Dark and Snow

Chapitre 1

Author : Dark Aphrodite

Disclaimer : Bleach punya Tite Kubo dan lagu Snow Planet milik Two-Mix.

Summary : Saat aku menyadarinya, garis takdir telah mengubah segalanya. Mengambilnya dari sisiku. KaienRuki.

Rating : T

Pairing : KaienRuki

Ayo, kita mulai cerita!


Looking like soft stardust

A newborn snowflake

The night sky that I see through my goggles is

A dazzling snow time planet

Kota Karakura...

Warna hitam ebony mewarnai langit kota itu. Hanya hitam, tak ada aksen cahaya bintang yang biasa menemani dan memperindahkannya. Hembusan angin pelan dari segala arah beradu, menimbulkan gemersik diantara daun pohon-pohon. Jika kita benar-benar mendengarkannya, simponi angin dan daun-daun itu terdengar sangat indah. Irama yang mungkin tidak bisa dinyanyikan oleh siapa pun.

Seorang gadis berambut hitam yang bisa dibilang agak pendek berdiri di samping lampu bertiang hitam, bergaya Eropa. Ia tidak beranjak selangkah pun walaupun angin malam terus menerus menusuk pori-pori kulitnya yang halus. Sesekali ia memeluk mantel pink yang ia kenakan. Pandangannya terus menatap ke arah jalan dihadapannya yang tak pernah sepi dari hiruk pikuk orang maupun kendaraan. Seolah ia berharap akan ada seseorang diantara keramaian itu yang menghampirinya.

Hup! Sebuah butiran putih jatuh di pipinya, menimbulkan sebuah sensasi dingin yang unik. Ia menengadahkan wajahnya ke atas dan tersenyum. Salju, salju sudah turun. Butiran putih lembut yang melambangkan kesucian, yang selalu ia tunggu kehadirannya selama satu tahun.

"Rukia!" teriak seorang cowok dari jauh.

Gadis itu mencari sosok yang memanggilnya. Dari jauh, ia melihat sesosok cowok berlari mendekatinya. Cowok berambut hitam berantakan yang bisa dibilang memiliki ketampanan diatas rata-rata. Cowok itu mengenakan jeans biru tua dengan kaos hitam bertuliskan 'Darkness', tak lupa dengan mantel yang juga berwarna hitam. Pokoknya, cowok itu terlihat begitu keren.

"Maaf, aku terlambat!" ucapnya terengah-engah.

Rukia tersenyum. "Tidak apa, Kaien-nii!"

"Kau sudah lama menungguku?" tanyanya.

"Tidak, aku juga baru saja datang kok!" jawab gadis itu. Sebenarnya dia sudah menunggu selama dua jam. Tapi, tak apalah, toh yang ditunggu sudah datang.

"Tadi Ibu menyuruhku menemani Ganju selama dia berbelanja. Awalnya aku ingin menolak, tapi Ibu menngeluarkan puppy eyesnya. Aku kan lemah dengan tatapan itu!"

Rukia tertawa pelan.

"Padahal aku yang mengajakmu, tapi malah aku yang terlambat! Uuh! Aku ini payah!" Kaien menghela napas panjang.

"Sudahlah, aku juga tidak terlalu mempermasalahkannya. Bukankah sekarang Kaien nii sudah datang?" Rukia menatap Kaien dan tersenyum manis.

Blush! Mendadak wajah Kaien menjadi semerah tomat.

"Eh? Kaien nii sakit? Kok wajahnya merah?"

"Ee…….. Aku baik-baik saja, Rukia!" Ia memalingkan wajahnya agar Rukia tidak tahu wajahnya yang semakin memerah.

"Kau tahu tempat yang bagus untuk membeli itu, Rukia?" tanya Kaien untuk mengalihkan pembicaraan.

"Aku tahu kok. Kaien nii. Aku sudah beberapa kali kesana. Terakhir kali, waktu aku membeli kado untuk Hisana nee-chan. Aku yakin Kuukaku pasti senang dengan pemberian Kaien nii!"

