Aku ingin menjadi selimutmu

Merasakan seluruh tubuhmu, setiap inci

Menyekrupmu dibawahku

Mendengarkan kau bernafas

Desahan lembutmu

Saat kau terkesiap

Untukku

"Sakura..." Kakashi menatapnya yang sedang tertidur. Kakashi tidak mengerti kenapa dia tidak bisa berhenti melakukan ini kepada mantan muridnya. Setiap malam dia akan melompat dari satu atap ke atap lain dan berhenti di tempat ini, di rumah keluarga Uchiha, lebih tepatnya di depan jendela kamar Sakura Uchiha, seorang wanita yang sudah menjadi milik orang lain. Kakashi tidak peduli, dia bukan benar-benar orang baik, kan? Dia juga memiliki sisi liar dalam dirinya, sisi lain yang selama ini dia sembunyikan dibalik maskernya. Dia memang seorang pria yang terlihat tenang dan santai, tidak terlihat mencemaskan sesuatu yang berhubungan dengan cinta dan perasaan, tapi itu sama sekali tidak benar. Itu karena Sakura.


Flashback

Kakashi sedang duduk tenang di atas rumput sambil membaca bukunya sampai dia melihat ada seorang anak kecil tidak jauh dari tempatnya, sedang menoleh kesana kemari seperti sedang kebingungan.

"Hai, kau sedang tersesat?" Dia melambai kearah gadis itu. Gadis kecil itu melihatnya dan menghampirinya dengan berlari kecil. "Kau tersesat?" Tanyanya lagi dengan lembut. Gadis kecil itu mengangguk. "Kenapa kau bisa tersesat di sini, kau bersama orang tuamu?".

Dia menggeleng, "Aku sedang bermain petak umpet di hutan bersama teman-temanku, dan berlari terlalu jauh sampai aku lupa jalan" Gadis kecil itu terdiam sejenak menatap Kakashi dengan cemas, "Aku tidak pernah ke sini sebelumnya".

"Jangan khawatir, aku akan menolongmu." Ucapnya dengan mata tersenyumnya.

Gadis kecil itu ikut tersenyum. Rupanya kata-kata dan mata tersenyum Kakashi telah membuat gadis kecil itu merasa damai, "Terima kasih, Kakak".

"Sini, pegang tanganku" Kakashi mengulurkan tangannya, berharap bisa menuntun gadis kecil itu dengan benar dan menjaganya agar tidak terjatuh meskipun gadis kecil itu tidak terlihat seperti anak yang dengan mudahnya bisa terjatuh.

Gadis kecil itu menyambar tangan Kakashi dengan cepat dan berjalan beriringan dengannya tanpa canggung.

"Apa margamu ?" Kakashi bertanya.

"Haruno" Ucapnya.

"Ah. Aku tahu orang tuamu. Aku akan mengantarmu ke rumahmu" Kakashi menatap gadis kecil berambut merah muda itu, gadis itu sedang mengoyang-goyangkan tangan mereka berdua dengan nyaman.

Lima menit kemudian mereka telah keluar dari hutan. Nampak desa Konoha yang ramai dengan pejalan kaki dan para pedagang. Mereka melanjutkan berjalan menuju ke rumah gadis kecil itu. Menyusuri jalanan perumahan yang sepi dan beberapa gang. Mereka berbelok ke arah kanan dan hampir tiba di kediaman keluarga Haruno.

"Itu rumahmu, kan?" Kakashi menunjuk sebuah bangunan yang tidak jauh dari mereka.

"Benar!" Gadis kecil itu mengiyakan ucapan Kakashi.

"Sebelum kita berpisah, aku ingin tahu siapa namamu" Kakashi melirik gadis kecil itu.

"Namaku Sakura" Ucapnya sambil melihat kearah wajah penyelamatnya itu.

Kakashi menangkap pandangan Sakura kecil dan tersenyum kearahnya, "Nama yang bagus..." Ucapnya.


