Disclaimer: Masashi Kishimoto (Huf...Kalau NARUTO punyaku, Sakura udah kubuat poligami sama Sasuke dan Naruto haha)

Genre : Romance/Friendship

Friendship : Sasuke-Naruto-Sai-Neji-Shikamaru AND Sakura-Hinata-Ino-Tenten-Temari

Pairing: SasuSaku, NejiTen, SaiIno, NaruHina, ShikaTema

Mohon maaf sebesar-besarnya karena telah mempublish fic gaje ini dengan waktu update yang lamaaaaaa bangeeeet.

Mana semua characternya OOC banget lagi. Hiks...hiks...gomen udah terlanjur nih.

=REVIEW REPLY=

Cake Nightray Vessalius....Iya nih. Fugaku penganggu ya haha.

Green YupiCandy Chan....Ini udah aku update, chapter terakhirnya.

Lawra-chan....Kenapa ya? Saya juga udah lupa sih kenapa nggak jadi haha.

Rye Hikaru....Jawaban pertanyaan kamu, udah ada di chapter terakhir ini kok.

Lady Arlene....Iputz-san....*meluk2 sok akrab* -ditendang- Hehe makasih udah mampir ya ^^.

-cesa-....Hehe senang banget deh, ternyata ada lagi penggemar SasuSaku ^^. Ini udah diupdate kok. Makasih ya.

kakkoii-chan....Hehe nggak apa-apa kok. Santai aja ^^. Iya ini udah diupdate kok.

Aya Kawashiiba....Iya ini udah diupdate kok ^^.

Quinsi Vinsis....Iya ya haha. Nggak ada yang berhasil kencannya.

sho heiji....Yes ada lagi penggemar SasuSaku! *ngelompat kegirangan* Met kenal ya.

Rara Mita....Makasih ya hehe.

Hyori Sagi....Hehe makasih ya.

titania yudistira dinata.....Hehe thanks ya. OK aku akan berjuang.

Makasih banyak udah ngikutin fic ini ^^. Maaf banget udah membuat kalian menunggu selama ini. *siapa yang nungguin?!* -dicincang-

-

-

-

Chapter 7: Solution?

"Jadi—" Sasuke melirik Neji, Naruto, Sai dan Shikamaru bergantian. Penasaran dengan yang dipikirkan teman-temannya itu sekarang, sampai datang bertamu ke rumahnya pagi-pagi begini. Meskipun ini hari minggu, tapi tetap saja kurang sopan kan kalau harus bertamu pagi-pagi ke rumah orang lain. "–untuk apa kalian kemari?"

"Demi masa depan kami." kata Neji sambil tersenyum tipis, tanpa rasa bersalah sama sekali karena telah bertamu pagi-pagi.

'Masa depan?' Sasuke mulai bertanya-tanya sendiri. Sebenarnya apa yang sedang mereka rencana kan sih?

Naruto yang sedari tadi berada di belakang Sai, terlihat tidak sabaran. Dia segera mendekati Sasuke yang masih menatap penasaran pada mereka. "Langsung saja ya. Dimana Sakura-chan?"

Sasuke mulai bertanya-tanya dalam hati. Buat apa mereka mencari Sakura pagi-pagi begini?

-

-

Ternyata kedatangan Neji dan teman-temannya ke rumah keluarga Uchiha adalah untuk meminta bantuan Sakura yang notabene sahabat dekat kekasih mereka. Apalagi sebagai seorang wanita, dia pasti mengerti keinginan dan perasaan sesama wanita.

"Cewek itu akan merasa senang kalau diberi sesuatu yang benar-benar berkesan." Gadis berambut pink itu mencoba memberi solusi yang mungkin akan disukai kekasih mereka. "Nggak perlu barang mahal, yang penting berkesan."

"Contohnya?"

