Waii~ Anisha Asakura disini...

Ini fanfic bersambung pertamaku, judulnya Let's Baking Love! Ada beberapa pairing ClaireXRick, ada ama Cliff, dan cowok-cowok lainnya kecuali dengan Jack, karena di cerita ini Jack berperan sebagai kakak kembarnya Claire. Yosh~~ cerita dimulai....

DISCLAIMER: I do not own Harvest Moon MFOMT, but I do own this story and Emily.

(12 Spring, 08:00 AM)

Claire's POV

"Nah, Claire, sekarang toko ini menjadi milikmu. Jaga toko ini baik-baik ya." Kata Mayor Thomas senang sambil menyerahkan sertifikat hak milik tokoku yang baru.

"Terima kasih, pak Walikota. Akan saya urus toko ini sebaik-baiknya." Jawabku dengan bangga.

Hai! Namaku Claire! Umurku 20 tahun. Aku sangat suka memasak roti, makanya aku membuka toko roti di Mineral Town, sedangkan Jack, kakak saudara kembarku, bekerja di pertanian milik seorang petani tua yang sudah meninggal. Sedangkan aku, aku membuka toko roti di lapangan kosong yang sama sekali tidak ada penghuninya. Supaya aku enggak kepisah dengan Jack, aku membeli rumah itu dan kujadikan toko roti yang sudah lama kuidam-idamkan.

"Oke! Untuk salam perkenalan, aku akan membuatkan roti untuk semua orang-orang di Mineral Town ini!" kataku riang. Aku mulai memanggang roti. Hmmmm..... Memasak roti dan kue memang favoritku.

30 menit kemudian

TING! Bunyi oven mendenting, tanda roti sudah terpanggang. Aku lansung mengambil loyang roti yang berisi roti-roti yang baru terpanggang, dan meletakkannya satu-persatu ke dalam satu kantong, lalu meletakkan semua kantong-kantong itu ke keranjang kayu favoritku. "Saatnya membagikan roti!"

-Poultry Farm-

"Hoo... Jadi ini pertanian ayam, ya..." kataku, karena melihat banyak sekali ayam. Yah, aku agak takut ayam, tapi mereka menghasilkan telur, bahan makanan yang paling penting dalam membuat roti dan kue. Beuh, kenapa jadi mikirin makanan sih! Kan aku mau kenalan...

"Selamat pagi..." salamku sambil mengetuk-ngetukkan jariku ke pintu rumah Poultry Farm. Ada cowok pirang berkacamata membukakan pintu.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya cowok itu.

"Namaku Claire, tukang roti baru disini. Mulai sekarang aku akan menjadi tetangga kalian! Mohon bantuannya, ya." Kataku memperkenalkan diri.

"Ah, ternyata gosip itu benar... Walah, ngomong apa aku ini! Ya, salam kenal, Claire! Namaku Rick, dan ini adikku, Popuri." Kata Rick memperkenalkan diri padaku.

"Waah! Halo! Masuk dulu yuk!" ajak Popuri sambil menarik tanganku.

"Ah, tidak usah, terima kasih... Aku cuma mau membagikan roti-roti ini sebagai salam perkenalan." Kataku sambil memberikan satu kantong dari keranjang kayu yang kubawa.

"Wah, terima kasih Claire!" kata Popuri dan Rick sama-sama.

"Iya, sama-sa..."

PRANGGG!!!!

Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah di toko di sebelah toko rotiku. Aku, Rick, dan Popuri kaget.

".... Suara barang pecah darimana tuh..." kataku sambil mengelus dada.

"Ah.... Mungkin dari toko Blacksmith di sebelah tokomu." Kata Rick sambil menaruh kantong roti di meja.

"Oh! Disini ada toko Blacksmith! Syukurlah!" kataku senang.

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Rick, kalo seandainya versi komik, Rick versi chibi terus pakai background anak ayam dan tulisan PI! Yang miring-miring dan banyak.

"Ada peralatanku yang seharusnya harus diasah. Aku harus pergi dulu. Bye bye Rick, bye Popuri!"

-Saibara's Blacksmith Shop-

Diluar toko terdengar suara orang berantem. Aku ingin masuk tapi takut. Boleh masuk gak ya...?

"Permisi..." Aku meberanikan diri memasuki toko.

"HEI! JELASKAN APA YANG SALAH DARI INI!!!" seorang cowok berteriak, membuat Claire terjungkal jatuh. Keranjang kayunya juga.

"APA YANG SALAH?! JAWABANNYA ADA PADA DIRIMU! KAMU HARUS BANYAK BELAJAR!" teriak seorang kakek-kakek.

