Summary : Kumpulan drabble dan oneshot gaje bin abal tentang persahabatan para tokoh Eyeshield 21. Slight HiruMamo friendship for this chap...

Disclaimer : © Riichiro Inagaki and Yusuke Murata.

Warning : A little bit OOC (or a lot? O.o), Timeline loncat-loncat, cerita tidak bersambung satu sama lainnya, kegajean, dan kejelekan-kejelekan lainnya. Don't like don't read, I've warned you...

Enjoy! XD


.

- Taruhan

.

"Hmm?? Membuat seragam baru? Untuk apa?" Mamori menoleh dari kegiatannya menyapu ruang klub, ke arah Hiruma yang sibuk mengetik entah-apa di laptopnya.

"Hmph. Apa harus kuulangi lagi kata-kata sialanku tadi hingga telinga sialanmu berlubang karena terus-terusan mendengarnya?" sang Quarter Back merespon tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan.

Mamori menyipitkan mata kesal, "Tidak usah. Lagipula telingaku memang sudah berlubang. Kalau tidak, bagaimana bisa aku mendengarmu?" Gadis tersebut meletakkan sapu, "Kau belum menjawab pertanyaan keduaku, untuk apa membuat seragam baru?"

"Kekekeke! Bukan untuk apa-apa. Hanya bosan dengan seragam merepotkan yang sekarang. Dan menurut riset yang kuteliti sendiri, mengganti seragam seorang pemain American Football dapat meningkatkan stamina dan semangat tubuh sialannya."

Sweatdrop segera bermunculan di kepala Mamori ketika mendengar jawaban Hiruma, "Bohong. Itu pasti hanya karanganmu."

"Nah, itu kau tahu."

Mamori menarik napas menahan sebal, "Oke, kalau begitu seharusnya sekarang kita mendengar pendapat yang lain juga soal ini."

"Che, untuk apa? Biar anak-anak sialan itu bisa belajar mengoceh soal usul nista mereka?"

Mamori mengernyit, "Bukan!! Tentu saja karena mereka juga bagian dari Devil Bats! Memangnya kau mau menentukan sendiri? Itu sangat egois, Hiruma-kun!" ia menodongkan ujung tangkai sapunya pada Hiruma, sementara yang bersangkutan balik menodongkan machine gun.

"Cih, coba saja kau tanyakan pendapat mereka, Manajer Sialan. Kalau mereka nggak mengacau, aku bersedia nggak makan permen karet sialan ini selama seminggu." Hiruma menyeringai hingga berjuta-juta kelelawar misterius beterbangan dari tempatnya duduk.

Mamori tertegun sejenak, "Setahun?" katanya menatap Hiruma.

"Heh." Hanya ini balasan sang iblis seiring dengan seringaian yang makin melebar, "Dan kalau ternyata mereka mengacau, kau harus mau merelakan jatah kue susmu dimakan si Gendut Sialan selama setahun juga. Kekekeke!!"

DEG!

Kali ini gadis manajer itu tersentak, lagi-lagi ia terdiam cukup lama. Mamori hampir tak sanggup hidup tanpa kue sus Kariya. Lalu bagaimana caranya dia bisa menerima tantangan macam ini? Apa sebaiknya mundur saja? Kalau dia kalah dan harus menyerahkan kue susnya…itu sama saja seperti menyiksa diri… Hei, pikirlah! Tanpa kue sus, hidupnya pasti hampa! Tapi bagaimana dengan harga diri dan gengsi…??

"Euhm, sebenarnya ini tidak baik… Ya, taruhan itu tidak baik… Tapi…―uhh, bagaimana kalau diganti jadi seminggu saja?" Mamori akhirnya bersuara.

"KEKEKEKE!!! Tadi kau sudah bilang, jangan tarik kembali ucapanmu."

.

.

"…jadi begitulah… Bagaimana menurut kalian? Silahkan tulis pendapat di selembar kertas ini, dan kumpulkan padaku lagi jika sudah selesai." Mamori membagi-bagikan kertas angket yang baru saja di-print Hiruma sebagai media para anggota Devil Bats mengutarakan pendapat mereka.

Monta menatap lembaran kertas angket itu penuh teliti, "Kenapa harus pakai kertas, Kak Mamori? Kan bisa langsung dengan bicara saja." Ia mengangkat alis.

"Emm, memang benar begitu, sih. Tapi akan lebih rapi lagi kalau dengan menggun―

DOR!!

Belum selesai Mamori menjelaskan, Hiruma sudah menembakkan peluru dari senjata yang sedang dibersihkannya ke udara, "Dasar Monyet Sialan! Nggak usah banyak bicara, tulis saja sekarang!!" serunya sambil melempar spidol yang langsung ditangkap dengan gemilang oleh Monta.