"Ya semacam bunga atau cokelat gitu. Bunga bisa berarti cantik dan cokelat berarti manis." Sakura mencoba memberikan contoh pemberian cowok yang biasanya disukai cewek. "Tapi itu hanya contoh saja sih. Masih banyak yang lebih ba—"

"Aku tidak mungkin memberi bunga padanya. Ino kan sudah punya toko bunga." Sai memotong ucapan Sakura tadi. Dia masih mencoba memahami contoh yang diberikan Sakura. "Trus kalau cokelat, dia bisa jadi gemuk kalau kebanyakan makan." Sai terlihat menimbang-nimbang antara cokelat dan bunga.

Sakura hanya bisa menarik nafas panjang melihat gelagat Sai. "Kan aku tidak bilang harus bunga atau cokelat, Sai. Tapi sesuatu yang benar-benar berkesan." Sakura sedikit menjelaskan tentang kekeliruan Sai. "Berkesan itu bukan berarti memberi benda yang disukai saja, bisa juga seperti memberi sebuah ucapan yang melegakan. Janji misalnya."

"Janji?" Entah kenapa kalau dengar tentang 'janji', Neji dan yang lain jadi teringat dengan seseorang yang sejak tadi bersandar di dekat pintu dan terus memandangi mereka dengan pandangan -kapan kalian pulang?-. Orang yang telah memberi janjinya pada gadis berambut pink di hadapan mereka itu.

"Ya. Seperti janji yang diucapkan Sasuke saat kami masih kecil." Sakura mencoba memberi sedikit contoh nyata yang sudah benar-benar terjadi padanya. Wajahnya terlihat memerah, mengingat janji yang pernah diucapkan Sasuke kecil padanya.

Sasuke melirik Sakura sebentar, lalu mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Dia terlalu malas untuk menanggapi godaan Naruto dan teman-temannya yang sedang bersiul usil padanya.

"Intinya. Berikanlah sesuatu yang benar-benar berkesan buat mereka."

-

-

-

__BHNL SPECIAL Kencan__

Tenten, Temari dan Ino datang ke sekolah karena ajakan kekasih mereka. Mereka tidak habis pikir, apalagi yang direncanakan cowok-cowok itu sampai mengundang mereka ke sekolah pada hari minggu seperti ini. Apalagi sekarang sudah jam 5 sore. Untung saja, tadi penjaga sekolah masih mengijinkan mereka masuk. Hinata tidak ikut karena sepertinya Naruto berencana datang ke rumahnya hari ini.

Tenten yang berjalan paling depan, segera membuka pintu ruangan klub basket cewek. Mereka memang janjian untuk ketemu di ruangan itu sih.

Begitu pintu dibuka. Terlihat Sai sedang memain-mainkan gulungan kertas yang sedari tadi dipegangnya dan Shikamaru hanya duduk diam sambil menyadarkan tubuhnya di kursi.

Neji tersenyum tipis sambil mendekati Tenten.

KLIK

Setelah sampai di depan Tenten, Neji mematikan lampu yang saklarnya terletak di dekat pintu yang dibuka Tenten. Ruangan klub jadi gelap sekarang.

"Ap—" Tenten hampir saja memprotes tindakan Neji, tapi terhenti saat melihat cahaya kehijau-hijauan dari langit-langit ruang klub mereka. "Bintang?" Tenten memandang nggak percaya dengan pemandangan yang terjadi di depan matanya sekarang. Ada bintang di ruang klub mereka?

KLIK

Lampu sudah kembali dinyalakan Neji. Ternyata bintang yang tadi dilihat Tenten adalah bintang plastik yang ditempel di langit-langit ruang klub mereka. Bintang itu akan terlihat lebih terang saat berada di tempat gelap.

Neji menyandarkan tubuhnya di samping Tenten, lalu memperhatikan bintang-bintang buatan yang ditempelinya di langit-langit ruangan itu. "Aku tidak pernah peduli ada berapa banyak bintang yang bertaburan di dunia ini." Sambil tersenyum tipis, pemuda itu mengalihkan perhatiannya dari bintang-bintang itu dan menatap Tenten lembut. "Karena bagiku, hanya ada satu bintang yang akan selalu kujaga."

