Fandom : Nartobitobitobi

Disclaimer : Kishimoto Masashi

Summary : musim ujan ati-ati banjir… (?)

Warning : ooc, gaje, boring, ehm… fic ini sangat hurt bagi saia karena menyakiti hati karakter yang sangat saia cintai… gomennasai ne, my love… (halah)

--

BROKEN DOLL

Seperti marionette di tangan pengendalinya
Tubuh ini bergerak
Karena kendalimu

--

Bulan purnama yang sia-sia. Keindahan sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan malam ini adalah hal yang sia-sia. Tak satupun kehidupan yang dapat menikmatinya. Pancaran cahayanya tertutup oleh gumpalan-gumpalan kapas hitam yang sudah tidak kuat lagi menahan beratnya butiran-butiran air. Satu persatu butiran itu melepaskan diri, menghempas dengan hujaman tajam, membasahi bumi.

Hujan deras mengguyur, ditemani oleh guntur yang sesekali menggelegar memekakan telinga. Cahaya kilat yang mengawali guntur menyilaukan mata siapa saja yang melihatnya secara langsung. Udara yang lembab dan dingin menusuk menembus kulit membuat rambut halus di sekujur tubuh berdiri merinding.

Tak ada satu manusia pun yang mau menapakkan kaki keluar dari tempatnya bernaung di malam bulan purnama ini. Semua lebih memilih untuk menghangatkan diri di dalam kotatsu atau di balik selimut yang tebal. Begitu pula dengan seorang shinobi yang sedang berusaha untuk tidur di dalam gulungan selimutnya.

Satu lubang ventilasi yang kecil, tanpa jendela sama sekali, membuat kamarnya yang gelap dan sempit itu menjadi semakin pengab. Tubuhnya meringkuk di atas kasur, kaki dan tangannya ditekuk agar tidak terlalu kedinginan walau satu lembar selimut tebal sudah membungkusnya. Ia sedikit menyembulkan kepalanya dari balutan selimut agar bisa bernafas.

Sudah berjam-jam ia berusaha memejamkan matanya. Berkali-kali ia membolak-balikkan badannya untuk mencari posisi yang nyaman. Namun kilatan-kilatan cahaya petir yang menembus lubang ventilasi kecil itu mampu menerangi seluruh kamarnya, menyilaukannya. Terlebih lagi suara guntur yang tidak bisa ditebak kapan akan menggelegar, memecah gendang telinganya. Semua itu sangat mengganggu satu hal yang sangat ia inginkan.

Ia hanya ingin tidur. Ia hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sudah seharian dipakai untuk bekerja sebagai seorang shinobi. Malam hari adalah satu-satunya waktu yang bisa ia gunakan untuk memanjakan tubuhnya yang letih. Namun tidak untuk malam ini. Di malam berhujan deras ini.

Shinobi itu mendengus. Ditatapnya langit-langit kamar yang pekat oleh gelap. Lalu mendadak terang karena cahaya petir. Lalu gelap lagi. Tak lama kemudian gelegar suara guntur membahana di dalam kamarnya yang sempit itu, merampas haknya untuk tidur. Ia hanya ingin tidur, namun hujan tidak mengijinkannya. Ia tidak membenci hujan. Ia membenci dirinya sendiri yang tidak dapat mengalahkan hujan. Shinobi itu mendengus kesal.

Pandangannya beralih ke samping. Di seberang ranjangnya ada satu ranjang lagi yang sedang dipakai rekannya. Ya. Ia tidak sendirian di kamar yang gelap dan sempit itu. Ia bersama dengan rekannya.

Shinobi itu memandang rekannya ketika cahaya petir yang sekejap menyinari kamarnya. Dilihatnya wajah yang tenang, tampak tidak terganggu sama sekali oleh kebisingan guntur maupun cahaya petir. Matanya yang terpejam menyatukan bulu matanya yang lentik. Shinobi itu membayangkan rekannya mungkin sedang berada di dunia mimpi yang indah, walau shinobi itu tahu, rekannya sedang tidak tidur. Shinobi itu tahu, rekannya hanya memejamkan mata, berbaring diam tak bergerak di antara kasur dan selimutnya.

