Hak cipta BoBoiBoy sepenuhnya milik animonsta. Karya ini tidak dibuat untuk kepentingan komersil.

Kalian boleh anggap si OC ini diri pembaca. Pokoknya sesuka kalian sajalah mau menafsirkannya bagaimana.

.

.

.


[Gadis Jamban dan 7 Kurcaci Tampan]

Prolog


Perkenalkan, namanya Latarin. Salah satu murid di SMA Kokotiam. Baru kelas sepuluh semester dua, tapi rasanya ingin pindah sekolah sekarang juga.

Alasannya? Simpel. Saat ini, tak lama setelah nyanyian surga alias bel pulang sekolah berkumandang, Latarin ditarik paksa ke halaman belakang sekolah dan berakhir dipojokkan (lagi). Pelakunya adalah spesies paling berbahaya di sekolah, yaitu penggemar fanatik murid populer.

Latarin sedih, ingin pulang. Perutnya sudah terasa sangat lapar. Tadi siang dia cuma sempat makan kuaci gara-gara dipaksa menemani Solar mengubek-ubek koleksi ensiklopedi perpustakaan. Itu pun makannya sembunyi-sembunyi, sampai berkali-kali tersedak cangkang.

Saking seringnya dilabrak begini, Latarin sampai tak ingat ini repetisi nomor berapa. Kalau tidak salah, ia bahkan pernah dilabrak tiga kali dalam satu hari. Sudah seperti dosis minum obat saja.

"Heh, Cupu, bukannya sudah kami bilang untuk jauhi Kembar Tampan?" Penggemar Fanatik A berbicara. Tangan gadis yang Latarin kira dirasuki iblis itu menepuk-nepuk botol mineral jumbo berisi air hijau. Latarin yakin, isinya adalah air kolam dari rumah kosong di seberang sekolah.

"Jawab! Punya mulut gak!"

Latarin menghela napas. Cewek-cewek ini katarak kali ya? Dikira yang menempel di wajahnya ini apa kalau bukan mulut? Pantat mini?

"Permintaan kalian terlalu mustahil," Mencoba sopan, Latarin menambahkan, "Kak."

"Lu pikir lu siapa, HAH?" Penggemar Fanatik B merampas botol dari si A, langsung mengguyurkannya pada Latarin.

Latarin menikmati guyuran dengan desah nyaman. Lumayan, mandi gratis. Tadi dia bangun kesiangan dan berangkat sekolah cuma sikat gigi dan cuci muka saja soalnya.

"Ini peringatan terakhir! Jauhi Aa Upan!"

Latarin tak kuasa menahan tawa mendengarnya. Sungguh, di telinganya, panggilan spesial para fans untuk Kak Taufan—salah satu murid populer di Yayasan Pendidikan Kokotiam—ini terdengar begitu menggelikan.

"Kau pikir ini lucu, HA? Jauhi juga Halilin Sayang!" timpal Penggemar Fanatik E.

Itu juga. Nama panggilan Halilintar diekori kata "sayang" begitu jadi sedikit menjijikan. Senior galak semacam dia itu pantasnya bukan dipanggil sayang, tapi kuyang.

"Baru masuk saja sok-sokan mendekati cucu yang punya Kokotiam! Tahu diri dong! Jangan pernah mengganggu Gempa lagi!" Penggemar Fanatik C meludahi sepatu Latarin.

Korban diludahi cuma cengengesan sambil garuk pipi. "Duh, gimana ya. Sekali lagi, kakak-kakak yang budiman, permintaan kalian terlalu mustahil."

Melihat gelagat ia akan disembur amukan para nenek sihir lagi, Latarin buru-buru menukas, "Aku gak bisa jauhin mereka! Mereka kakakku! Kita serumah!"

Tolonglah, ya. Minta sesuatu itu yang lebih masuk akal! Masa sih Latarin harus mengusir abang-abangnya biar geng nenek lampir ini puas jiwa raga? Kalaupun bisa, untuk apa juga Latarin memenuhi permintaan mereka? Lah, mereka ini siapanya Latarin? Emaknya saja bukan!