"B-baik, Kak Hiruma!"

.

.

"Gimana hasilnya? Kekeke, kujamin pasti ngaco semua!" Kapten Deimon itu berjalan melalui Mamori yang baru saja mengumpulkan semua angket dari para anggota.

"Kita belum tahu kalau belum membacanya, Hiruma-kun."

"Kekekekeke!!" Hiruma kembali tertawa, kali ini lebih kencang, "Coba saja baca, dan siap-siap untuk merelakan kue susmu dimakan si Gendut seminggu penuh! KEKEKE!"

Mamori hanya melirik Hiruma sewot, ia kemudian mulai menelusuri satu persatu isi kertas tersebut. Dalam hatinya ia yakin ia tak akan kalah taruhan―atau lebih tepatnya berusaha meyakinkan diri.

.

Isi angket :

Monta : Mukyaah~ kurasa seragam yang baru itu harus berwarna kuning dengan motif pisang! Dengan begitu semangat para pemain pasti langsung berkobar, MAX! (Hiruma yang melirik sudah menaikkan sudut bibir)

Kurita : Ah, hmm… m-menurutku seragam dengan model apa pun boleh kok, asal muat untuk badanku… Tapi pasti akan lebih baik jika gambarnya makanan. (Mamori sweatdrop, Hiruma menyipitkan mata)

Sena : Err-bagaimana kalau sama seperti dulu saja? (Mamori mulai limbung)

-coret-Hah-hah Brothers-coret- Juumonji : Hei, kenapa nama kami digabung?! Hah… masukkan unsur warna lainnya, tapi warna merah harus tetap mendominasi seperti yang sekarang. (Mamori kembali pulih, wajahnya cerah kembali. Hiruma mendengus)

Kuroki : Kami bukan saudara, tahu!! Jadi aku buat di kertas baru saja! Huh, samakan saja warnanya dengan Nintendo Wii. Toh, bakal sama aja. (Tak ada respon)

Togano : Ha? Aku juga pakai kertas baru. Seragam dengan gambar manga buatanku, bagaimana? (Hiruma menyeringai)

Suzuna : (Hiruma : "Hei, kenapa Cheerleader Sialan itu ikutan?!") Yaa~! Mejikuhibiniu kurasa bagus! Warna pelangi menambah semangat perjuangan, lho! Dan lagi, kalau seragam kalian fullcolor begitu, seragam cheers pasti akan jadi keren juga!

Taki : Seragam apa pun cocok denganku yang jenius ini~ A-ha-ha! (Kertas yang dipegang Mamori jadi lecek)

Komusubi : FUGO!! SISHIO! (??)

Musashi : Aku tidak pintar soal ini. (Keduanya jatuh mendadak)

Ishimaru : Apakah saranku masih dibutuhkan? (Tawa Hiruma langsung membahana)

.

.

Hiruma memandang Mamori dengan senyum penuh kemenangan menghiasi wajah, "Kekeke, jadi bagaimana?"

Sang Manajer terdiam sembari menundukkan kepala, harapannya pupus sudah… Sudah tak ada kesempatan sepersen pun untuk menang dari Hiruma… Ah, salahnya sendiri bersedia menerima taruhan yang sudah jelas siapa pemenangnya ini. Tapi… kue susnya… harga diri… gengsi…

Setelah beberapa saat terpaku, Mamori mengangkat wajahnya perlahan. Mencoba menguatkan diri ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa ia dilarang makan kue sus walau hanya seminggu. Dia menghela napas dalam-dalam, tampak sangat enggan untuk mengucapkan sepatah pun kata, "B-baiklah… h―

"Hngg?" satu alis Hiruma menukik tajam ketika Mamori tak menyelesaikan kata-katanya. Ia memberi tatapan bertanya pada gadis itu.

Seteguk ludah tertelan… Helaan napas kembali terdengar… Rintihan kecil yang untuk apa-tujuannya-tidak-diketahui juga mulai membahana, "HU-HUWEEEENGG~!!! KUE SUSKU TERSAYAAANG~!!!"

"H-hoi! Kenapa pake nangis segala sih?!!"

.

OWARI~


A/N : Yes, I know it's very absurd... -pundung- Ah, lagi kehabisan ide, dan yang muncul cuma ini doang. Maap banget RikuSena-nya di-pending dulu~ -depaked- Tapi pasti saya bakal bikin kok~ Paling enggak saya coba...

Apresiasi bagaimanapun diterima, kalo bisa sekalian kasih ide gitu. T,T