Aku terduduk ketakutan. Aku berada diantara pertengkaran. Aku harus kabur...

"MAU APA KAMU?!" cowok yang membentak tadi membentakiku. "Kalau kamu enggak ada apa-apa..."

Hiii! Takuuuut!!!!!! Aku langsung gemetaran disko gak berhenti-henti. Ketakutan dengan cowok pirang bertopi 'UMA' yang membentakku tadi.

"Gray! Tak sopan bicara ke pembeli seperti itu!" kata kakek-kakek tadi memanggil cowok bertopi 'UMA' tadi. Oh, nama cowok itu Gray.

"... Maaf..." kata Gray rendah, nyaris tak terdengar.

"Ng... Nggak apa-apa..." jawabku masih takut-takut, sambil mengambil keranjang kayuku.

"Selamat datang." salam Saibara.

"Hei, kamu orang baru kan? Mau apa kamu?" tanya Gray.

"Oh iya! Aku ingin pisauku diasah lagi, dan memberikan salah satu rotiku! Namaku Claire, tukang roti baru sebelah toko kalian." Kataku memperkenalkan diri.

"Kemarikan pisaumu." suruh kakek itu. "Oh ya, nama saya Saibara. Dan ini cucu saya, Gray."

".... Maaf, tadi aku ngga' bermaksud kasar, Cuma emosiku memang mudah naik. Kakek sama sekali tidak menghargai pekerjaanku..." bisik Gray.

"Itu namanya latihan. Wajar aja kalau bikin kesalahan. Ya?" kataku menghibur Gray seraya tersenyum.

Muka Gray bersemu, dan menutup matanya. "... Kau benar. Ah, maaf soal mengkasarimu tadi."

"Nggak apa-apa kok. It's okay to angry sometimes." jawabku.

"Aku harus kerja dulu." Kata Gray.

"Ah, ya, nona Claire, pisaumu akan selesai diasah besok. Datang saja kesini be..." perkataan Saibara diputus Gray.

"Tidak usah. Biar aku saja yang mengantarkannya padamu." Potong Gray.

"Iya! Thanks, ya!" kataku senang.

Diluar toko, aku menghembuskan napas lega, saking deg-degannya di sana.

"Nah, waktunya pergi ke toko la...."

GUBRAAK!!

Aku mendengar suara lain. Ada anak kecil berambut hitam tersuruk di jalan. Dia bangkit dan menangis kencang.

"HUWAA! HUWAAAAA!!!! Keningku berdaraaaah...." tangis anak itu. Dan benar saja, ada luka gores sebesar sendok makan memanjang di kening anak itu. Aku langsung panik.

"Ya ampun! Jatuh ya? Sini, kakak sembuhin!" kataku panik sambil membawa anak itu ke toko rotiku.

-Claire's Bakery Shop-

"Nah, selesai! Dengan begini, lukamu akan sembuh." Kataku sambil meletakkan plester di kepala anak itu. Anak itu sudah tidak menangis lagi. "Hei, dik, siapa namamu?" tanyaku.

"Stu. Namaku Stu. Kakak siapa?" tanya anak yang bernama Stu itu.

"Namaku Claire, tukang roti baru. Aku mau mengantarkan beberapa rotiku sebagai salam perkenalan." Kataku.

"Ah! Bagaimana kalau aku mengantarkan kakak memperkenalkan semua orang-orang di Mineral Town? Aku kenal semua orang-orang disini! Anggap aja ini tanda terima kasih!" kata Stu.

"Waah! Stu! Terima kasih banyak!!!" kataku sambil memeluk Stu erat-erat.

"... Ngga bisa napaaass...." kata Stu.

Akhirnya, aku dan Stu pergi ke beberapa tempat di Mineral Town. Ada Inn, Ada toko wine, ada pertanian sapi, ada pantai, ada perpustakaan, ada supermarket, ada klinik.... Wah, banyak sekali.

-Gereja-

"Kak Claire, ini Gereja disini. Disini ada Carter dan..." Stu mulai terdiam.

"Siapa?" tanyaku.

"Aku nggak kenal.... Kakak bicara aja sama dia nanti. Dia selalu ada di dalam gereja setiap hari." jelas Stu. "Aku harus pergi. Makasih ya kak!"

"Iya! Hati-hati di jalan ya, Stu!" kataku sambil melambaikan tangan, membalas lambaian tangan Stu yang mungil.

"Oke, habis membagikan roti terakhir, aku mau pesan kamar di Inn!" kataku dalam hati, sambil memasuki gereja. Disana ada 2 orang.

"Ah, kau Claire, tukang roti yang baru itu kan?" kata seseorang berambut coklat lumut (rambut Carter kayak gitu bukan? Gak yakin nih...).

