Disclaimer: All Harry Potter world and character concepts are belong to JK Rowling. I've made no money since I am just a mere fan.
"Apa yang terjadi jika kita memasukkan bubuk asphodel ke dalam rebusan jahe dan akar magnolia?" Terdengar suara Hermione Granger di Ruang Rekreasi Ketua Murid.
"Aduk sampai rata, tambahkan Wiski Api Ogden dan susu, lalu kita akan mendapatkan bandrek?" Berikutnya terdengar suara Ketua Murid yang satu lagi, Draco Malfoy. Hermione menghela napas sekuatnya sambil mengetukkan jarinya pada halaman buku Ramuan Tingkat Lanjut-nya dengan tak sabar..
"Oh ya, hebat sekali kau…"
Draco mencoret-coret perkamennya dengan malas-malasan, tak memedulikan pandangan kesal Hermione. Sepintas ia melayangkan pandangannya ke arah jam yang sudah menunjukkan hampir tengah malam. Ia menguap lebar.
"Draco, ini serius, dalam dua hari ke depan Professor Slughorn akan menguji kita, dan kau bahkan belum menguasai teori dasar Ramuan Gelitik!" Hermione membalik-balik buku Ramuan-nya dengan tidak sabar, mencoba mencari tahu keterangan mengenai soal yang tadi ia tanyakan pada Draco. Sang Ketua Murid laki-laki hanya melirik.
"Ayolah, masih ada waktu dua hari… memangnya dalam waktu tiga jam pelajaran dia mau memberi kita soal sebanyak apa sih?" Draco mendengus. Hermione melirik sebal.
"Oh Merlin… jadi sekarang apa maumu?"
"Yang pasti tidak mau belajar Ramuan lagi"
"Kau benar-benar membuatku gila…" Hermione menutup buku ramuannya keras-keras. Draco mengangkat sebelah alisnya, salah satu sudut bibirnya naik dan membentuk seulas garis senyum, siap untuk menggoda sang Ketua Murid perempuan.
"Ahh, tentunya, aku merasa tersanjung…" Hermione melirik sadis pada Draco, tak mempercayai pendengarannya. "Maksudmu apa? Kata-kataku barusan bukan pujian…" tanya sang gadis sambil mengibaskan rambut cokelatnya.
Draco mengangkat kedua tangannya. "Terdengar seperti pujian bagiku, akhirnya aku mendengar pengakuan bahwa Hermione Granger, Nona Tahu Segala, Putri Kebanggaan Gryffindor, mengakui bahwa dia tergila gila pada Draco Malfoy, Pangeran Slytherin." Ujarnya lancar sambil menyunggingkan senyuman menyebalkan, yang entah kenapa justru membuatnya semakin tampan.
Hermione berkacak pinggang. Wajahnya sedikit memerah karena marah. Hari ini Draco sudah berkali-kali menggodanya dan membuatnya kesal. Malam ini puncaknya. Setidaknya untuk hari ini. Bisa-bisanya Draco menganggap keluhannya sebagai pujian. Hermione benar-benar tidak mengerti apa yang ada di dalam kepala pirang Draco. Ia sendiri sudah cukup stress karena ujian tengah semester untuk Ramuan akan diadakan senin besok, tapi hingga sekarang Draco masih tak mau belajar. Ia menyesali nasibnya dan mengutuk Professor Slughorn habis-habisan dalam hati. Bisa-bisanya ia dipasangkan dengan Draco Malfoy. Untuk setahun penuh. Hanya karena mereka berdua Ketua Murid.
"Kau…" Hermione menghentikan kalimatnya. Ia tahu Draco bisa saja dengan mudah membalikkan kata apapun yang dia keluarkan. Karena itu Hermione menarik kembali kata-kata yang siap keluar. Ia melirik Draco sebal sekali lagi, lalu pergi ke kamarnya. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup suara Draco tertawa menyebalkan.
Sinar matahari masuk melalui jendela kaca ruang tidur Hermione. Ruang Ketua Murid terletak di salah satu menara tertinggi Hogwarts, karenanya Hermione tidak memasang tirai dengan asumsi tak akan ada yang berani mengintipnya di ketinggian nyaris 200 m di atas permukaan danau. Kecuali Harry dan Ron, tentunya. Sesekali kedua makhluk itu mampir ke kamar Hermione saat mereka selesai berlatih Quidditch. Biasanya untuk menghabiskan jatah snack atau sekedar minta minum.