Dia tidak pernah tahu sejak kapan dia jatuh cinta pada Sakura. Dia hanya tahu bahwa dia pernah sangat menginginkan Sakura saat mereka masih sebagai tim 7. Dia senang melihat Sakura yang tersipu atau ketika Sakura salah tingkah, atau wajah kaget Sakura saat dia menggoda muridnya itu. Kakashi tidak pernah bisa selesai jika itu tentang Sakura.

Wanita yang dipandanginya itu sedang tertidur dengan damainya, sama sekali tidak merasakan kegelisahan yang ada didalam hati pria berambut silver itu, bagaimana sesaknya hatinya setiap kali bersentuhan dengan Sakura ketika dia menyelamatkannya dalam misi, atau ketika Sakura menyembuhkannya dan merasakan chakra wanita itu masuk kedalam tubuhnya. Sakura tidak pernah tahu betapa marahnya Kakashi ketika Sasuke berusaha membunuh Sakura, atau ketika Sasuke terang-terangan menolak Sakura didepannya. Sakura, dialah puzzle yang sesungguhnya. Puzzle yang tidak akan pernah bisa dia rangkai. Puzzle yang hanya bisa diselesaikan oleh orang lain, bukan dirinya.

Tapi sekarang, Kakashi menghadapi waktu yang terus berjalan. Dia memiliki kesempatan. Kesempatan yang diberikan oleh Sasuke yang selalu meninggalkan Sakura sendirian di tempat tidur. Bukan salah pria Uchiha itu. Ini hanya sebuah kesalahan untuk diri Kakashi, kesalahan yang termanis.

Kakashi melepas maskernya dan semua pakaiannya. Sakura-nya sudah tanpa sehelai benang dibawah selimut itu, mana mungkin dia tega membiarkan dirinya sendiri terbungkus kain. Dia menyingkirkan selimut yang ada diatas tubuh telanjang Sakura, perlahan naik ke ranjang milik wanita merah muda itu. Ini salah, Kakashi tahu itu. Tapi tidak ada lagi alasan untuk menghindar. Terlalu lama Kakashi merasakan hasrat untuk memiliki Sakura, setiap kali bermimpi tentang wanita merah muda itu, setiap kali menghindar namun selalu gagal untuk tidak memikirkan dan menemui Sakura-nya lagi dan lagi.

Kakashi menatap Sakura dengan lembut. Meletakkan miliknya dicelah yang sedikit terbuka ditengah kedua paha mulus itu dan menggeseknya perlahan-lahan, merasakan bibir lembut bagian bawah milik Sakura bersentuhan dengan miliknya. Menggodanya.

Wanita itu masih belum merasakan apa-apa. Dia masih tenang dengan matanya yang terpejam. Tatapan Kakashi menajam, menunggu Sakura merasakannya dan ketika saat itu tiba, pria silver itu harus menggunakan teknik yang pernah dia tiru, jutsu untuk membuat seseorang menjadi setengah sadar. Terima kasih untuk Sharingan yang pernah diberikan Obito kepadanya sehingga dia dapat melihat secara detail teknik tersebut dan menggunakannya untuk saat seperti ini.

Kakashi menggesek-gesekkan miliknya dengan sedikit lebih cepat kali ini. Matanya melirik paha putih Sakura, menciuminya dengan lembut. Dia ingin bermain. Kakashi meletakkan wajahnya diantara kedua paha Sakura, mengulum bibir bagian bawah Sakura dan mengigitnya lembut. Kakashi tergoda untuk memasukkan lidahnya kedalam gerbang Sakura, kembali menggoda milik Sakura yang masih tertidur lelap. Lidah Kakashi masih bermain-main dipermukaan milik Sakura. Rasanya ingin sekali Kakashi menggigit bibir itu dan membuat Sakura berteriak. Tapi itu akan jadi masalah. Kakashi masih sabar untuk membuat terangsang seorang wanita yang tertidur tanpa harus membangunkannya. Kali ini Kakashi menangkup bibir bagian bawah Sakura dengan telapak tangannya, sambil memperhatikan wanita itu terlelap, memasukan satu jarinya kedalam lubang rapat Sakura dan memainkannya dengan nakal dan liar, berdansa di dalamnya.