"Iya, namaku Claire, salam kenal!" salamku.

"Salam kenal, namaku Carter, pendeta gereja satu-satunya disini." salam Carter. "Oh ya, Claire, boleh aku minta tolong padamu?" tanyanya mendadak.

"Ah, silahkan?" kataku.

"Di sebelah kiri sana, ada cowok berambut coklat bernama Cliff. Kamu lihat nggak?" tanya Carter.

Aku menoleh. Iya, ada cowok berambut coklat. Dia sedang duduk menunduk, sepertinya sedang melamun.

"Dia juga orang baru, tapi sayangnya dia amat pemalu. Bisa kau ajak dia mendekati orang-orang di kota ini?" tanya Carter.

"Oke! Aku akan membantunya!" kataku senang. Aku mengerti bagaimana rasanya.

"Baguslah kalau begitu! Nah, bicaralah padanya!" ajak Carter. Aku pun menurut.

Aku melangkah mendekati Cliff. "Hai!" sapaku.

Cliff terlihat kaget, dan mukanya mulai bersemu malu. "... Hai.... Ng... Namaku Cliff..."

"Hai, Cliff! Namaku Claire! Tukang roti baru!" sapaku semangat.

"....." Cliff terdiam sejenak, masih dengan muka bersemu. "..... Apa ada sesuatu yang aneh di mukaku?" tanyanya.

"Nggak kok, hihihi." kataku sambil tertawa kecil.

"Anu, aku...." Perkataan Cliff terputus saat melihat mukaku hanya tinggal beberapa senti dari mukanya. "Aduh.... Aku malu.... Aku nggak bisa ngomong apa-apa...."

Aku tersenyum, dan menepuk bahunya. "Tenanglah."

Saat aku melepas tanganku dari bahu Cliff, pipi Cliff merona sebentar, dan mulai tidak gugup lagi. "Oke. Fuuuh.... Wah, aku sudah lebih baik sekarang, terima kasih Claire!" kata Cliff senang.

"Ah, bukan apa-apa kok, Nothing!" kataku sambil mengibaskan tanganku ke mukaku sendiri, bermaksud merendahkan diri.

"Kau juuga baru pindah dan baru membuka usaha pertama kali kan? Wow... Pasti ada banyak tantangan. Semoga beruntung yah. Boleh aku datang ke tokomu kapan-kapan?" tanya Cliff.

"Boleh! Datanglah kapanpun kau mau. Tapi jangan hari Minggu, soalnya aku dan kakak kembaranku, Jack, akan pergi ke gereja." jawabku sambil pergi dan melambaikan tanganku. "Dadah!"

Cliff akhirnya tersenyum lagi dan membalas lambaian tanganku.

Saat aku keluar gereja, aku langsung berlari menuju Inn untuk memesan kamar.

"Selamat sore, Claire! Kau perlu sesuatu?" tanya Ann.

"Iya, aku mau pesan kamar." jawabku.

DEGH! "HOREEE! ADA YANG PESAN KAMAAAAR!!!!" teriak Ann heboh.

"Nah, Claire, ayo naik ke lantai 2! Kamarmu ada di sana!" kata Ann riang non-stop sambil menarik tanganku ke tangga.

Saat aku dan Ann memasuki kamar, kamar itu luas dan.... Ada 3 tempat tidur?

"Ann... Kok ada 3 tempat tidur?" tanyaku.

"Begini!! Inn disini, memakai sistem asrama! 1 kamar, 3 tempat tidur! Sama dengan kamar bagian cowok! Disini, kalian dilarang pulang telat! Bayar sewa harus tanggal 15! Dilarang bermesraan! Jangan ganggu aku atau ayahku kalau lagi masak!!" kata Ann panjang lebar. "Nah, yuk kita temui cowok-cowok!"

Lho?

"Ann!" panggilku.

"Apa?" sahut Ann.

"Bukannya aturan asrama juga ngelarang cewek bicara ama cowok?" tanyaku.

Ann menggerakkan sebelah alisnya heran."Siapa bilang kalian dilarang berkomunikasi? Kalian boleh melakukan apa saja kok. Tapi... KALAU SAMPAI AKU NGELIHAT KALIAN BERMESRAAN, TAKKAN KUAMPUNI!!!" teriaknya mendadak, dan darimana Ann sudah pakai baju vampire mirip di film-film action, terus ada background kelelawar terbang di sekitar Ann. Aku langsung berpikir, 'Aku sudah masuk neraka Jahanam versi Inn.....'

"Ann!" terdengar seorang bapak-bapak memanggil dari lantai 1. Mungkin itu ayahnya Ann.