Sekali lagi kilat dan petir menyambar, menerangi kamar yang sempit itu. Rekannya masih bergeming. Wajahnya menunjukkan kedamaian di tengah gelegar guntur. Sangat kontras dengan sang shinobi yang hampir putus asa menggapai tidurnya. Ia terus memandangi penghuni ranjang yang ada di seberangnya walau diselimuti iri oleh karena ketenangan yang sedang dinikmati rekannya itu.

Cukup lama ia memandang rekannya. Hal itu tak juga membuatnya bisa tidur, justru membuatnya semakin membuka matanya untuk mengagumi rekannya. Mulutnya bergerak kecil tanpa suara membentuk seucap nama, nama rekannya. Shinobi itu tidak tahu mengapa ia ingin memanggil nama rekannya. Semua itu terjadi begitu saja, tanpa ia sadari.

Bagaikan terikat oleh tali yang tak terlihat, menyatukan kedua hati tersebut. Bisikan hening yang terucap dari shinobi itu seperti mengalahkan kerasnya suara guntur. Rekan shinobi itu membuka kedua matanya. Shinobi itu hanya tersentak menahan nafas melihat rekannya yang terbangun mengakhiri tidur palsunya, bagai terbangun oleh panggilan shinobi itu. Rekannya hanya berbaring memandang sosok sang shinobi yang ada di seberang ranjangnya dengan tampang menyedihkan di dalam gulungan selimut.

Kilat dan petir kembali menyambar. Wajah rekan shinobi itu tampak sangat jelas oleh cahaya kilat. Sebuah senyuman yang melukiskan bahwa rekannya tahu apa yang sedang dialami oleh shinobi itu tersungging di wajah rekannya. Bukan senyuman yang meremehkan atau merendahkan. Itu adalah senyuman yang hangat, melebihi hangatnya selimut yang sedang mereka pakai.

Keduanya saling berpandangan sejenak dari ranjang masing-masing. Letak kedua ranjang itu memang tidak terlalu berjauhan mengingat sempitnya kamar mereka, membuatnya seolah-olah tak ada jarak di antara mereka. Sorot mata rekannya yang tajam namun hangat, menusuk tepat ke tubuh shinobi itu, membuatnya serasa ditarik oleh kekuatan yang tak kasat mata. Membuat tubuh shinobi itu bangkit dari ranjangnya.

Kilat yang menyilaukan, guntur yang menggelegar, hujan yang deras, hawa yang dingin. Semuanya membuat shinobi itu tidak bisa tidur. Melihat mata dan senyuman yang mempesona itu sang shinobi berpikir apakah rekannya tahu apa yang ia inginkan, apa yang ia ingin lakukan. Bibirnya kembali bergerak, hendak mengucapkan apa yang ada di dalam kepalanya. Namun suaranya tercekat oleh rekannya yang berucap pelan.

"Kantukmu belum bisa mengalahkan hujan itu juga?"

tbc…

--

kyaa!! Tidaak!! Apa iniii!!?
Pendek amattt!! Pak Amat aja ga pendek!! –digebuk Pak Amat- (Pak Amat tu siapa ya?) biar pendek tapi atashi no aniue mpe berbusa saia paksa baca fic ini XD secara beliaw cowo en bukan proyaoi XD my special thanks just for you niuee~
Hm… ke mana arah crita ini akan menjurus? Jalan lurus mpe perempatan lalu belok kiri mpe ketemu pangkalan ojek di sebelah warung rokok terus naik ntu ojek mpe stasiun, atao pesen taxi aja langsung mpe bandara? –ngelantur, dibacok-

Tau kan yang mana Saso yang mana Deidei?? XD

What do you want?
Melon,
or Lemon??

So, dear noble readers, gimme your love! Err, I mean, your review!
I love you!!
arigatobitobitobitobi