"Rupanya, tidak salah aku mengajakmu!" Kaien menyunggingkan senyumnya.


Warna putih salju menghiasi hampir semua bagian toko "Snow White" toko yang menjual pernak pernik cewek. Yang dijual, tentu saja seperti boneka-boneka lucu, kalung, anting-anting, gelang, yah pokoknya aksesoris cewek. Jadi, jangan harap kita menemukan mainan robot atau segala sesuatu yang bergaya punk.

"Kaien nii, ini tempatnya!" kata Rukia.

Swaetdrop besar muncul di kepala Kaien. Bayangkan, saat ini ia masuk ke sebuah toko yang bergaya cewek banget. Bahkan, saat pertama menginjakkan kaki di toko ini, ia sudah merasakan ada banyak aura cewek yang siap menerkamnya. Aura sama yang ia rasakan jika fans-fansnya mendekat. Ia bergindik ngeri, apakah ia bisa keluar dari tempat itu dengan selamat?

"Kaien nii!!!" panggil Rukia sambil memegang bahunya. Ia tersadar dari lamunannya." A… Apa?"

"Katanya mau membelikan kado untuk Kuukaku! Ayo!" ajak gadis itu.

Ia melihat sekeliling toko. Cewek banget. Ia langsung ingat akan kepribadian adiknya, Kuukaku. Dia kan tomboy, apa dia mau menerima kado yang amat feminim? Seingatnya, di kamar adiknya itu sama sekali tidak ada barang yang menunjukkan identitasnya sebagai cewek. Tidak ada boneka satu pun (semuanya sudah ia buang ke tempat sampah), yang ada malahan pernak-pernik sepak bola, basket, dan yang membuatnya sedikit ngeri adalah foto besar adiknya yang bercosplay mirip preman sambil membawa katana panjang dan disampingnya (entah cuma acting atau kenyataan) ada kira-kira 8 cowok babak belur yang bertumpuk seolah kalah dengan kemampuan Kuukaku. Benar-benar tidak terlihat sebagai cewek kan?

"Kaien nii…."

"Eeee…."

"Aku tahu kok apa yang Kaien nii pikirkan. Kuukaku kan tomboy, apa dia mau menerima barang-barang yang sefeminim ini. Iya kan? Aku tahu kok, barang yang mungkin disukai Kuukaku."

Dari belakang, ia memandang Rukia dengan tersenyum. Hebat benar gadis ini! Dia selalu tahu apa yang ia rasakan. Yah, pada dasarnya memang hanya Rukia yang mengerti perasaannya. Dia berbeda dengan fans-fansnya yang agresif dan mengerikan. Dia selalu tersenyum hangat dan selalu menemaninya jika ia ada masalah.

Mungkin karena itu, ia menyukainya….

Tunggu! Suka? Apa benar ia menyukai Rukia? Memang hanya gadis itu yang dapat memahami perasaannya yang bagi sebagian orang terlalu rumit. Memang dia terkadang, ah tidak bukan terkadang lagi, tapi sering tiba-tiba mengingatnya. Dia juga selalu ingin melindungi gadis itu dari segala hal yang membahayakannya, tapi apakah semua itu berarti bahwa dia menyukai Rukia? Bisa saja kan, dia merasa seperti itu karena dia menganggap gadis itu sebagai seorang adik, sama seperti Kuukaku. Lalu, bagaimana dengan perasaan marah yang tiba-tiba hinggap saat ia melihat gadis itu berbicara dengan teman cowoknya?

Benarkah hanya sekadar adik-kakak?

"Kaien nii, coba lihat ini!"

Dia mengalihkan pandangannya ke sesuatu yang ditunjuk Rukia. Sebuah kalung dengan mendel berbentuk lingkaran kecil yang didalamnya berukir sebuah ornament, mirip dengan seni kerajinan perak Bali. Ornament yang detail, yang menimbulkan kesan tersendiri bagi yang melihatnya, serta di tengah lingkaran itu terdapat permata kecil yang sengaja dipotong asimetris. Lalu, sekilas ia juga melihat sebuah kalung dengan mendel berbentuk salju, sederhana, tapi juga indah.

