Disclaimer : Bukan punya saya. Suerr!!!!

Warning : OOC dimana-mana.. hhe.

Between Hyuuga and Uchiha

.: Hahh??? :.

"Thankz ya, Neji, udah mau nemenin aku latian." Kata Sakura pada Neji di salah satu lapangan latian (apa sih namanya?) di Konoha. Mereka baru saja selesai latihan sejak 2 jam yang lalu. Karena hari sudah mulai sore, mereka menyudahi latihan mereka.

"Hn. Lagian aku juga lagi nggak ada temen latihan juga." Neji menggeleng. Ia membereskan barang- barangnya dan membersihkan bajunya yang tadinya putih kayak habis dicuci dari debu dan kotoran. "Pulang, yuk. Aku antar" Ia menawari Sakura, yang dibalas senyuman plus anggukan oleh kunoichi itu.

Sakura dan Neji memang baru- baru ini mulai akrab. Sejak selesainya misi mereka berdua ditambah Lee dan Naruto untuk melindungi Putri Shion tepatnya. Awalnya Sakura kagum aja sama Neji yang selalu bersikap tenang dan berwibawa. Lagipula Neji juga sering dateng ke Sakura kalau dia luka tingkat menengah ke atas. Sakura kan muridnya Hokage ke-5 yang kemampuan medisnya udah terbukti.

Tidak terasa, sampailah mereka di depan kediaman keluarga Haruno. Rumahnya nggak terlalu besar. Kalau dibandingin sama kediaman keluarga Hyuuga, yah sangat berbeda jauuh.

"Sekali lagi maksih ya, Neji. Sampai repot- repot anterin pulang." Sakura menatap Neji berterima kasih. Neji cuma mengangguk dengan senyum tipis di wajahnya. Nggak begitu keliatan sih. "Sampai jumpa besok." Sakura menunduk berpamitan kemudian masuk ke dalam rumahnya.

.

.

Neji memasuki halaman kediaman keluarga Hyuuga yang luas dan lebar. Walaupun ia bukan anggota Souke, alias orang Bunke, dia tetap tinggal rumah induk atas permintaan pamannya, Hiashi Hyuuga. Untuk melindungi sekaligus ikut membantu latihan Hinata dan Hanabi alasannya.

Setelah sampai di genkan rumah induk, Neji segera melepas sepatu dan meletakkannya di rak. Tiba- tiba Hanabi muncul.

"Okaeri, Neji-niichan." Hanabi menyapa dengan sopan khas keluarga Hyuuga.

"Tumben Hanabi-sama sudah menyambut." Neji bertanya heran. Biasanya dia pulang tidak akan di sambut seperti itu.

"Neji-niichan kok gitu sih? Nggak usah pake 'sama' donk!" Hanabi cemberut. Neji tertawa pelan. "Oh iya, Otou-san memanggilmu. Kau di suruh ke ruang utama."

Alis Neji bertaut, ini juga yang nggak biasa. "Oh ya? Untuk apa?" Neji bertanya pada Hanabi.

"Ada deh. Nii-chan cari tau sendiri aja. Buruan deeh." Hanabi tersenyum senang melihat ekspresi bingung Neji. Neji mengangguk, meninggalkan Hanabi yang terkikik.

.

"Ah, Neji-niichan." Hinata membungkuk sedikit kepada Neji. Neji membalas dengan bungkukan lebih dalam, mengingat statusnya sebagai Bunke.

"Selamat ya, Nii-chan. Aku turut senang mendengarnya." Ucap Hinata sambil tersenyum lebar. "Cepat, Otou-san menunggumu." Ia mendesak Neji memasuki ruang utama. Neji bertambah bingung. Ada apa dengan para anggota Hyuuga ini? Apa mereka salah makan? Pikirnya.

Neji membuka pintu geser (apa istilahnya? Tatami?) ruang utama kemudian membungkuk.

"Hiashi-sama memanggil saya?"

"Ya, masuklah," Hiashi menjawab dengan suaranya yang berat. "Tidak usah tegang begitu, Neji." Neji mengangguk. 'Justru itu, yang kayak gini ini yang bikin tegang' Neji membatin.

"Ada kabar baik untukmu Neji." Hiashi memulai. Ada nada senang pada suaranya. Neji diam, menunggunya meneruskan kalimatnya.

"Aku sering mendengar, katanya kau sekarang akrab dengan kunoichi dari keluaraga Haruno, murid Godaime." Senyum Hiashi melebar. Entah kenapa Neji punya perasaan nggak enak. "Karena itulah, karena kau sudah dewasa, aku memutuskan untuk menunangkanmu dengannya. Menurutku dia cantik, kuat, dan pandai. Cocok sekali untuk menjadi menantu keluarga Hyuuga."

"WHAAAATTT???" Neji berteriak kaget. 'Gawat, lepas kontrol!' Neji meruntuk dalam hati. "Maksud saya.. a.. apa maksud anda? Saya akan ditunangkan dengan Sakura?" Neji mengulangi kekagetannya dalam nada yang lebih sopan.