Tenten masih terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar tidak tahu harus ngomong apa sekarang. Belum sempat dia berpikir apa benar ini Hyuuga Neji pacarnya?. Sebuah pelukan hangat dari pemuda itu sudah mendarat padanya. "Tenten." Pemuda itu berbisik pelan. "Tetaplah menjadi bintangku." bisiknya pelan.

Tidak butuh waktu lama bagi Tenten untuk mengiyakan permintaan Neji. "Tentu saja." Tenten berkata sambil tersenyum senang dalam pelukan hangat Neji.

Ino dan Temari tertawa kecil melihat pemandangan di hadapan mereka. Ternyata seorang Hyuuga Neji bisa romantis juga ya.

-

'Syukurlah Tenten.' batin Ino senang. Senang karena salah satu teman baiknya bisa mendapatkan kebahagiannya kembali. Walaupun sejujurnya, dia merasa sedikit iri karena Neji bisa bersikap seromantis itu pada Tenten. Mungkin dia harus menunggu cukup lama untuk bisa merasakan perasaan seperti yang dirasakan Tenten saat ini.

Sai mendekati Ino yang masih tersenyum sambil memperhatikan kemesraan Neji dan Tenten. "Ino." panggil Sai lembut.

'Eh?' Ino menatap Sai penasaran. Mungkinkah....mungkinkah dia tidak perlu menunggu lama untuk merasakan kebahagian seperti yang dirasakan Tenten sekarang.

Saat pandangan Ino sudah beralih padanya. Sai memberikan gulungan kertas yang sejak tadi digenggamnya.

"Untukku?" tanya Ino sambil menerima gulungan kertas itu. Sai hanya mengangguk mengiyakan. Tanpa diminta lagi, Ino langsung membuka gulungan kertas yang diikat dengan pita kecil itu.

Gulungan kertas itu berisi lukisan Sai yang dibuat khusus untuk Ino. Ino terlihat sangat cantik di lukisan itu. Bunga-bunga bertaburan di sekitarnya. Sai terlihat duduk di samping Ino sambil tersenyum.

"Aku tidak ingin, semua kenangan kita berakhir begitu saja." Sai berkata pelan sambil tersenyum. Kali ini, dia tersenyum dari lubuk hatinya yang terdalam. Bukan senyuman palsu yang selalu dia pasang sebelum mereka jadian.

"Sai..." Ino menatap Sai lurus. Kejujuran terlihat jelas dari sorot mata pemuda itu.

Sai tersenyum lagi. "Mulai sekarang, kamu yang tentukan tempat kencan kita ya." bisiknya pelan.

Ino senang mendengarnya. Akhirnya Sai mengerti juga dengan perasaannya selama ini. Segera dipeluknya kekasihnya itu dengan erat. "Aku sayang kamu, Sai." bisik gadis berambut pirang itu.

-

Temari terus menatap heran pada Sai dan Neji. Kesambet setan apa mereka sampai bisa berubah seperti itu. Tapi dalam hatinya gadis itu terus bersyukur karena akhirnya Tenten dan Ino bisa tersenyum lagi.

Diliriknya ke arah Shikamaru yang masih duduk malas di kursinya. "Hei! Bisakah kamu seperti mereka?" sindirnya.

Shikamaru meninggalkan kursinya, lalu berjalan pelan mendekati Temari. "Aku punya sesuatu untukmu." Shikamaru berkata sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Sepertinya hendak mengambil sesuatu dari dalam sana.

Temari mulai menerka-nerka benda yang akan diberikan Shikamaru padanya. Mungkinkah sesuatu yang lebih indah dari bintang buatan yang diberikan Neji pada Tenten? Atau lebih cantik dari lukisan Sai untuk Ino?

Shikamaru meraih tangan Temari, lalu meletakkan benda yang diambil dari sakunya di tangan gadis itu.

"Eh?" Temari menatap nggak percaya dengan yang diberikan Shikamaru padanya. Dilihat dari sudut manapun, benda itu tidak bisa dikatakan hadiah terbaik untuk pacar. Dan tentu saja, sangat jauh dari kata 'berkesan'. "Tusuk gigi?" Dan saat itu juga, hancur sudah harapan Temari untuk bisa mendapatkan hadiah seperti yang diterima Ino dan Tenten.

