ngambil handuk!"

"Kamu bisa pakai ini."

Suara lembut perempuan langsung membuat Wakabayashi menoleh. Di sana berdiri cewek berambut ikal sebahu. Bibir merah mudanya tersenyum manis. Ia mengenakan seragam SMA Tokusho, SMA dekat sini. Di tangannya ada handuk kecil yang terlipat rapih. Setelah berpikir beberapa detik, barulah Wakabayashi sadar. Ya ampun! Cewek ini—saat ini—sedang meminjamkan gue handuknya!

"Thanks," gumam Wakabayashi. "Kamu... cewek yang di pantai itu, kan?"

Ia terlihat senang. "Ya! Namaku Miki. Aku senang kamu masih ingat padaku."

Wakabayashi blush. Di antara semua cewek yang teman-temannya pertemukan dengannya, tentu saja Miki adalah yang paling cantik plus manis—sosok yang menawan, nggak aneh kalau Wakabayashi masih ingat!

"Tadi aku menonton pertandinganmu. Wow, kamu hebat. Wajar saja Kenta mengangumimu."

Wakabayashi tersenyum kecil. Ah, tentu saja ia ingat. Kenta itu pasti adik laki-lakinya Miki.

Miki lalu menyodorkan lunch bag berwarna jingga. "A..aku juga membuatkanmu ini. Sebagai tanda terima kasih untuk tempo hari."

"Ah..." Wakabayashi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Terima kasih."

Seperti yang kita tahu, Wakabayashi nggak terbiasa berada dekat perempuan. Ia nggak tahu harus ngapain, harus ngomong apa aja. Namun secara impulsif, ia menarik tangan Miki dan berkata, "Kalau begitu, ayo kita makan bersama."

"Eh?" Miki gugup. Debaran jantungnya makin cepat. Ia melirik tangannya yang berada dalam genggamam Wakabayashi. Wajahnya merah banget semerah cherry.

"APAA? Kalian benar-benar melakukan itu?" Sanae tidak percaya. Bahkan Tsubasa-nya juga?

"Iya, memang kenapa?" tanya mereka semua dengan raut inosen.

Sanae sweat-dropped a la manga (?). "Nggak, cuma kedengarannya..."

"Kita harus menyusun ulang rencana kita!" ujar Teppei. Yang lain mengangguk-angguk bersemangat. Sanae hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah bodoh mereka. "Sudahlah, aku ingin pulang saja. Tugasku sebagai manajer sudah selesai."

Dan pergilah Sanae. Penonton pun sudah pulang. Jadi, di sore menjelang petang itu, hanya ada sekumpulan anak-anak cowok konyol yang berdiskusi tentang pencarian cewek untuk sahabat mereka.

Idenya bermacam-macam. Mungkin bisa dibilang, mereka itu lumayan kreatif juga. Hyuga mengusulkan untuk "memajang" Wakabayashi di tengah Shibuya, lalu di sebelahnya ada papan bertuliskan "WHO WANTS THIS GUY? COME AND GET IT." Mereka nggak perlu repot mencari karena mereka hanya perlu menunggu sampai ada cewek yang rela mendapatkan Wakabayashi.

"Jangan," ujar Tsubasa. "Itu membutuhkan waktu yang lama. Jangan-jangan kita baru bisa menemukan cewek yang rela menerima Wakabayashi apa adanya setelah 3 atau 4 hari bermalam di Shibuya? Ah, lama sekali! Ogah ah!"

Hyuga cemberut idenya ditolak. "Baiklah, ada ide lain?"

"Ya, aku punya!" ujar Teppei. "Kita semua jualan cokelat Valentine aja. Kan bentar lagi Valentine dan pasti yang beli cokelatnya cewek-cewek."

"Terus?" Yang lain nggak ngerti apa maksud Teppei ngomong begitu.

"Ya, kita kasih pengumuman, bagi cewek yang memborong cokelat paling banyak, akan mendapatkan special prize."

Tiba-tiba yang lain nyambung. "Ooh, terus hadiahnya itu si Wakabayashi?"

"Iya! Kita hias tuh si Wakabayashi. Kita pakaikan dia baju pink, sayap kupu-kupu di punggungnya, bando bulu unyu di kepalanya—"

"Wakabayashi edisi Valentine? Haha!" Ishizaki asal berkomentar.