Sakura bereaksi. Dia menggeliat, dan menggoyang pelan tubuhnya. Wajahnya tidak sedamai tadi. Wanita itu merasakan panas disekujur tubuhnya, cairan bening keluar dari bagian bawah tubuhnya, sebuah hasrat yang datang tiba-tiba entah bagaimana. Dia menghela nafas berat, menggerakkan kedua matanya dengan pelan.

Inilah saatnya bagi Kakashi untuk membuat wanita itu tidak menyadari kehadirannya. Dia menggunakan teknik itu tepat sebelum Sakura membuka matanya, menekan jarinya ke tengah kening dan ke pelipis wanita itu, sementara jarinya yang lain menekan bagian tengkuk dan titik antara tulang leher Sakura, terakhir dia membuat sebuah segel didahi wanita itu dengan cepat, membuat wanita itu kembali terpejam tetapi tidak tidur. Kakashi membuat Sakura menyadari bahwa dia tidak tidur juga tidak bangun. Sebuah teknik dimana semua saraf otot berfungsi tapi setengah kesadaran dikunci sehingga seseorang tidak bisa terbangung tapi masih bisa mengingat apa yang dia lakukan walau tidak secara jelas.

Desahan keluar dari bibir Sakura. Tubuhnya meronta-ronta untuk dipuaskan. Sementara Kakashi kembali memainkan miliknya yang sudah sangat keras ke lubang Sakura yang sudah basah. Sakura merasa bagian bawahnya benar-benar kelaparan saat ini, begitu menginginkan, sangat ingin dimasuki oleh daging yang entah milik siapa. Dia tahu ada sesuatu yang terjadi pada tubuhnya, dia tahu ada yang sedang bermain dengannya. Dia hanya tidak mampu terbangun dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Perasaan bersalah. Aneh. Terasa salah tapi juga begitu mendambakan.

Hingga waktu begitu sulit dihentikan untuk berdetak. Jantung keduanya memompa cepat. Sama-sama menginginkan, sama-sama kelaparan, sama-sama membutuhkan. Sakura mengangkang meminta lebih. Kakashi tidak menunggu lama lagi untuk segera memasukkan miliknya kedalam milik Sakura yang telah basah. Sakura mendapatkan apa yang dia inginkan, dia ingin mengerang tapi Kakashi mencium bibirnya buas, tidak membiarkan Sakura mengeluarkan suara yang dapat membuatnya dalam masalah.

Kesunyian malam dan desahan lembut. Ciuman yang panas dan lama. Terkesiap dan tersentak setiap kali Kakashi menghujamkan miliknya dengan agresif. Sakura menikmati bibir yang menyerang bibirnya dengan haus. Kakashi berhenti dan melepas ciuman mereka ketika Sakura mulai kehilangan nafas, membiarkan wanita itu mengambil nafas sebentar dan melanjutkannya lagi. Milik Kakashi kembali bergerak maju mundur dengan lebih agresif di dalam Sakura, bibirnya menyerang kembali bibir lembut wanita itu. Sakura mengerang, dia mematahkan ciuman mereka, dagunya terangkat, dengan mata yang terpejam dia merasakan tubuhnya bergoncang mengikuti irama Kakashi yang cepat.

'Kakashi...' Entah bagaimana jiwanya memanggil nama itu, bukan nama suaminya. Tapi pikirannya menolak itu, "Sasuke" ucapnya.

Kakashi mendengar nama itu keluar dari mulut Sakura, dia berhenti. Patah hati. Terluka. Melemah. Dia harusnya berhenti. Kakashi terdiam, "Sial!". Dia akan segera mengeluarkan miliknya dari Sakura ketika tiba-tiba Sakura menjepit miliknya. Membuat pria itu mengerang pelan.

