Pertama, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk para author yang berbaik hati meninggalkan review nya untuk cerita saya yang agak gak jelas ini...menunduk dalam2

pink-violin: Kamu sudah mendapatkan kehormatan dengan mereview ficku yang pertama kali!! Dan kamu juga review untuk chap.2!! Ini dia chapter tiganya!

Cantik-Chan: oke, udah diupdate!

.SKManiac.ish.na-chan.: lain kali kutulis na-chan aja kali ya...panjang banget. Iya, aku udah baca ficmu yang GaaSaku...keren deh, nulis pake bhs. Inggris...aku mah berakhir dengan flame terus menerus. Hm, soal humor..masalahnya aku orangnya garing;; tapi kalo na-chan mau sumbang humor, silahkan!

shinoda katsuyu: kalo gitu mah jadi crossover atu, mbak :D emang sasuke setan beranak tuh. Aku dapat ide fic ini habis baca The Jailer (fanfic SasuHina di section bahasa Inggris. Emo dan DARK banget, tapi COOL) Nejiten selalu dapat porsiiii..

bluemoon2712: oke..

funsasji1: aku juga berharap demikian;D. tapi nanti tergantung keputusan Hinata, lho...(evil snickers)

EnMA-chan: langka kaan?? soalnya pingin refreshing, sih, dari kemaren nulis shikatema melulu (bukan berarti aku nggak suka shikatema!!)

BiA AuLia: Oke, udah diupdate! Berdo'alah demi keselamatan Hinata kita!

Naruto berlari menembus hutan dengan tergesa-gesa. Karena marah, cakra kyuubi nya keluar. Meski Naruto tidak tahu Hinata kemana, sebelum Naruto pergi lebih jauh Shizune memberitahu bahwa lebih baik Naruto mencari Neji dan timnya yang berhasil melacak jejak Hinata dan penculiknya. Dengan begitu, Naruto tidak perlu nyasar kesana-kemari dengan tidak jelas. Naruto menggigit bibirnya. Kalau saja tadi dia tidak membiarkan Hinata pergi sendirian ke bukit, hal ini pasti tidak akan terjadi..

Tunggu ya, Hinata...Kau pasti kuselamatkan!

-----------------

Hari ketiga diculiknya Hinata, sekarang ikatan di tubuhnya sudah dilepas. Dia diberi ruangan tersendiri, meski lebih kelihatan seperti penjara daripada kamar. Hanya ada satu jendela kecil, dan itu tinggi sekali. Kamar Hinata dilengkapi satu meja baca, satu kursi, dan satu tempat tidur. Karena baju Hinata kotor, Sasuke memberi Hinata sebuah kimono merah yang panjang. Oh, iya, kadang-kadang, saat waktu makan, Suigetsu datang mengantar makanan sambil mengajak Hinata mengobrol. Awalnya, Hinata takut, tetapi ternyata Suigetsu orangnya tidak terlalu seram seperti Sasuke. Hinata pun bicara sedikit-sedikit dengannya.

"Eh, Hinata-chan, Konoha itu tempatnya bagus, kan?" tanya Suigetsu suatu hari, dia duduk di lantai bersama Hinata. Hinata mengangguk pelan. Bawahan Kimononya yang panjang melebar di lantai dengan indah.

"Aku heran, kenapa Sasuke mau meninggalkan tempat itu. Tapi, yah, semua orang punya tujuan masing-masing. Aku pun begitu. Karin dan Jugo juga sama,"

"Suigetsu-san...kenapa kau bergabung dengan Uchiha-kun?" tanya Hinata. Ini adalah hal yang ingin ditanyakan Hinata sejak kenal dengan Suigetsu. Orang seperti Sasuke, kenapa bisa mendapat pengikut yang setia? Bila itu Naruto, mungkin Hinata akan percaya.

Suigetsu menyandarkan kepalanya di pundak, dan melipat lututnya.

"Kenapa ya, Hinata-chan...? Sepertinya kau harus berhenti membandingkan Sasuke dengan seseorang yang lain,"

Muka Hinata memerah, "Maafkan aku, aku tidak bermaksud--"

Suigetsu tertawa, "Aku hanya bercanda, tahu. Kau ini manis sekali, sih, Hinata-chan. Aku bergabung dengan Sasuke karena...ketika aku melihatnya, aku merasakan, 'ah. orang ini. Orang yang paling bisa mengerti kami.' begitu. Lagian, Karin ngebet banget sama dia,"

Hinata memandang Suigetsu dengan tatapan kagum. Suigetsu...mirip dengan Hinata. Mencari sosok yang bisa mengerti mereka.

Suigetsu memberikan Hinata sebuah buku bersampul cokelat yang sudah agak rusak sampulnya.