"JANGAN!"

Semuanya menoleh ke pemilik suara. Takeshi. "Tidak bisa... kita tidak boleh melakukan itu. Wakabayashi... dia bukan barang! Dia manusia, berjenis cowok, sama seperti kita, yang tergila-gila bola dan menginginkan salah satu kriteria hidup remaja normalnya terpenuhi, alias, mempunyai pacar yang baik dan manis. Aku rasa, sebaiknya kita... membiarkan Wakabayashi memilih sendiri jalan yang ia tempuh. Rasanya mustahil kita bisa menemukan perempuan yang cocok dengan Wakabayashi dalam waktu singkat. Niat kita baik, tapi jangan sampai memberatkan Wakabayashi."

Siiiing. Suasana jadi hening. Ishizaki, Teppei, menitikkan air mata. Jangan-jangan selama ini... Wakabayashi merasa terbebani akibat tindakan mereka? Wakabayashi, maafkan kami...

"Takeshi benar. Sebelum melancarkan misi selanjutnya, kita harus minta maaf pada Wakabayashi," ujar Misaki. Tsubasa mengangguk. "Ya, ayo, kawan-kawan!"

Mereka semua bergegas mencari Wakabayashi. Di keran dekat lapangan, sudah tidak ada lagi Wakabayashi. "Di mana dia?" Wakashimatsu celingak-celinguk. "Eh, yang duduk di bawah pohon itu Wakabayashi bukan sih?"

"Iya!" Yang lain berseru. Mereka semua berlari menuju sahabat mereka. Tapi langkah mereka langsung terhenti saat Mamoru berseru, "STOP!"

"Apaan sih, Mamoru!" Tsubasa kesal karena Mamoru menghentikkan mereka. Yang lain juga menggerutu.

Mamoru menelan ludah. "Lihat, saat ini Wakabayashi bersama seseorang."

Yang lain melirik. Seorang perempuan duduk di sebelah Wakabayashi dan tertawa lepas. Wajahnya terlihat ceria, dan Wakabayashi juga sama. Mereka cocok satu sama lain. Mereka pantas banget!

"Jadi, Wakabayashi sudah menemukan cewek pilihannya sendiri ya? Syukurlah!" Misaki tertawa lega.

"Tapi belum tentu, mungkin saja cewek itu hanya fans-nya saja yang kebetulan sore ini membawa bekal makanan untuk Wakabayashi."

"Peduli amat! Yang penting dia cewek dan, hey, jujur saja, pasti kita berpikiran sama, kan. Dia cocok sekali dengan Wakabayashi. Wow!"

"Aduh, kalian ini nggak tahu apa-apa ya," ujar Mamoru. Ia menghela napas. Yang lain memandang Mamoru keheranan. "Memang kenapa?" tanya Tsubasa.

Teppei menggigit jarinya. Ia menjawab menggantikan Mamoru. "Dia itu... Miki Kobayashi."

"Terkenal?" tanya Taki.

"Bagi orang yang menggemari dunia ballet—"

"Mamoru, kau belajar ballet?" Yang lain tersentak kaget. Pantesan aja Mamoru terlihat lumayan gemulai!

"Nggak!" Mamoru jadi kesal. "Bukan aku, tapi kakakku. Meskipun Wakabayashi itu jelek, polos, lugu, songong, kadang sok ngatur, galak, dan segala sifat negatif yang ada dalam tiap gen-nya semenjak ia dilahirkan, tapi dunia ini terlalu kejam kalau menjodohkan Wakabayashi dengan Miki..."

TBC

AAA mungkin chapter yang ini emang aneh banget! Jadi kalau kalian mau mengkritik atau apa, please just do it but don't be too harsh, 'kay?

Sayang sekali kedua karakter favoritku nggak ada di sini (Jun dan Matsuyama! :D). Tapi mereka nanti muncul lagi dong, for sure~~

Thanks for not turning back and keep on reading. Untuk orang-orang yang telah mereview di chapter sebelumnya, makasih banget ya!

Please leave a review, guys! \(^o^)/

~Alice Jane