Hiashi agak sedikit shock melihat Neji lepas kontrol berusaha menguasai diri lagi. "Ya. Aku sudah membicarakannya dengan ayah Haruno Sakura, bahkan dengan Godaime. Mereka setuju saja. Besok kalian sudah resmi jadi tunangan." Hiashi menjelaskan. "Selamat ya, Neji."

Neji yang kelewat shock, hanya diam membeku. Oke, dia membenarkan ucapan Hiashi tentang Sakura, dan bohong kalau dia tidak setuju. Tapi ini terlalu mendadak! Lagipula, apa Sakura setuju? Dia kan masih mencintai si Uchiha itu, pikir Neji.

Ia tersadar dari kagetnya, dan berniat untuk mengatakan sesuatu. Sayang Hiashi sudah pergi entah kemana.

"Sudahlah. Mana mungkin aku bisa melawan Hiashi-sama. Toh, rugi juga nggak." Neji memutuskan dalam hati.

.

.

"Ayah pasti bercanda. Iya kan, Yah?" Sakura menatap aneh ayah dan ibunya yang tersenyum lebar sangat bahagia. Ia sungguh berharap diantara orang tuanya ada yang berkata 'April Mop, kau tertipu!' walau ini bukan April tanggal 1.

"Tentu saja tidak, Sayang. Kau dan Hyuuga Neji akan bertunangan resmi besok. Hyuuga Hiashi sendiri yang melamarmu untuk keponakannya." Jawab Ibu Sakura bersemangat. Ayahnya mengangguk.

"Ta.. tapi.."

"Sudahlah, Sayang. Kau tidak usah malu- malu begitu." Potong Ayahnya. "Yang penting segala sesuatunya sudah beres. Nah, Bu, kita juga harus siap- siap." Ayahnya menggandeng Ibunya keluar dari kamar Sakura.

Sakura termenung. Dia bingung harus senang atau sedih. Di sisi lain dia senang dia akan bertunangan dengan Neji. Tapi di sisi lain dia tidak yakin tentang perasaannya pada Neji. Gadis manapun tidak akan menolak ditunangkan dengan pria tampan,jenius dan kuat seperti Neji. Dari keluarga terpandang pula.

Tapiā€¦ mendadak Sakura teringat akan seseorang. Mata onix yang selalu memandang dingin, bibir yang berkata sinis, serta wajah tampan yang tidak pernah berekspresi lain selain kedataran. Semua itu membentuk suatu kesatuan menjadi makhluk bernama Uchiha Sasuke.

"Buat apa aku ingat dia lagi." Sakura meruntuk kesal. Dia lelah menjadi gadis lemah yang selalu menangisi seorang cowok brengsek tukang balas dendam. Setetes air mata mengalir turun tanpa bisa ia tahan. Ia marah. Marah pada dirinya yang lemah.

Sakura cepat- cepat menghapus air matanya, sebelum air mata yang lain turun. Ia beranjak dari posisi duduknya, membuka tirai jendela kamarnya yang berwarna baby pink, memandang kegelapan malam yang hanya ditemani beberapa sinar kecil bintang- bintang dan cahaya pucat bulan. Ia menghela nafas panjang.

"Biarkan semua mengalir deh." Sakura tersenyum tipis. Entah apa artinya senyum itu.

.

.

"Mulai saat ini kita akan menjalani kehidupan kita masing- masing." Kata Sasuke pada anggota Tim Hebi lain.

"Ta.. tapi, Sasuke-kun.." Suara centil Karin terdengar keberatan, "Kenapa harus berpisah?"

"Tim Hebi memang dibuat untuk mencapai tujuan masing- masing." Sasuke berkata dingin. "Tujuanku sudah tercapai, saatnya untuk mencapai tujuanku yang kedua."

"Aku rasa apa yang dibilang Sasuke benar." Suigetsu membela. "Baiklah kalau begitu, Sasuke, Karin, Juugo, aku pergi dulu. Sampai jumpa." Ia pergi meninggalkan 3 temannya yang lain.

Juugo, tanpa banyak bicara, mengikuti apa yang dilakukan Suigetsu, tapi ke arah yang berlawanan. Lagipula ia sudah bisa mengendalikan kekuatannya. Tak ada gunanya juga dia berlama- lama di sana.

Sasuke berjalan meninggalkan tempat itu, meninggalkan Karin yang masih belum bisa menerima kenyataan.

-

-

Aku pasti akan membangun lagi klan Uchiha.. denganmu..

.

To Be Continueedd..

Aduhh.. entah setan apa yang merasuki saya, sampai saya bikin fic kayak giniii. Shoujo-manga banget nggak sihh?? Tapi akhirnya saya post jugaa, biarin deeh, buat nambah- nambah fic. Hhe.

Saya tauu.. ini fic sangat OOC.. karena author yang nulis geblek sihh. Harap maklum yeaa.

Yah semoga fic saya kali ini nggak ancur- ancur banget yeaa. Saya sudah berusaha. Dan kalau jelek, kemungkinan akan saya hiatus-kan dan saya hapus dari peredarann.

Buat para senpai and readers.. mohon reviewnya yaa. Untuk memperbaiki karya saya berikutnyaa.. okay?? hhe.

Cheers!

Love, kakkoii-chan