"Sakura..." Dia memejamkan matanya, melumat bibir wanita itu dengan penuh cinta. Berusaha memberitahunya dalam ciuman itu, bahwa dia adalah Kakashi.


"Selamat pagi,sensei!" Sakura menyapa mantan gurunya yang baru saja selesai berbicara dengan dua orang ANBU.

Pria berambut silver itu menoleh kearah suara, "Selamat pagi, Sakura, kau ingin bertemu Naruto juga?" Ucapnya, "Kalau begitu ayo kita menemuinya bersama-sama" Dia berjalan meninggalkan Sakura tanpa menunggu jawaban.

Sakura mengiring dibelakang dan mempercepat langkahnya untuk menyamai Kakashi. Tidak ada perbincangan apa pun diantara keduanya, tidak seperti biasanya, mereka selalu menemukan bahan untuk diobrolkan. Sakura menatap wajah pria yang tertutup masker itu. Wajah itu masih tidak menoleh kearahnya, biasanya Kakashi selalu tahu ketika dia sedang menatap Sensei-nya, dan pria itu akan membalas menatap sambil tersenyum. Sakura tidak harus mengatakan apa yang ada dipikirannya karena Kakashi selalu tahu apa yang Sakura ingin tanyakan padanya. Tapi kali ini Kakashi bersikap sangat cuek padanya.

Sakura merasa mantan gurunya itu sedikit aneh hari ini. Bahkan setelah menyelesaikan urusannya dengan Naruto, Kakashi langsung pergi tanpa mempedulikan Sakura. Sakura berjalan sambil menundukkan kepalanya sedih. Entah kenapa dia tidak bisa menerima jika Kakashi bersikap seperti itu padanya. Sampai suara seseorang mengejutkannya dari belakang.

"Yo, Sakura, kau tidak apa-apa?" Itu adalah Kakashi. Dia menunggu Sakura karena merasa bersalah telah bersikap tidak ramah pada wanita itu. Dia tersenyum saat Sakura membalikkan tubuhnya dan menatap dirinya.

"Kakashi-sensei... Aku pikir kau sudah pulang" Sakura berusaha menghindari pertanyaan Kakashi. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa Kakashi bukan sengaja bersikap seperti itu padanya.

"Sakura.. Aku sedang menunggumu" Kakashi menatap dalam mata wanita itu. Mencoba mencaritahu apakah Sakura merasakan sesuatu terhadap dirinya.

Sakura membalas tatapan Kakashi yang entah kenapa berbeda dari biasanya. Ingatan tadi malam muncul kembali, ketika dia mengalami mimpi itu lagi, mimpi yang terasa nyata, sampai-sampai dia merasakan sakit dibagian bawah tubuhnya ketika dia bangun tadi pagi. Dia ingat nama yang muncul sebelum pikirannya beralih kepada Sasuke, nama itu adalah Kakashi. Namun bibir wanita bermata hijau itu tidak mengatakan apa-apa.

"Menungguku, untuk apa Kakashi-sensei menungguku?" Akhirnya kalimat itulah yang terucap dari bibir Sakura.

"Untuk mentraktirmu makan sushi. Apa kau mau, berkencan sebentar dengan mantan gurumu ini?" Kakashi mengedipkan sebelah matanya dan menggaruk rambut belakangnya yang tidak gatal.

Sakura cekikikan mendengar ucapan Kakashi dan tingkahnya yang lucu itu. Dia juga merasa lapar karena Kakashi menyebutkan salah satu makanan favoritnya, "Ya, aku mau saja" Sakura sudah terbiasa dengan lelucon Kakashi, hanya saja dia tidak tahu bahwa kali ini Kakashi tidak sedang bercanda.

"Baiklah, kalau begitu, ayo kita berkencan"