Shikamaru hanya tersenyum kecil melihat Temari sedang memandang kesal pada hadiah pemberiannya. "Kau boleh menusukku dengan itu jika aku tertidur saat kita sedang bersama." Sebuah penjelasan singkat datang dari pemuda berambut nanas itu.

"Dasar, Shika." Temari tertawa kecil dan langsung memberikan pelukan hangat pada kekasihnya itu.

-

-

__BHNL SPECIAL Kencan__

Hiashi menatap Hinata dan Naruto bergantian. "Bukankah sudah kukatakan. Aku tidak setuju anakku pacaran dengan orang yang lebih memilih ramen ketimbang dia." Sindir Hiashi. Sedikit mengingatkan Naruto tentang penolakannya waktu itu. Lagian nggak lucu kan kalau yang disimpan Naruto di dompetnya, bukan foto Hinata, tapi foto ramen.

Naruto menelan ludah, seakan dengan begitu dia bisa sedikit menghilangkan kegugupannya. "Paman, mungkin aku memang tidak bisa mengambil keputusan dengan tepat. Tapi aku janji, akan selalu membahagiakan Hinata." Ucapnya tulus.

Hiashi terdiam mendengarnya. Dia masih terlalu syok sampai tidak bisa berkata apa-apa. Apa benar ini pemuda urakan yang kemarin datang meminta restu padanya? Pemuda yang lebih memilih ramen ketimbang anak gadisnya yang merupakan penerus keluarga Hyuuga itu?

Jangankan Hiashi, Hinata saja yang pacarnya, hampir pingsan melihat Naruto seperti ini. Sejak kapan Naruto bisa berpikiran sedewasa itu? Apa kepalanya baru saja terbentur sebelum ke sini?

Hiashi dan Hinata mulai bertanya-tanya dalam hati.

Naruto menundukkan wajahnya. Diam-diam, dia membaca lanjutan contekan yang ditulis Sakura dan Neji untuknya. Setelah lanjutannya terhafal, Naruto segera mengangkat lagi wajahnya. "Aku janji, paman. Kalau nanti aku menikah dengan Hinata, salah satu anak cowok kami akan membawa marga Hyuuga." Hiashi langsung tersenyum puas mendengarnya.

Diam-diam Naruto terus menggerutu dalam hati 'Neji sialan! Kenapa dia tulis seperti ini sih? Bagaimana dengan Namikaze dan Uzumaki coba?' Diliriknya Hinata yang sedang malu-malu sambil memainkan jarinya seperti biasa. 'Sepertinya kami memang harus membuat 3 anak cowok sekaligus.' batinnya pasrah sambil menarik nafas panjang.

"Baiklah. Aku setuju kau pacaran dengan Hinata." Sebuah ucapan melegakan keluar dari mulut Hiashi. Akhirnya Naruto dan Hinata bisa sedikit menarik nafas lega sekarang.

Sambil tersenyum tipis, Hiashi meninggalkan ruangan itu.

Setelah Hiashi berlalu dari sana, tanpa diminta lagi, Naruto langsung memeluk Hinata erat.

"Syukurlah, Naruto-kun." bisik Hinata dalam pelukkan hangat Naruto.

-

-

__BHNL SPECIAL Kencan__

Sasuke terlihat sibuk memeriksa jendela dan pintu rumahnya dengan teliti. Sebelum bergegas untuk tidur, ada baiknya dia memeriksa keadaan rumahnya agar tidak kerampokan. Biasanya Itachi yang melakukannya. Tapi karena pemuda itu sedang menemani ayah dan ibunya mengikuti pertemuan keluarga di Kyoto, jadi sekarang Sasuke yang menggantikan tugasnya. Karena mendadak, mereka jadi tidak ada persiapan sama sekali.