Hermione bangun dengan sedikit enggan. Hari ini sabtu, tidak ada pelajaran, ia belum memiliki rencana untuk hari itu. Diliriknya jam yang terletak di meja samping tempat tidurnya. Hermione mendengus sedikit. Masih pukul enam pagi. Tak ada seorangpun yang sudah bangun jam segini di hari Sabtu. Tapi alas, Hermione sudah terbangun total, ia tak bisa tidur lagi.
Sang Ketua Murid perempuan bangkit dari tempat tidurnya, memakai sandal, dan tanpa repot-repot memakai jubah mandi, ia turun ke Ruang Rekreasi Ketua Murid. Segelas susu cokelat hangat di pagi hari sepertinya menarik. Hermione menyambar tongkat sihirnya, sambil bersenandung ia berjalan menuruni tangga menuju Ruang Rekreasi. Dengan satu lambaian tangan ia membuka semua jendela yang berjejer di dinding setiap sisi ruang, membiarkan udara pagi yang segar dan cahaya matahari memasuki ruangan.
Hermione membuat se-pitcher susu cokelat panas, ia bersyukur ruang Ketua Murid memiliki pantry sendiri, sehingga ia tak perlu merepotkan para peri-rumah jika menginginkan snack atau kopi panas malam-malam. "Wingardium Leviosa!" seru Hermione, dengan satu lambaian tongkat sihirnya, ia memindahkan pitcher berisi cokelat panas, dan sepiring biskuit ke meja yang terletak di tengah Ruang Rekreasi, semerbak harum cokelat memenuhi seluruh ruangan. Ia bersenandung kecil sampai pada akhirnya terkagetkan oleh seseorang yang sudah menghuni Ruang Rekreasi terlebih dahulu.
"Well, pagi yang sempurna untuk mengawali hari..." Hermione melotot kaget saat ia menyadari bahwa Draco Malfoy sudah mendahuluinya berada di Ruang Rekreasi. Sang Ketua Murid laki-laki duduk santai di sofa terbesar, kakinya naik ke meja dimana pitcher susu cokelat Hermione terlihat tinggal setengah penuh. Draco sudah menuang susu cokelat ke pialanya sendiri. Salah satu tangannya memegang biskuit yang sudah dicelup sebagian ke susu cokelatnya. Ia nampak sangat menikmati sekali cemilan paginya.
"Hei! Itu susu cokelat punyaku! Beraninya…." Kata-kata Hermione tertahan begitu saja saat ia menyadari keadaan Draco. Sang Ketua Murid masih mengenakan baju tidur yang dipakainya malam tadi, ahem, tepatnya celana tidurnya, karena Draco hanya mengenakan celana training panjang warna perak dengan aksen garis hijau zamrud di kedua sisinya. Ia tak mau repot-repot mengenakan atasan. Toh ia tahu, tak akan ada yang sanggup memprotesnya meski ia tampil bertelanjang dada dimanapun.
"Ada apa? Kalau kau ingin terus melihatku seperti itu, ambil foto sekalian, tahannya lebih lama." Kalimat bernada sindiran yang keluar dari mulut Draco menyentak kesadaran Hermione. Gadis itu tak sadar bahwa ia sempat terpana sejenak melihat Draco pagi itu. Mau tak mau Hermione memaksa diri untuk mengembalikan pikirannya terhadap susu cokelat dan biskuitnya yang dipajak Draco.
"Kau tentunya tahu kalau susu dan biscuit itu adalah milikKU, Draco…" Hermione menaikkan salah satu alis matanya, sambil berusaha sekuat tenaga untuk tidak melirik tubuh Draco yang –oh Tuhan,- atletis. Draco meniru mimik wajah Hermione, ia menaikkan salah satu alisnya, tapi dibarengi dengan senyuman khasnya.
"Dan kau tentunya sudah tahu, kalau susu yang ada cukup untuk dua orang." Balas Draco santai, "Kecuali jika kau hendak menghabiskan satu liter susu sendirian, aku tak mau lama-lama mengantri kamar mandi nantinya." Goda Draco sambil tertawa sendiri seolah ia baru saja mengeluarkan joke paling lucu di dunia. Wajah Hermione sedikit memerah, ia sendiri tak ingat telah membuat susu dalam jumlah yang cukup banyak. Ia melenguh.