"Bagaimana?"

"Ya, aku juga suka! Kita beli yang itu saja!"


"Rukia, salju sudah turun!" ucap Kaien sambil menatap langit.

"Iya, benar-benar indah. Seolah-olah langit menebar kesuciannya sendiri," jawab Rukia. Gadis itu menjulurkan tangannya dan butiran-butiran salju perlahan mengisi tangannya. Ia tersenyum ke arah langit.

Tanpa ia sadari, Kaien menatapnya. Ya, memang indah, tapi menurutku senyummu yang lebih indah. Senyummu yang bisa menghangatkan. Mungkin memang benar kalau aku menyukainya. Bagaimana bisa selama ini aku tidak menyadarinya?

It seems like we're flying to the end of the sky

Using the slope as a runway

The icy wind dances - snowy snowy world

Even the shooting stars turn into snow

Decorating the world beautifully

The snowy planet where you, who I like best, were

Show me the snow blowing to the end of the sky

It's like the first time I ever slept

May it deliver my feelings to you - snowy snowy world

What universe are you traveling through

On this shooting star that carries only you?

The snowy planet where you, who I like best, were

I'm flyin' I'm flyin'like a lonely angel

I miss you I miss you so I love you love you

"Rukia…."

Rukia berbalik ke arah Kaien. "Ada apa, Kaien nii?"

Kaien berjalan mendekatinya, lalu ia mengambil kotak kecil yang ia simpan di sakunya. "Ini untukmu!"

Gadis itu menatap Kaien dengan tatapan bingung hingga akhirnya ia mengalihkan pandangannya ke kotak mungil yang ada di tangan Kaien. "Untukku?"

Kaien tertawa pelan. "Ya, untukmu. Memang untuk siapa lagi?"

"Tapi, Kaien nii…"

Jari Kaien menyentuh bibir Rukia. "Aku tidak mau mendengar kau menolaknya. Kau harus menerimanya. Ini sebagai tanda terima kasih karena kau mau menemaniku dan juga atas keterlambatanku."

Rona merah berlahan muncul di pipi gadis itu selama beberapa saat hingga akhirnya dia bisa mengendalikan dirinya sendiri. Ia menghela napas pelan.

"Ayo, Buka!"

Tangan mungil itu membuka kotak putih berpita ungu. Di dalamnya, terdapat sebuah kalung dengan mendel berbentuk salju. Sederhana, tapi indah.

"Kupakaikan ya!" tanpa menunggu persetujuan Rukia, Kaien mengambil kalung itu dan memakaikannya di leher Rukia.


Salju turun semakin deras. Jalan-jalan kini dipenuhi dengan tumpukan salju yang mulai menumpuk. Akan tetapi, kondisi dingin seperti itu tidak membuat kota sedikit lebih sepi. Yang ada malahan, suasana kota semakin ramai.

Jika tidak kita amati seksama, kita hanya akan mengira bahwa keramaian itu adalah hal yang wajar terjadi untuk sebuah kota yang hampir tak pernah tidur. Namun, kali ini keramaian terasa berbeda. Bukan sekadar ratusan orang lalu lalang tanpa henti, tapi tanpa banyak orang sadari akan terjadi sesuatu yang mungkin akan mengubah garis takdir beberapa di antaranya.

Ya, garis takdir antara Rukia Kuchiki dan Kaien Shiba. Sebuah dinding penghalang tanpa ujung yang tingginya sama sekali tidak terlihat akan membentang di antara keduanya. Mereka tak akan bisa menghindar.


Yup, chapitre 1 selesai!

Ada yang bisa menebak garis takdir apa yang akan menghalangi mereka?

Jawaban serta kritik dan saran akan ditunggu lewat review! Jangan sungkan-sungkan ya!

Thanks to :

_yaMi Lawliet yang udah memberikan inspirasi untuk adegan yang ada di chapitre 2.

Semua yang udah baca dan review cerita ini.

Kalo ada waktu, r&r fict-ku yang lain ya!