Sebenarnya Fugaku tidak mau meninggalkan Sasuke dan Sakura sendirian. Apalagi mereka baru bisa kembali besok, itu pun kalau tidak ada acara keluarga lagi di sana. Ya mau tidak mau dia harus belajar untuk percaya pada anaknya sendiri. Tapi sebelum meninggalkan rumah keluarga Uchiha dan menuju ke Kyoto, Fugaku bersumpah, akan membunuh Sasuke kalau sampai hadiah yang diterima mereka saat pulang dari Kyoto adalah kehamilan Sakura.

"Sasuke." Gadis berambut pink itu mendekati kekasihnya sambil tersenyum. Gadis itu baru saja selesai membereskan sisa makan malam mereka.

"Hn?"

"Ng...anu...sekarang kan kita cuma berdua, jadi —" Ucapan gadis itu terhenti. Wajahnya berubah merah, mengingat dia cuma berdua dengan Sasuke saat ini.

"Benar juga. Ini kesempatan." potong Sasuke sambil tersenyum tipis. Pemuda itu mendekati Sakura yang sekarang tampak begitu gugup di hadapannya.

'Kesempatan?' Sakura terdiam. Masih berusaha mencerna ucapan Sasuke barusan. Padahal kan tadi dia cuma mau ngomong, Ng...anu...sekarang kan kita cuma berdua, jadi mau nggak kamu temanin aku nonton drama yang dikirim ibuku? Sakura tahu pasti, Sasuke nggak akan mau menemani dia nonton kalau ada Itachi. Bisa diledek habis-habisan tuh. Padahal diam-diam Itachi juga suka nonton kok. Biasanya gadis itu selalu nonton berdua dengan Mikoto.

Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Benar-benar dekat sampai mereka bisa mendengar suara debaran jantung pasangan mereka. Sakura benar-benar paham maksud ucapan Sasuke saat sebuah kecupan hangat mendarat di bibirnya. Jadi ini yang dimaksud Sasuke dengan kesempatan?

Sekarang mungkin adalah saat-saat yang sudah lama dinantikan pasangan ini. Saat dimana mereka hanya berdua dan bisa melakukan apapun tanpa takut mendengar bentakan Fugaku. Eh tunggu dulu! Apapun? Sampai adegan yang di atas ranjang itu juga?

Sakura mulai berpikir-pikir yang tidak-tidak. Wajahnya makin memerah sekarang. Ini karena terlalu sering nonton drama sih. Sakura sering nonton drama berdua dengan Mikoto, mulai dari drama percintaan remaja sampai drama percintaan sepasang suami istri.

Sasuke berhenti mencium Sakura. Ditatapnya gadis itu yang sedang terlihat begitu gugup padanya dengan wajah yang sudah sangat merah.

Sasuke mengelus lembut rambut Sakura, lalu berkata "Kita masih SMA, Sakura. Jangan berpikir yang tidak-tidak." kata pemuda itu, seakan bisa membaca pikiran Sakura.

"Hehe maaf." Gadis itu tertawa kecil sambil memeluk erat kekasihnya. "Aishiteru." bisiknya pelan.

TOK....TOK....

Suara ketukan pada pintu rumah, menghentikan 'kesibukan' pasangan ini.

-

-

Neji sedang membantu Tenten menyeleksi formulir pendaftaran yang harus diisi oleh anggota baru klub basket cewek. Besok adalah waktu seleksi anggota baru klub basket, jadi semuanya harus selesai malam ini.

Temari sedang menonton film romantis yang dipinjamkan Ino. Shikamaru berada di sampingnya sambil sesekali melirik kesal pada tusuk gigi yang sedang dipegang Temari.

Ino terus memberi masukkan pada gambar yang sedang diselesaikan Sai. Sebuah gambar tentang kisah cinta mereka yang berawal dari benci dan berakhir menjadi cinta.

Naruto terlihat sibuk mengambil berbagai macam minuman dari dalam lemari es. Hinata membantu menyiapkan gelas. "Teme, apa tidak ada minuman lain selain jus tomat?" Tampaknya keluarga Uchiha memang pecinta tomat ya. Buktinya isi lemari es mereka terisi penuh dengan jus tomat.