"Jangan menipu! Kami tahu Solar itu adik bungsu Kembar Tampan!"

Nyut. Latarin hanya bisa tersenyum nelangsa menanggapi yang satu itu. Sakit, men, kalau ingat abang-abangnya yang ganteng aduhai itu tidak ada hubungan darah dengannya. Latarin jadi tidak bisa menyombong penuh soal abang tirinya. Secuil sisi insekyur yang ada di dalam dirinya merasa tidak berhak.

"Oi!"

Ah, omong-omong soal abang tiri Latarin, akhirnya mereka datang juga. Tidak nongol kumplit tujuh, sih. Cuma Halilintar, Taufan, dan Gempa sebagai penghuni titel "Kembar Tampan" saja.

"T-Taufan! Ini tidak seperti yang … anak ini menghina Kembar Tampan!" Kaum nenek gayung terlihat panik.

Latarin tersedak menahan tawa. Itu bohongnya terlalu jelas. Sepertinya mereka butuh pelatihan pro dalam upaya ngeles. Mereka harus banyak-banyak berguru pada Blaze!

"Lata kenapa basah begini?" Gempa merampas jaket yang ditenteng Halilintar tanpa mengindahkan protesan sang empunya, langsung memakaikannya pada Latarin. "Ini ada apa?" Suara sang mantan Ketua OSIS SMA-SMK Kokotiam yang biasa ramah dan hangat itu kini terdengar dingin.

"Ya. Apa yang kalian lakukan pada adik kami?" Taufan menggeram. Senyum jenaka yang biasanya permanen menempel di wajah, hilang diganti ekspresi marah.

"A-ADIK? D-dia …."

Latarin menggembungkan pipi. "Sudah dibilang mereka ini kakakku, kalian tidak percaya."

Dalam hati sih anak itu menyumpahi. Rasakan! Huahahaha!

"Jadi? Ada apa ini?" Kali ini, Halilintar yang bersuara.

Wajah-wajah panik tampak memucat. Suara judes Halilintar yang dasarnya sudah seram, semakin terdengar seram karena geram. Rasa kasihan pada para pelabrak mendorong Latarin untuk mendorong kakak-kakaknya berjalan ke arah gerbang. Bisa jadi pembantaian massal ini, kalau Halilintar sampai turun tangan!

"Kuy pulang! Aku lapar!"

Ketiganya mengalah. Mereka mengerti. Pasti ada alasan mengapa Latarin memaksa mereka untuk melepaskan para penggemar yang kelakuannya sudah kelewatan begitu, pada adik mereka pula! Toh, mereka masih bisa menuntut penjelasan besok-besok. Sekarang biar Latarin pulang dulu saja, takutnya dia masuk angin.

Latarin dan masuk angin itu dua kata yang tak boleh bersatu, demi keselamatan hidung penghuni rumah. Kembar Tampan tidak mau rumah mereka dipenuhi aroma kematian. Lagi. Apalagi adik mereka ini sedikit bebal, sengaja buang angin saat ada orang.

Tak sedikit pun mereka tahu, Latarin menyempatkan diri berbalik sejenak hanya untuk mengirim ekspresi pongah dan dua acungan jari tengah kepada tersangka pelabrakannya.

.

.

.


Bersambung


Hai-hai halo, salam kenal! Ini entri pertama saya di fandom BBB. Bagaimana prolognya?

Elemental sibling yang lain akan gentayangan chapter depan. Semoga ini bisa menghibur!

Ada yang penasaran kenapa judulnya "Gadis Jamban ... " ? Cluenya nama Latarin. Chapter depan akan menjelaskannya. So, stay tune!

Kritik dan saran sangat ditunggu.

Sekian terima gaji.

Salam Petok,

Chic White

(PS : Buat pembaca saya dari cerita yang lain, tolong jangan bunuh saya karena malah garap yang baru sementara proyek lama masih terbengkalai awokwokwok. Ini selingan sebagai hiburan biar gak stres garap ori. Sekalian memenuhi dahaga akan asupan ngehe.)