"Yah, anggaplah aku sedang berbuat baik padamu hari ini." Tukasnya. Hermione mengibaskan tongkat sihirnya sambil menggumamkan mantra panggil terhadap pialanya sendiri. Dengan satu hempasan, ia duduk di sofa yang sama, di samping Draco, lalu menuang sisa susu di dalam pitcher ke pialanya sendiri. Ditirunya langkah Draco dengan mencelup biskuit ke susu panas.
Hermione baru saja hendak mencelup biskuitnya yang ketiga saat ia menyadari tatapan Draco yang tajam ke arahnya. "Ada apa?" tanyanya bingung. Wajah Draco langsung berubah menjadi wajah paling menyebalkan, senyuman puas yang menyiratkan kemenangan, dipadu dengan alis yang terangkat dua-duanya, matanya memandang nakal ke bawah dagu Hermione, yang semakin curiga dengan kelakuan sang Ketua Murid laki-laki. Hermione menunduk untuk melihat kemana pandangan Draco terarah.
"AAAAAAAAAAARGGGHHHHHH!!! Accio jubah!!" jerit Hermione dengan wajah merah padam. Ia lupa bahwa saat itu dirinya masih memakai gaun tidur satinnya yang tipis, dan tentunya sejak tadi Draco sudah mendapatkan pemandangan yang bagus! Jubah mandi Hermione melesat terbang dari kamarnya, dan mendarat di pangkuan Hermione yang langsung menutupkannya ke tubuhnya. Draco terbahak-bahak sekuatnya di sofa hingga berguling-guling sambil memegangi perut.
"Petrificus Totalus!" teriak Hermione kesal. Dalam sekejap tawa Draco menghilang. Tubuhnya menegang terkunci tak dapat bergerak. Draco mendelik marah pada Hermione, tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa, Draco tak membawa tongkat sihirnya, dan sekarang ini kedudukannya tak menguntungkan. Hermione mengetatkan jubahnya, ia hampir menangis saking kesalnya. Gadis itu lantas berlari naik ke kamarnya, tak mempedulikan Draco yang terbujur kaku di sofa.
Hermione mandi dan berpakaian sambil menggerutu. Bisa-bisanya seorang Draco Malfoy menghancurkan pagi yang indah, hanya dengan menuang setengah pitcher susu cokelat ke dalam piala. Sang Ketua Murid perempuan baru saja selesai memasang jepit di rambutnya saat ia mendengar suara ketukan di jendela. Hermione berlari membuka jendelanya dan mendapati Si Anak Yang Bertahan Hidup di jendelanya.
"Harry? Tumben pagi-pagi begini kau sudah bangun?" Tanya Hermione heran, Harry hanya menyeringai sambil menepuk bagian belakang sapu terbangnya. Hermione menaikkan salah satu alisnya sambil melempar pandangan penuh tanya.
"Ayo naik, Hagrid baru saja menolong seekor unicorn melahirkan, dan bayi unicorn hanya mau dipegang oleh wanita, karenanya ia menyuruhku untuk menjemputmu." Ujar Harry sambil menyorongkan tangannya untuk membantu Hermione. Sang Ketua Murid menjerit kegirangan. Tanpa pikir panjang ia langsung menangkap tangan Harry yang membantunya mengatur keseimbangan di sapu terbang, dan detik berikutnya mereka langsung melesat menuju pondok Hagrid.
Sesampainya di pondok Hagrid, Harry dan Hermione memasuki Hutan Terlarang dengan berjalan kaki. Sebagai murid kelas tujuh, mereka berdua sudah menguasai sihir pertahanan tingkat tinggi, Hutan Terlarang tak ubahnya taman bermain bagi Harry dan Hermione yang sekarang. Mereka tak lagi takut berkeliaran di dalamnya. Terlebih lagi sejak jatuhnya Voldemort, para Centaur kini menjadi aliansi mereka.
Mereka masuk semakin dalam, hingga pada akhirnya melihat Hagrid bersama dua orang anak berambut merah menyala di sarang unicorn. Ron dan Ginny sudah berada disitu terlebih dahulu. Hagrid nampak memberikan beberapa instruksi terhadap Ginny yang sedang merawat salah satu dari dua bayi unicorn yang baru lahir. Hagrid sendiri sedang merawat sang induk unicorn yang kelelahan. Ron melihat kedatangan Harry dan Hermione, lalu melambaikan tangan. Keduanya segera berlari mendekat.