"Hinata-chan, ini buku kesukaanku. Kalau kamu mau, baca saja,"

Hinata menerima buku itu dan membaca sampulnya, the Waltz

"Kembalikan kapan saja kau suka. Sudah, ya, aku pergi dulu," Suigetsu bangkit dan menutup pintu kamar Hinata. Butuh waktu bagi Hinata untuk menyadari bahwa Suigetsu tidak pernah mengunci kamarnya. Karena penasaran, meski takut, Hinata memeluk buku Suigetsu dan mengintip keluar ruangan. Lorongnya panjang dan kosong. Pelan-pelan, Hinata keluar dan menutup pintu kamarnya. Sebisa mungkin Hinata menyembunyikan auranya dan berjalan tanpa suara.

Tiba-tiba, terdengar sebuah langkah kaki.

"Suigetsu! Suigetsu!"

Hinata mengenalinya sebagai suara Karin. Karena terburu-buru, mungkin bahkan Karin tidak menyadari adanya Hinata. Gadis berkacamata itu menghampiri Suigetsu yang sedang berjalan menuju kamarnya.

"Aku dengar dari Jugo, sepertinya kamu akrab sekali dengan gadis Hyuuga itu," kata Karin dengan nada tidak suka. Suigetsu menyandar pada tembok.

"Kenapa? Kau punya masalah dengan itu?" tanya Suigetsu dingin. Hinata tidak pernah mendengar Suigetsu berbicara dengan dingin ketika bersamanya.

"Aku tidak suka," kata Karin, tidak kalah dingin, "Kau tahu aku membencinya. Dia hanya pengganggu. Kalau saja dia tidak punya byakugan--"

"Ah, Karin," Suigetsu tiba-tiba berjalan menuju tembok tempat Hinata mengintip, "Tidak sopan bilang begitu di depan tuan putri," kata Suigetsu sambil menarik tangan Hinata keluar. karin terkesiap. Dia tidak menyangka ada Hinata karena terfokus pada Suigetsu.

"Cih," Karin memandang Hinata dengan kesal, "Jangan merasa senang karena kau dipilih Sasuke, ya, karena aku juga dipilihnya!" dan gadis berkacamata itupun pergi begitu saja.

"Dasar, apa menurutnya aku dan Jugo tidak dipilih oleh Sasuke?" gumam Suigetsu. Hinata memandang Suigetsu dengan takut.

"Anu...Suigetsu-san...,"

Suigetsu memandang Hinata, "Hinata-chan," katanya, "Apa kamu lupa kamu punya byakugan?"

Ah.

Suara kecil di hati Hinata. Hinata tiba-tiba merasa sangat bodoh sekali.

"Aku merasa tidak perlu mengunci pintu kamarmu karena toh, kau punya byakugan. Kupikir, kau sudah menganalisa seluruh tempat ini, bahkan merencanakan untuk kabur," jelas Suigetsu. Muka Hinata memerah karena malu. 3 hari ini begitu banyak yang terjadi sehingga bahkan ia lupa kalau punya byakugan. Mungkin besok dia akan lupa kalau namanya Hinata.

"Sekarang, kembalilah ke kamarmu. Sepertinya hari ini Sasuke dan kami akan pergi," kata Suigetsu, suaranya menjadi ramah, beda dengan waktu dia berbicara pada Karin. Hal ini membuat Hinata sedikit heran. Bukankah seharusnya Suigetsu lebih hangat pada Karin karena gadis itu temannya? Apa mereka berdua tidak akrab, ya?

"Aku menyarankan kau membaca buku itu, ya, Hinata-chan. Pengarangnya adalah pengarang favoritku, raitei85 (a/n.EHM, EHM...UHUKUHUKUHUK!!!)," kata Suigetsu, berjalan beriringan dengan Hinata menuju kamar penerus klan Hyuuga itu.

"raitei85?" tanya Hinata, "Aku belum pernah mendengarnya"

"Dia tidak terlalu terkenal di Konoha, tapi terkenal banget di Kiri dan Suna. Dan, tahu tidak, ada gosip bahwa dia bersaudara jauh dengan pengarang novel ero yang jadi best seller Icha-Icha Paradise!"

Seketika, muncul bayangan Jiraiya dan Kakashi di kepala Hinata. Hinata jadi takut membaca buku itu. Apakah buku ini juga buku mesum? Apa maksud Suigetsu memberikan buku seperti ini!!?! Jangan-jangan itu untuk Hinata dan Sasu---TIDAK!!

"Tapi jangan khawatir. Buku ini buku epik yang bagus. Bukan buku mesum macam begitu, Hinata-chan," kata Suigetsu, membaca kekhawatiran di muka pucat Hinata, "Sekedar memberi tahu, raitei artinya thunder emperor/kaisar petir. 85-nya aku tidak tahu, mungkin ada hubungannya dengan ulang tahunnya, atau umurnya. Tapi aku yakin, kamu pasti menyukainya,"

Hinata mengangguk. Suigetsu membukakan pintu kamarnya.

"Ah, satu lagi," kata Suigetsu sebelum Hinata menutup pintu kamarnya, "Aku yakin, kamu tidak akan kabur. Dan jangan pernah sekalipun mencoba,"

Hinata merinding di bawah tatapan Suigetsu yang lain daripada biasanya. Pintu pun tertutup dengan sendirinya.

Tsuzuku