"Entahlah!" Sasuke menjawab asal. Dia kesal banget karena teman-temannya itu datang bertamu malam-malam begini. Apa mereka tidak puas sudah datang tadi pagi ya?

Sakura hanya bisa pasrah melihat rumah keluarga Uchiha sudah ramai lagi sekarang. Padahal tadi dia hanya berduaan saja dengan Sasuke. Mungkin ini hukuman karena dia sempat berpikir yang aneh-aneh tadi.

"Jangan marah dong." Temari tersenyum, mencoba menenangkan Sasuke yang sedang menatap mereka dengan aura membunuh. "Sebenarnya kami kesini untuk berterima kasih pada kalian."

Sakura melirik Sasuke sebentar, lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Temari dan yang lain. "Tapi kami akan sangat terbantu kalau kalian membiarkan kami berdua saja saat ini." kata gadis itu jujur. Berharap teman-temannya akan memahami perasaan mereka sekarang.

"Jangan begitu dong, Sakura." Ino mendekati Sasuke dan Sakura yang sedang duduk berdampingan, meninggalkan Sai yang masih sibuk dengan gambarnya. "Kan kami kesini untuk melindungimu." kata Ino seraya duduk di tengah-tengah Sasuke dan Sakura. Menjadi pemisah di antara mereka.

"Melindungi?" Sakura menatap bingung pada Ino. Dia masih belum bisa mengerti maksud perkataan temannya itu.

"Kalau cowok dan cewek berduaan saja malam-malam, bisa muncul setan loh." kata Tenten mengingatkan. Neji hanya tersenyum tipis mendengarnya. "Setan penggoda." lanjutnya, lalu menenguk teh hangat yang disiapkan Sakura untuk mereka.

"Iya. Kalian setannya." sela Sasuke kesal. Sakura jadi tertawa kecil mendengarnya.

Tanpa rasa bersalah sama sekali karena telah mengganggu pasangan ini, Ino berkata "Karena itu, untuk menjaga hal yang tidak diinginkan. Kami memutuskan untuk menginap di sini malam ini!" serunya lantang, diikuti anggukkan yang lain.

"Eh?"

"Semua persiapan sudah kami siapkan. Termasuk seragam sekolah kami." Naruto melanjutkan. Tanpa peduli akan reaksi Sasuke dan Sakura terhadap keputusan mereka.

OK cukup sudah. Habis sudah kesabaran Uchiha Sasuke. Setelah penantian panjang, masa sih dia tidak bisa menikmati waktu berdua dengan Sakura.

"PULANG SANA!" bentak pemuda itu kesal.

-

-

-

~THE END~


Sejujurnya aku selalu berusaha membuat porsi yang sama untuk setiap pairing. Tapi susah juga bikin supaya adil semua ya. Jadi maafkan saya, jika ada pairing kesayangan kalian yang adegannya kurang ya. Apalagi masalah mereka kan berbeda-beda. NejiTen, SaiIno dan ShikaTema, masalahnya terletak pada mereka sendiri kan. NaruHina dan SasuSaku, masalahnya terletak pada restu dan kepercayaan orang tua mereka.

Lega banget rasanya melihat fic ini tamat juga ^^. Susah juga ya bikin 5 pairing sekaligus haha. *baru nyadar*

Oh iya, sejujurnya aku nyesal banget sudah mempublish fic ini. Habisnya Between Hate and Love yang pertama kan udah OOC banget, alur kacau, kurang tanda baca, cerita gaje, dll gitu. Seharusnya sih, fic itu sudah menghilang dari peredaran. Maaf banget ya udah ngotorin ffn dgn fic2 gaje aku.

Aku pernah dihadapkan pada dua pilihan, antara menghapus atau tidak melanjutkan fic ini. Tapi syukurlah sekarang aku berhasil menamatkannya haha.

Terima kasih banyak atas dukungan kalian selama ini ^^.

REVIEW?