"Ah! Tunggu sebentar! Claire, kamu ke kamar cowok aja duluan ya," kata Ann buru-buru. Aku mengangguk.

"Awas aja kalau aku liat kalian mesra-mesraan...." ancam Ann sebelum menuruni tangga. Aku langsung berlari masuk kamar cowok.

-Di kamar cowok-

"Claire?!" kata Gray dan Cliff bersama-sama.

"Lho?! Gray? Cliff? Kok kalian disini?" tanyaku kaget. Muka Cliff mulai bersemu lagi.

"Soalnya kita kan menginap disini juga." Jawab Gray dan Cliff.

Akhirnya, kami bertiga pun berbincang-bincang bersama-sama. Tak terasa waktu berlalu cepat, sudah malam.

"Nah! Kalian sudah selesai kongkow rianya?" tanya Ann mendobrak pintu kamar cowok.

"Ah, sudah!" jawabku langsung berdiri, takut menghadapi devil Ann.

"Nah, makan malam sudah siap, yuk makan! Menu malam ini Curry Rice.

Kami berempat pun turun ke bawah. Disana aku melihat Jack dan Rick sedang ngobrol berduaan.

"Jaack! Riiick!" panggilku.

"Hei, Claire!" sahut Jack sambil mengacak-acak rambutku.

"Adududuh! Hei, rambutku berantakan nih!" kataku.

"Kalian akrab banget, sih." Kata Rick, sambil meminum wine yang ada di mejanya.

"Ya iyalah, kan kami saudara kembar!" kata Jack kencang, memastikan agar Rick, Gray, dan Cliff yang ada di sana mendengarnya. "Oh ya, Claire, Ann ada nggak?" tanya Jack.

"Ada, tuh." Tunjukku ke arah Ann yang sedang mengambilkan kare untuk kami bertiga.

"ANN~~~" Jack langsung melepasku dan berlari menyusul Ann, meninggalkanku dengan Rick.

"Ah ya Rick! Boleh aku minta tolong?" tanyaku.

"Oh, mau minta tolong apa Claire?" tanya Rick sopan.

"Aku ingin memesan telur-telur dari pertanian kalian. Aku ingin 1 lusin perhari. Berapa yang harus kubayar?" tanyaku.

Rick bengong. Sekali lagi dengan mode chibi dan background anak ayam dan tulisan PI! yang mungil. (Soalnya kalian pernah nggak ngeliat telur dijual di Poultry Farm?) "Ngg.... Bagaimana kalau 60 gold perhari?" tanya Rick.

"Wah! Murah banget! Aku setuju! Terima kasih Rick!" kataku senang, mengetahui kegoblokan dirinya bahwa harganya sama dengan setengah harga dari makanan ayam (Citra telur disamakan dengan makanan ayam...)

"Iya, sama-sama..."

"CLAIRE!" Gray berteriak memanggilku.

"Ah! Aku sampai lupa mau makan malam! Makasih lagi ya Rick!" kataku sambil meninggalkan Rick.

Setelah kami mendapakan makan malam, Gray dan Cliff makan lebih cepat daripada aku. Aku baru menghabiskan setengah. Karena buru-buru, aku tersedak. "UHUK! UHUUK!!!"

"Walah!" Gray kaget.

"Claire, kesedak, ya!" Cliff juga kaget.

Aku langsung mengambil kedua gelas berisi air yang diberikan Gray dan Cliff, dan meminumnya sekali teguk.

Sebelum aku tidur, aku mendatangi kamar cowok. "Terima kasih ya sudah menolongku tadi, kalian berdua." kataku senang.

"Anu, sama-sama sih.... Tapi kamu ngga apa-apa Claire?" tanya Cliff. "Kamu bisa kembung lho."

"Habis, tadi aku liat, kalian khawatir banget waktu aku tersedak. Aku nggak mau salah satu dari kalian kecewa karena tidak menolongku." jawabku.

Muka Gray dan Cliff seketika merah membara kayak buah apel. "Lho, kalian kenapa? Demam?" tanyaku.

"Ah, ngga apa-apa..." kata Gray sambil menutupi mukanya yang masih merah dengan tangan kirinya, dan segera memalingkan mukanya.

"Se... Selamat malam, Claire!" kata Cliff sambil menunduk, menutupi mukanya yang masih merah.

"Oke, selamat tidur!" aku pun masuk ke kamar cewek, dan tidur pulas.

TO BE CONTINUED

Yaay, selesai juga chapter pertama. Tolong reviewnya ya? Meski sedikit, boleh aja. Ngeflame jangan banyak-banyak, nanti kamarku kebakaran. Kritik, saran, ditunggu ya!

~Anisha Asakura~