Hermione membantu merawat bayi unicorn yang kedua. Hagrid pergi sebentar untuk mencarikan makanan bagi sang induk unicorn, sedangkan kedua bayinya mencoba untuk menyusu. Ron tak sengaja tersepak sang induk yang berganti posisi, sementara Harry membantu Ginny sebisanya, sulit, sebab sang bayi akan mendesis jika Harry mendekat.
Mereka semua sangat menikmati pengalaman baru ini. Sampai pada akhirnya Hagrid menyuruh keempatnya kembali ke kastil karena sudah lewat waktunya makan siang.
Hermione menghabiskan sisa waktu sesorean di ruang rekreasi Gryffindor. Harry dan Ron pergi ke dapur dan membawakan banyak sekali makanan untuk makan siang mereka yang terlambat. Mereka makan begitu banyak sampai-sampai Hermione memutuskan untuk tidak turun makan malam. Ginny tak habis-habisnya menceritakan mengenai bayi unicorn kepada Parvati dan Lavender yang memekik kegirangan, terutama saat Ginny mengatakan bahwa ia akan kembali lagi keesokan hari, dan mereka berdua boleh ikut. Toh keduanya adalah perempuan, dan tak akan memiliki masalah dalam mendekati kedua bayi unicorn itu.
Harry, Ron, Seamus, dan beberapa anak laki-laki Gryffindor yang lain tengah asyik bermain Exploding Snap di depan perapian. Hermione melirik jendela besar yang terletak di salah satu sisi ruang rekreasi Gryffindor. Sudah gelap, kaca jendela terlihat basah. Bulir-bulir air menetes membanjiri setiap sisi. Dari jauh dilihatnya cahaya kilat menyambar-nyambar. Sang Ketua Murid perempuan mendesah. Hujan turun begitu lebat di luar. Ia naik ke salah satu sofa panjang yang terletak di depan perapian yang menyala-nyala. Hermione berbaring santai sambil menonton yang sedang bermain. Dirapatkannya jubahnya, cuaca dingin dan hawa hangat yang terpancar dari perapian membuat kedua pelupuk mata Hermione terasa begitu berat. Dan dalam hitungan detik ia tertidur.
"Hermione…. Hermi…" lamat-lamat Hermione mendengar namanya dipanggil. Ginny mengguncang-guncangkan tubuh Hermione untuk membangunkannya. Sang Ketua Murid mengusap matanya sambil melempar pandangan penuh tanya pada Ginny. Satu-satunya anak perempuan Weasley itu bertanya balik "Kau hendak tidur di asrama Gryffindor malam ini?"
Hermione melirik jam yang terletak di atas perapian. Pukul sebelas malam. Hanya tinggal beberapa orang anak kelas atas yang berada di ruang rekreasi Gryffindor. Termasuk Harry dan Ron yang masih asyik bermain Catur Penyihir. Ginny sudah berganti baju dengan piama, dan ia memeluk sebuah bantal besar. Hermione menggelengkan kepala.
"Aku akan kembali ke ruang Ketua Murid saja…" ujarnya. Ginny mengangguk paham. Hermione memanjat lukisan si Nyonya Gemuk dan berjalan santai menuju ruang Ketua Murid yang letaknya hanya beberapa puluh meter dari asrama Gryffindor. Sebagai Ketua Murid ia memiliki kebebasan mutlak untuk berkeliaran di Hogwarts, tak ada yang akan menangkapnya berkeliaran malam-malam. Bahkan Filch sekalipun.
Hermione tiba di di depan lukisan Perenelle Flamel sang Alchemist, di baliknya adalah ruang Ketua Murid yang selama ini ia tinggali bersama Ketua Murid laki laki…
Mata Hermione terbelalak seketika. Ia telah melupakan satu hal yang sangat penting seharian ini….
Draco Malfoy masih dibawah kutukan Ikat Tubuh Sempurna!
Chapter berikutnya akan diupload tanggal 2 Juni 2009. Atau mungkin bisa lebih cepat jika tanggapan a.k.a review melebihi kuota yang ditetapkan ^^